BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peranan
dan penggunaan bahan tambahan pangan semakin meluas
seiring dengan berkembangnya zaman. Banyaknya bahan tambahan pangan yang dijual dipasaran membuat masyarakat tertarik dan berpikir untuk menambahkan bahan tambahan pangan ke dalam makanan. Bahan tambahan pangan yang digunakan biasanya pewarna, pengawet dan pemanis.
seiring dengan berkembangnya zaman. Banyaknya bahan tambahan pangan yang dijual dipasaran membuat masyarakat tertarik dan berpikir untuk menambahkan bahan tambahan pangan ke dalam makanan. Bahan tambahan pangan yang digunakan biasanya pewarna, pengawet dan pemanis.
Pemanis
merupakan bahan tambahan pangan yang berupa pemanis
alami dan pemanis buatan yang memberikan rasa manis pada produk pangan.
Pemanis alami adalah bahan tambahan makanan yang menyebabkan rasa manis yang diperoleh dari bahan nabati atau hewani, contoh pemanis alami yaitu gula tebu, madu dan kulit kayu manis. Pemanis sintetis contohnya adalah sakarin, siklamat, dan aspartam. Pemanis sintetis yang sering digunakan biasanya sakarin dan siklamat.
alami dan pemanis buatan yang memberikan rasa manis pada produk pangan.
Pemanis alami adalah bahan tambahan makanan yang menyebabkan rasa manis yang diperoleh dari bahan nabati atau hewani, contoh pemanis alami yaitu gula tebu, madu dan kulit kayu manis. Pemanis sintetis contohnya adalah sakarin, siklamat, dan aspartam. Pemanis sintetis yang sering digunakan biasanya sakarin dan siklamat.
Pemanis
sintetis merupakan pemanis yang diproses secara kimiawi,
dan senyawa tersebut tidak terdapat di alam (Permenkes RI 2012). Pedagang kecil dan industri rumahan seringkali menggunakan pemanis sintetis, dengan harga yang murah sehingga dapat menghemat biaya produksi dan mendapat untung yang lebih besar. Pemanis sintetis juga memberikan rasa manis yang sangat tinggi tetapi dapat memberikan dampak karsinogenik dalam tubuh.
Pemerintahan Indonesia mengeluarkan peraturan melalui Menteri Kesehatan RI No. 033 tahun 2012 tentang Bahan Tambahan Pangan. Menurut Permenkes tersebut batas maksimal pemakaian sakarin sebagai natrium sakarin yang ditambahkkan pada sirup, minuman konsentrat ( cair atau padat) 300 mg/kg; pada kue atau cake, kukis, pai 170 mg/kg; jem, jeli 200 mg/kg dan pada pemakaian siklamat sebagai natrium siklamat yang ditambahkan pada es untuk dimakan (edible ice) 250 mg/kg; kembang gula atau permen, gula dan sirup 500 mg/kg; permen karet 2000 mg/kg.
dan senyawa tersebut tidak terdapat di alam (Permenkes RI 2012). Pedagang kecil dan industri rumahan seringkali menggunakan pemanis sintetis, dengan harga yang murah sehingga dapat menghemat biaya produksi dan mendapat untung yang lebih besar. Pemanis sintetis juga memberikan rasa manis yang sangat tinggi tetapi dapat memberikan dampak karsinogenik dalam tubuh.
Pemerintahan Indonesia mengeluarkan peraturan melalui Menteri Kesehatan RI No. 033 tahun 2012 tentang Bahan Tambahan Pangan. Menurut Permenkes tersebut batas maksimal pemakaian sakarin sebagai natrium sakarin yang ditambahkkan pada sirup, minuman konsentrat ( cair atau padat) 300 mg/kg; pada kue atau cake, kukis, pai 170 mg/kg; jem, jeli 200 mg/kg dan pada pemakaian siklamat sebagai natrium siklamat yang ditambahkan pada es untuk dimakan (edible ice) 250 mg/kg; kembang gula atau permen, gula dan sirup 500 mg/kg; permen karet 2000 mg/kg.
