Wednesday, May 5, 2021

Pengaruh Utamaan Gender - Tugas Individu

 

TUGAS INDIVIDU

KEWIRAUSAHAAN PETERNAKAN

 

MATERI PENGARUH UTAMAAN GENDER

 

 

OLEH:

MUUH RIFALDI S

I111 16 542

B2

 

 

 

 

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2021

PENDAHULUAN

Latar Belakang

 Pengaruh utamaan Gender merupakan strategi pembangunan pemberdayaan perempuan, implementasinya melalui prinsip kesetaraan dan keadilan gender harus menjadi dasar dalam setiap kebijakan dalam pembangunan.Pembangunan kualitas hidup manusia dilaksanakan secara terus menerus oleh pemerintah dalam upaya mencapai kehidupan yang lebih baik. Upaya pembangunan ini ditujukan untuk kepentingan seluruh masyarakat tanpa membedakan jenis kelamin tertentu. Keberhasilan pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah, swasta maupun masyarakat tergantung dari peran serta seluruh penduduk baik laki-laki maupun perempuan sebagai pelaku, dan sekaligus sebagai penerima manfaat hasil pembangunan. Berbagai metode telah banyak digunakan untuk mengukur pencapaian pembangunan. Indikator pembangunan manusia (IPM) yang terkait dengan gender dapat diukur dengan Indeks Pembangunan Gender (IPG). Selisih antara angka IPM dan angka IPG dapat dimaknai sebagai bias gender dalam pembangunan. Apabila angka IPG lebih kecil dari angka IPM, maka terjadi ketidaksetaraan gender. Selanjutnya untuk melihat sejauh mana tingkat pencapaian dalam pemberdayaan gender dapat diukur dengan Indeks Pemberdayaan Gender (IDG).

 

Tujuan

 Secara umum data terpilah gender bertujuan untuk memotret tingkat keberhasilan pembangunan pemberdayaan perempuan dan perlindungan perempuan melalui strategi pengarusutamaan gender (PUG). -5- Penyusunan data terpilah gender merupakan bagian dari konsentrasi Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak untuk membangun landasan pembangunan yang kuat agar pembangunan dapat terwujud dengan berlandaskan prinsip kesetaraan dan keadilan gender.

Penyusunan data terpilah gender Kota Sukabumi dimaksudkan untuk menyajikan fakta dan kondisi pencapaian pembangunan masyarakat berspektif gender di Kota sukabumi. Data ini diperlukan untuk mendapatkan gambaran mengenai kondisi perempuan dan laki-laki pada bidang-bidang social, ekonomi, pendidikan, ketenagakerjaan, politik dan pemerintahan, serta perlindungan perempuan dan anak. Data ini juga diharapkan mampu menggambarkan isu-isu gender maupun isu-isu perlindungan anak di Kota Sukabumi. Data terpilah gender ini disusun untuk mencapai tujuan sebagai berikut :

1. Tersedianya data dasar terpilah berdasarkan jenis kelami yang menggambarkan komposisi penduduk dan sebaran penduduk;

2. Tersedianya data terpilah gender di bidang pendidikan, social, ekonomi, ketenagakerjaan, peran perempuan di sector public, masalah-masalah dalam perlindungan perempuan dan anak, serta bidang-bidang yang menjadi isu gender di Kota Sukabumi;

3. Tersedianya hasil analisis tentang capaian pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak. Hal ini dilihat berdasarkan indicator pemberdayaan gender, meliputi partisipasi perempuan dan laki-laki di sector public, meliputi bidang pemerintahan, posisi di parlemen, dan dalam distribusi pendapatan.

 

 

PEMBAHASAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN MASYARAKAT KOTA SUKABUMI

 Kondisi Geografis

 Kota Sukabumi, secara geografis terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 1060 45’ 10” - 106 0 45’ 10” Bujur timur, dan 6 0 49’ 29” - 6 0 50’ 44” Lintang selatan, terletak di kaki Gunung Gede dan Gunung Pangrango yang ketinggiannya 584 meter di atas permukaan laut, yang berjarak 120 Km dari Ibukota Negara (Jakarta) dan 96 Km dari Ibukota Provinsi (Bandung).

 Luas wilayah Kota Sukabumi berdasarkan Perda Kota Sukabumi Nomor 15 Tahun 2000 adalah 48,0023 Km2, terbagi dalam 7 Kecamatan dengan 33 Kelurahan dan 355 RW serta 1.550 RT. Wilayah Kota Sukabumi berbatasan dengan wilayah Kabupaten Sukabumi, dengan batas administrasi dalah sebagai berikut :

 • Sebelah Utara Kecamatan Sukabumi

• Sebelah Selatan Kecamatan Nyalindung

 • Sebelah Barat Kecamatan Cisaat

 • Sebelah Timur Kecamatan Sukaraja.

 

 

Kondisi Demografis

 Berdasarkan hasil pendataan gender yang dilakukan bidang pemberdayaan perempuan pada BPMPKB Kota Sukabumi dengan menggunakan metode pendataan sekunder tahun 2014 -32- (petugas pengumpul data adalah coordinator PLKB se-Kota Sukabumi), jumlah penduduk Kota Sukabumi adalah 296.077 jiwa dengan komposisi laki-laki 149.109 jiwa, perempuan 146.968 jiwa dengan sex ratio sebesar 101,46 ( yang berarti dari 100 penduduk perempuan terdapat 101 penduduk laki-laki). Sedangkan hasil pendataan keluarga yang dilakukan bidang keluarga sejahtera pada BPMPKB Kota Sukabumi yang dilakukan pada bulan Juli tahun 2014 secara door to door, jumlah penduduk Kota Sukabumi adalah sebanyak 303.034 jiwa, yang terdiri dari laki-laki 152.038, sedangkan perempuan sebanyak 150.996 jiwa, dengan sex ratio sebesar 100.69 (artinya dari 100 penduduk perempuan terdapat 100 penduduk lakilaki). Dari hasil pendataan diatas dapat dilihat adanya perbedaan jumlah, namun tidak terdapat perbedaan yang terlalu signifikan. Dan hal ini bisa dimaklumi karena adanya keterbatasan sumberdaya manusia dalam melakukan pengumpulan data. Sisi lain dari kondisi demografis yang harus dicermati adalah bahwa hubungan penduduk dengan kepala keluarga dan status perkawinan. Data terpilah menurut jenis kelamin sebagaimana disajikan dalam table 4.1. dibawah ini menunjukkan status sebagai kepala keluarga didominasi oleh laki-laki, yaitu sebesar 70.545 atau 83,10% dari seluruh jumlah kepala keluarga tahun 2013, sedangkan perempuan sebanyak 12.346 atau 14,54%. Perempuan yang berstatus kepala keluarga baik akibat status cerai mati maupun cerai hidup sebesar 12.083 atau 14,23%. Sedangkan perempuan kepala keluarga yang berstatus belum kawin sebanyak 263 atau sebesar 0,31%.

PENUTUP

Kesimpulan

            Perlindungan Anak mencakup masalah penting dan mendesak, beragam dan bervariasi tingkat tradisi dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Banyak masalah, misalnya pelacuran, yang berkait erat, dengan factor-faktor ekonomi. Sementara masalah lain, seperti kekerasan di rumah atau di sekolah, mungkin berkaitan erat dengan kemiskinan, nilai-nilai social, normal, dan tradisi. Sering kriminalitas terlibat di dalamnya, misalnya perdagangan anak. Bahkan kemajuan teknologi memiliki aspek-aspek perlindungan di dalamnya

           

No comments:

Post a Comment