Penelitian dari Aini Junita
Noor dengan judul Analisis pemanis sintetis
pada minuman jelly yang dijual di SD Tlogosari wetan 01 Semarang, dari lima
sampel semuanya mengandung pemanis sintetis jenis Na sakarin dengan kadar
996-1032 mg/kg, dan jenis Na siklamat dengan kadar 3520-3930 mg/kg.
mengandung siklamat dengan kadar 181,04 mg/kg dan 543,123 mg/kg.
Dari latar belakang di atas maka peneliti berkeinginan untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Zat Pemanis Makanan pada Kue Tradisional yang Diperjualbelikan Di Pasar Hartako Kota Makassar”
pada minuman jelly yang dijual di SD Tlogosari wetan 01 Semarang, dari lima
sampel semuanya mengandung pemanis sintetis jenis Na sakarin dengan kadar
996-1032 mg/kg, dan jenis Na siklamat dengan kadar 3520-3930 mg/kg.
mengandung siklamat dengan kadar 181,04 mg/kg dan 543,123 mg/kg.
Dari latar belakang di atas maka peneliti berkeinginan untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Zat Pemanis Makanan pada Kue Tradisional yang Diperjualbelikan Di Pasar Hartako Kota Makassar”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
dari latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah tedapat zat pemanis makanan pada kue
tradisional yang diperjualbelikan di Pasar Hartako Kota Makassar?
2. Berapa kadar zat pemanis makanan pada kue
tradisional yang diperjualbelikan di Pasar Hartako Kota Makassar?
3. Apa jenis zat pemanis makanan pada kue
tradisional yang diperjualbelikan di Pasar Hartako Kota Makassar?
C.
Tujuan penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian
ini yaitu sebagai berikut:
1. Tujuan umum :
Untuk
mengetahui ada tidaknya zat pemanis makanan pada kue tradisional yang diperjualbelikan
di Pasar Hartako Kota Makassar.
2.
Tujuan khusus :
Mengidentifikasi jenis dan
kadar zat pemanis makanan pada kue tradisional yang diperjualbelikan di Pasar
Hartako Kota Makassar.
D.
Manfaat penelitian
Dari
penelitian diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut:
1. Bagi penulis:
1. Bagi penulis:
Untuk menambah
wawasan dan pengetahuan bagi peneliti mengenai zat pemanis makanan pada kue
tradisional yang diperjualbelikan di pasar Hartako Kota Makassar.
2.
Bagi masyarakat:
Memberikan
informasi kepada masyarakat tentang bahaya zat pemanis
makanan pada kue tradisional yang diperjualbelikan di Pasar Hartako Kota Makassar
makanan pada kue tradisional yang diperjualbelikan di Pasar Hartako Kota Makassar
3. Bagi
institusi:
Sebagai bahan bacaan dan
referensi bagi mahasiswa lain yang akan melakukan penelitian selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Bahan Tambahan Pangan
Bahan
tambahan pangan (BTP) adalah bahan atau campuran bahan yang secara
alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi
ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk bahan
pangan. BTP ditambahkan untuk memperbaiki karakter pangan agar kualitasnya meningkat. Pemakaian BTP merupakan salah satu langkah teknologi yang diterapkan oleh industri pangan berbagai skala. Sebagaimana langkah teknologi lain, maka resiko-resiko kesalahan dan penyalahgunaan tidak dapat dikesampingkan. BTP pada umumnya merupakan bahan kimia yang telah diteliti dan diuji lama sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah yang ada. Pemerintah telah mengeluarkan aturan-aturan pemakaian BTP secara optimal. (Amalia, 2013).
ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk bahan
pangan. BTP ditambahkan untuk memperbaiki karakter pangan agar kualitasnya meningkat. Pemakaian BTP merupakan salah satu langkah teknologi yang diterapkan oleh industri pangan berbagai skala. Sebagaimana langkah teknologi lain, maka resiko-resiko kesalahan dan penyalahgunaan tidak dapat dikesampingkan. BTP pada umumnya merupakan bahan kimia yang telah diteliti dan diuji lama sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah yang ada. Pemerintah telah mengeluarkan aturan-aturan pemakaian BTP secara optimal. (Amalia, 2013).
Menurut
peraturan menteri kesehatan R.I No : 329/ Menkes / PER / X11 /1988, yang
dimaksud dengan zat tambahan makanan adalah bahan yang ditambahkan
dan
dicampurkan sewaktu pengolahan makanan untuk meningkatkan mutu termasuk,
kedalamnya adalah pewarna, penyedap rasa, dan aroma, pemantap, antioksidan,
pengawet, pengemulsi., anti gumpal, pemucat, dan pengental.
Kasus
penyalahgunaan bahan tambahan pangan biasa terjadi adalah
penggunaan bahan tambahan yang dilarang untuk bahan pangan dan penggunaan bahan makanna melebihi batas yang ditentukan, penyebab lain, produsen berusaha memenuhi kebutuhan dan keuntungan yang besar dan pada besarnya konsumen ingin mendapatkan bahan makanan dalam jumlah banyak dengan harga murah munculnya bahan makanan digunakan untuk mempertahankan kondisi makanan agar menarik.
penggunaan bahan tambahan yang dilarang untuk bahan pangan dan penggunaan bahan makanna melebihi batas yang ditentukan, penyebab lain, produsen berusaha memenuhi kebutuhan dan keuntungan yang besar dan pada besarnya konsumen ingin mendapatkan bahan makanan dalam jumlah banyak dengan harga murah munculnya bahan makanan digunakan untuk mempertahankan kondisi makanan agar menarik.
Dalam
proses penanganan pangan perlu mempeerhatikan segi-segi lain
seperti kesehatan manusia sebagai komponen pangan itu sendiri. Dalam arti
bahwa apabila zat pewarna tersebut ternyata akan berdampak buruk pada
kesehatan manusia maka penggunaannya harus di pertimbangkan kembali,
dihentikan atau diganti dengan bahan pewarna lain yang lebih aman.
1. Penggolongan Bahan tambahan Pangan (BTP)
seperti kesehatan manusia sebagai komponen pangan itu sendiri. Dalam arti
bahwa apabila zat pewarna tersebut ternyata akan berdampak buruk pada
kesehatan manusia maka penggunaannya harus di pertimbangkan kembali,
dihentikan atau diganti dengan bahan pewarna lain yang lebih aman.
1. Penggolongan Bahan tambahan Pangan (BTP)
BTP
dikelompokkan berdasarkan tujuan penggunaan didalam pangan.
Penggelompokkan BTP yang diizinkan digunakan pada pangan menurut peraturan menteri kesehatan RI No 722/Menkes/Per/1X/1988 adalah sebagai berikut :
Penggelompokkan BTP yang diizinkan digunakan pada pangan menurut peraturan menteri kesehatan RI No 722/Menkes/Per/1X/1988 adalah sebagai berikut :
a. Pewarna, yaitu BTP
yang dapat memperbaiki atau member warna pada
pangan.
pangan.
b. Pemanis buatan
yaitu BTP yaitu yang dapat meyebabkan rasa manis pada
pangan yang tidak atau hamper tidak mempunyai nilai gizi.
pangan yang tidak atau hamper tidak mempunyai nilai gizi.
c. Pengawet, yaitu
BTP yang dapat mencegah atau menghambat fermentasi,
pengasaman atau penguraian lain pada makanan yang disebabkan oleh
pertumbuhan mikroba.
pengasaman atau penguraian lain pada makanan yang disebabkan oleh
pertumbuhan mikroba.
d Antioksidan, yaitu BTP yang dapat
mencegah atau menghambat proses
oksidasi lemak sehingga mencegah terjadinya ketengikan.
oksidasi lemak sehingga mencegah terjadinya ketengikan.
e. Antikempal, yaitu BTP yang dapat
mencegah mengempalnya pangan yang
berupa serbuk seperti tepung atau bubuk.
berupa serbuk seperti tepung atau bubuk.
f. Penyedap rasa dan
aroma, penguat rasa yaitu BTP yang dapat
memberikan, menambah atau mempertegas rasa dan aroma.
memberikan, menambah atau mempertegas rasa dan aroma.
g. Pengatur keasaman
(pengasaman, penetral dan pedapar), yaitu BTP yang
dapat mengasamkan, menetralkan dan mempertahankan derajat keasaman
pangan.
dapat mengasamkan, menetralkan dan mempertahankan derajat keasaman
pangan.
h. Pemutih dan
pematang tepung, yaitu (BTP) yang dapat mempercepat
proses pemutihan dan atay pematang tepung sehingga dapat memperbaiki
mutu pemanggangan.
proses pemutihan dan atay pematang tepung sehingga dapat memperbaiki
mutu pemanggangan.
i. Pengeras, yaitu
BTP yang dapat memperkeras atau mencegah melunaknya
pangan.
pangan.
2. Penggunaan Bahan Tambahan Pangan
Penggunaan
bahan tambahan pangan tidak boleh sembarangan hanya
dibenarkan untuk tujuan tertentu saja, misalnya untuk mempertahankan gizi
makanan. Pengguanan bahan tambahan pangan di benarkan pula untuk tujuan
mempertahankan mutu atau kestabilan makanan atau untuk memperbaiki sifat
organoleptiknya dari sifat alami. Disamping itu juga diperlukan dalam pembuatan, pengolahan, penyediaan, perlakuan, perawatan, pembungkusan, pemindahan atau pegangkutan. Selain itu setiap tambahan makanan mempunyai batas-batasan penggunaan maksimum seperti diatur dalam peraturan menteri kesehatan RI No. 722/Menkes/Per/IX/1988. Pemakaian bahan tambahan pangan diperkenakan bila bahan tersebut memenuhi persyaratan sebagai berikut :
dibenarkan untuk tujuan tertentu saja, misalnya untuk mempertahankan gizi
makanan. Pengguanan bahan tambahan pangan di benarkan pula untuk tujuan
mempertahankan mutu atau kestabilan makanan atau untuk memperbaiki sifat
organoleptiknya dari sifat alami. Disamping itu juga diperlukan dalam pembuatan, pengolahan, penyediaan, perlakuan, perawatan, pembungkusan, pemindahan atau pegangkutan. Selain itu setiap tambahan makanan mempunyai batas-batasan penggunaan maksimum seperti diatur dalam peraturan menteri kesehatan RI No. 722/Menkes/Per/IX/1988. Pemakaian bahan tambahan pangan diperkenakan bila bahan tersebut memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Memelihara kualitas gizi bahan pangan
b. Peningkatan kualitas gizi atau
stabilitas simpan sehingga mengurangi
kehilangan bahan pangan
kehilangan bahan pangan
c. Membuat bahan
pangan lebih menarik bagi konsumen yang tidak megarah
pada penipuan.
pada penipuan.
d. Diutamakan untuk proses membantu
proses pengolahan bahan pangan.
Penggunaan bahan tambahan pangan harus dapat menjaga produk tersebut
dari hal- hal yang merugikan konsumen oleh karena itu pemakaian bahan
tambahan pangan ini diperkenankan bila :
Penggunaan bahan tambahan pangan harus dapat menjaga produk tersebut
dari hal- hal yang merugikan konsumen oleh karena itu pemakaian bahan
tambahan pangan ini diperkenankan bila :
1) Menutupi adanya tekhnik pengolahan dan
penanganan yang salah.
2)
Menipu konsumen.
3)
Menyebabkan penutunan gizi.
4)
Pengaruh yang dikehendaki bisa diperoleh dengan pengolahan secara lebih
baik dan ekonomis.
baik dan ekonomis.
3. Jenis Bahan Tambahan Pangan
Pada
umumunya bahan tambahan pangan dibagi menjadi 2 yaitu sebagai berikut
:
a. Bahan tambahan pangan yang ditambahkan
dengan sengaja kedalam
makanan, dengan mengetahui komposisi bahan tersebut dan maksud
penambahan itu dapat mempertahankan kesegaran, cita rasa,, dan
membantu pengolahan, sebagai contoh pengawet,penwarna dan pengeras.
makanan, dengan mengetahui komposisi bahan tersebut dan maksud
penambahan itu dapat mempertahankan kesegaran, cita rasa,, dan
membantu pengolahan, sebagai contoh pengawet,penwarna dan pengeras.
b. Bahan
tambahan pangan yang tidak sengaja ditambahkan, yaitu bahan
yang tidak mempunyai fungsi dalam makanan tersebut, terdapat secara
tidak sengaja, baik dalam sejumlah sedikit atau cukup banyak akibat
perlakuan selama proses produksi, pengolahan, dan pengemasan, bahan ini
dapat pula merupakan residua tau kontaminan dari bahan yang disengaja
untuk tambahan produksi bahan mentah atau penangannnya yang masih
terus terbawa kedalam makanan yang akan dikonsumsi contoh bahan
tambahanpangan dalam golongan ini adalah residu pestisida (termasuk
insektisida, herbisida, fungsida, dan rotensida), antibiotik dan hidrokarbon
aromatic polisiklis.
yang tidak mempunyai fungsi dalam makanan tersebut, terdapat secara
tidak sengaja, baik dalam sejumlah sedikit atau cukup banyak akibat
perlakuan selama proses produksi, pengolahan, dan pengemasan, bahan ini
dapat pula merupakan residua tau kontaminan dari bahan yang disengaja
untuk tambahan produksi bahan mentah atau penangannnya yang masih
terus terbawa kedalam makanan yang akan dikonsumsi contoh bahan
tambahanpangan dalam golongan ini adalah residu pestisida (termasuk
insektisida, herbisida, fungsida, dan rotensida), antibiotik dan hidrokarbon
aromatic polisiklis.
c. Bahan
Tambahan Pangan (BTP) adalah senyawa yang sengaja
ditambahkan ke dalam makanandengan jumlah dan ukuran tertentu dan
teribat dalam proses pengolahan, pengemasan, dan atau penyimpanan.
(langsung atau tidak langsung) suatu komponen atau mempengaruhi
sifat khas makanan tersebut (Cahyadi, 2006)
ditambahkan ke dalam makanandengan jumlah dan ukuran tertentu dan
teribat dalam proses pengolahan, pengemasan, dan atau penyimpanan.
(langsung atau tidak langsung) suatu komponen atau mempengaruhi
sifat khas makanan tersebut (Cahyadi, 2006)
B. Tinjauan Umum Tentang Zat Pemanis
Pemanis merupakan salah satu dari Bahan Tambahan
Pangan ( BTP ) yang diatur dalam Permenkes RI No 033 tahun 2012 yang dapat
menyebabkan rasa manis pada produk pangan yang tidak atau sedikit mempunyai nilai
gizi atau kalori, hanya boleh ditambahkan ke dalam produk pangan dalam jumlah
tertentu (BPOM 2004).
Macam-macam pemanis berdasarkan sumbernya
dibedakan menjadi dua bagian yaitu pemanis alami dan pemanis sintetis.
1. Pemanis alami
Pemanis alami merupakan bahan pemberi rasa manis
yang diperoleh dari bahan-bahan nabati maupun hewani. Zat pemanis alami yang
sering digunakan yaitu sukrosa, laktosa, maltosa, dan fruktosa (Cahyadi, 2006)
Contoh pemanis alami yaitu :
a. Gula Tebu
Mengandung zat pemanis fruktosa yang merupakan
salah satu jenis
glukosa. Gula tebu atau gula pasir yang diperoleh dari tanaman tebu
merupakan pemanis yang paling banyak digunakan. Selain memberi rasa
manis, gula tebu juga bersifat mengawetkan.
glukosa. Gula tebu atau gula pasir yang diperoleh dari tanaman tebu
merupakan pemanis yang paling banyak digunakan. Selain memberi rasa
manis, gula tebu juga bersifat mengawetkan.
b. Gula Merah
Merupakan pemanis dengan warna coklat. Gula
merah merupakan pemanis kedua yang banyak digunakan setelah gula pasir. Kebanyakan
gula merah digunakan untuk makanan tradisional, misalnya pada bubur dodol dan
lain-lain.
c. Madu
lain-lain.
c. Madu
Merupakan pemanis alami yang dihasilkan oleh lebah
madu.
d. Kulit Kayu Manis
d. Kulit Kayu Manis
Merupakan kulit kayu yang berfungsi sebagai
pemanis. Kayu manis juga
berfungsi sebagai pengawet
berfungsi sebagai pengawet
2. Pemanis sintetis
Pemanis sintetis merupakan bahan tambahan pangan
yang menyebabkan rasa manis tetapi tidak mempunyai nilai gizi. Pemanis sintetis
dapat menimbulkan rasa manis atau dapat mempertajam penerimaaan terhadap rasa
manis sedangkan kalori yang dihasilkannya jauh lebih rendah dari gula atau
glukosa, sukrosa dan maltosa. Contoh pemanis sintetis yaitu sakarin, siklamat,
dan aspartame (Yuliarti, 2007)
Makanan dan minuman yang mempunyai rasa manis
juga memiliki
dampak positif terhadap kesehatan. Manfaat pemanis bagi kesehatan antara lain:
dampak positif terhadap kesehatan. Manfaat pemanis bagi kesehatan antara lain:
a. Mengontrol berat badan
Salah satu aspek paling menarik dari pemanis
buatan adalah bahwa
hampir tidak memiliki kalori.Sebaliknya, setiap gram gula biasa mengandung 4 kalori. Jika sedang mencoba untuk menurunkan berat
badan atau mencegah kenaikan berat badan, produk manis dengan pemanis
buatan mungkin menjadi pilihan yang menarik. Di sisi lain, beberapa
penelitian telah menunjukkan bahwa mengkonsumsi pemanis buatan dapat
dikaitkan dengan peningkatan berat badan, namun penyebabnya belum
diketahui.
b. Alternatif bagi penderita diabetes
hampir tidak memiliki kalori.Sebaliknya, setiap gram gula biasa mengandung 4 kalori. Jika sedang mencoba untuk menurunkan berat
badan atau mencegah kenaikan berat badan, produk manis dengan pemanis
buatan mungkin menjadi pilihan yang menarik. Di sisi lain, beberapa
penelitian telah menunjukkan bahwa mengkonsumsi pemanis buatan dapat
dikaitkan dengan peningkatan berat badan, namun penyebabnya belum
diketahui.
b. Alternatif bagi penderita diabetes
Pemanis buatan mungkin alternatif yang baik
untuk gula jika
seseorang memiliki diabetes. Tidak seperti gula, pemanis buatan umumnya
tidak meningkatkan kadar gula darah karena bukan merupakan
karbohidrat.
c. Tidak menyebabkan gigi berlubang
seseorang memiliki diabetes. Tidak seperti gula, pemanis buatan umumnya
tidak meningkatkan kadar gula darah karena bukan merupakan
karbohidrat.
c. Tidak menyebabkan gigi berlubang
Tidak seperti gula,
pemanis buatan tidak menyebabkan kerusakan gigi.
Pemanis sintetis adalah pemanis yang diproses
secara kimiawi, dan
senyawa tersebut tidak terdapat di alam ( BPOM, 2014). Pemanis sintetis yang
ditetapkan oleh Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan tahun 2014 yaitu
sakarin, siklamat, aspartam, asesulfam-k, dan sukralosa. Pedagang jajanan sering menggunakan pemanis sintetis yang umumnya antara lain sakarin, siklamat dam aspartam.
senyawa tersebut tidak terdapat di alam ( BPOM, 2014). Pemanis sintetis yang
ditetapkan oleh Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan tahun 2014 yaitu
sakarin, siklamat, aspartam, asesulfam-k, dan sukralosa. Pedagang jajanan sering menggunakan pemanis sintetis yang umumnya antara lain sakarin, siklamat dam aspartam.
1. Sakarin.
Sakarin ditemukan oleh Fahbelrg dan Remsen pada
tahun 1897, yang digunakan sebagai antiseptik dan pengawet, tetapi sejak tahun
1900 digunakan sebagai pemanis. Sakarin merupakan pemanis buatan dalam bentuk
garam berupa kalsium, kalium, dan natrium sakarin. Garam sakarin secara umum berbentuk
kristal putih, tidak berbau atau berbau aromatic lemah, dan mudah larut dalam air,
serta berasa manis.
Kombinasi penggunaan sakarin dengan pemanis
buatan rendah kalori lainnya bersifat sinergis. Intensitas rasa manis garam
natrium sakarin cukup tinggi, yaitu kira-kira 200-700 kali sukrosa 10%, rasa
manis sakarin juga mempunyai rasa pahit yang disebabkan oleh kemurnian yang
rendah dari proses sintetis. Sakarin tingkat kemanisan relatif menurun dengan
makin meningkatnya konsentrasi.
Sakarin tidak dimetabolisme oleh tubuh, lambat
diserap oleh usus, dan cepat dikeluarkan melalui urin tanpa perubahan. Struktur
kimia sakarin dapat rusak pada suhu pengolahan, oleh karena itu penambahan
sebaiknya dilakukan setelah proses pemanasan. Perubahan kecil pada struktur
kimia dapat mengubah rasa suatu senyawa termasuk pada sakarin, yang semula
rasanya manis dapat berubah menjadi pahit ataupun menjadi tidak berasa. Sakarin
mempunyai titik leleh pada suhu 225-228⁰C dan panas pembakaransebesar 4,753 kkal/gram.
Sakarin secara kimiawi merupakan senyawa
2,3-Dihidro-3-Oxobenziso
sulfonasol atau Benzosulfimida. Kelarutan Sakarin yaitu satu gram sakarin dapat larut dalam 290ml air pada suhu kamar atau dalam 250ml air mendidih, 1 gr sakarin juga larut dalam 31 ml alkohol, 12ml aseton atau 50ml gliserol, sakarin mudah sekali larut dalam larutan alkali karbonat dan sedikit larut dalam chloroform ataupun eter.
sulfonasol atau Benzosulfimida. Kelarutan Sakarin yaitu satu gram sakarin dapat larut dalam 290ml air pada suhu kamar atau dalam 250ml air mendidih, 1 gr sakarin juga larut dalam 31 ml alkohol, 12ml aseton atau 50ml gliserol, sakarin mudah sekali larut dalam larutan alkali karbonat dan sedikit larut dalam chloroform ataupun eter.
Sakarin mengalami hidrolisa dalam suasana
alkalis menjadi asam O-Sulfamoil-Benzoat sedangkan dalam susana asam akan
menjadi asam ammonium o-Sulfo-Benzoat. Rumus molekul sakarin adalah C₇H₅NO₃S dan berat molekulnya 183,18. Sakarin lebih stabil dalam bentuk
garam sehingga sering dijumpai dalam bentuk garam natriumnya dengan rumus
bangun sebagai berikut: Rumus bangun Natrium Sakarin (C₇H₅NO₃S) (Yusnidar Yusuf, 2013)
a. Sifat Fisik dan sifat kimia Sakarin yaitu:
1) Pemerian:
Berupa serbuk atau hablur putih, tidak berbau
atau berbau
aromatik lemah, larutan encer sangat manis, larutan bereaksi asam
terhadap lakmus.
aromatik lemah, larutan encer sangat manis, larutan bereaksi asam
terhadap lakmus.
2) Kelarutan:
Agak sukar larut dalam air, dalam kloroform dan
dalam eter,
larut dalam air mendidih, sukar larut dalam etanol, mudah larut dalam
larutan amonia encer, dalam larutanalkali hidroksida dan dalam alkali
karbonat dengan pembentukan karbondioksida.
larut dalam air mendidih, sukar larut dalam etanol, mudah larut dalam
larutan amonia encer, dalam larutanalkali hidroksida dan dalam alkali
karbonat dengan pembentukan karbondioksida.
b. Sifat sakarin terhadap temperatur :
1) Tidak stabil pada pemanasan
2) Akan pahit bila mengalami pemanasan
3) Pada temperatur sedang sampai tinggi bersifat meninggalkan
rasapahit atau rasa logam (Yusnidar Yusuf, 2013).
C. Tinjauan Umum Tentang
Dampak Zat Pemanis Bagi Kesehatan
1. Dampak sakarin terhadap kesehatan
Sakarin merupakan salah satu zat pemanis buatan
yang sering
digunakan oleh produsen makanan dan minuman pada produk industri
mereka.Kadar yang belebihan dapat merugikan kesehatan terutama
terhadap anak-anak.Ada beberapa produsen yang menggunakan zat
pemanis buatan melebihi batas standar yang diperbolehkan. Pemakaian
sakarin yang berlebihan, dapat menimbulkan bahaya bagi kesehatan
manusia, anatara lain: Migran dan sakit kepala, kehilangan daya ingat,
insomnia, iritasi, asma, hipertensi, diare, sakit perut, alergi, impotensi dan
gangguan sexual, kebotakan, kanker otak, kanker kandung kemih.
2. Dampak Siklamat terhadap kesehatan
digunakan oleh produsen makanan dan minuman pada produk industri
mereka.Kadar yang belebihan dapat merugikan kesehatan terutama
terhadap anak-anak.Ada beberapa produsen yang menggunakan zat
pemanis buatan melebihi batas standar yang diperbolehkan. Pemakaian
sakarin yang berlebihan, dapat menimbulkan bahaya bagi kesehatan
manusia, anatara lain: Migran dan sakit kepala, kehilangan daya ingat,
insomnia, iritasi, asma, hipertensi, diare, sakit perut, alergi, impotensi dan
gangguan sexual, kebotakan, kanker otak, kanker kandung kemih.
2. Dampak Siklamat terhadap kesehatan
Siklamat pertama kali ditemukan oleh Michael
Sveda pada tahun 1937, pada tahun 1950 siklamat ditambahkan ke dalam makanan
dan minuman. Siklamat umumnya dalam bentuk garam kalsium, kalium, dan natrium
siklamat. Garam siklamat berbentuk
kristal putih, tidak berbau, tidak berwarna, dan mudah larut dalam air dan
etanol. Kombinasi penggunaan siklamat dengan sakarin bersifat sinergis, dan
kompatibel dengan pencitarasa dan sebagai bahan pengawet. Sifat fisik siklamat
tahan panas, sehingga sering digunakan dalam makanan yang diproses dalam suhu
tinggi misalnya makanan dalam kaleng.
Siklamat mempunyai tingkat kemanisan 30 kali
dari gula. Rasa manis
siklamat masih dapat dirasakan pada tingkat pengenceran 1:10 ( dalam liter ), meskipun memiliki tingkat kemanisan yang tinggi dan rasanya enak (tanpa rasa pahit) tetapi siklamat dapat membahayakan kesehatan. Rumus molekul siklamat adalah C₆H₁₁NHSO₃Na. Nama lain siklamat dalam perdagangan dikenal dengan sebutan antara lain: Assugrin, Sucaril dan Sucrosa (Indriasari, 2008). Rumus bangun natrium siklamat yaitu : Rumus bangun natrium siklamat (C₆H₁₁NHSO₃Na)
a. Sifat fisik dan kimia siklamat antara lain :
siklamat masih dapat dirasakan pada tingkat pengenceran 1:10 ( dalam liter ), meskipun memiliki tingkat kemanisan yang tinggi dan rasanya enak (tanpa rasa pahit) tetapi siklamat dapat membahayakan kesehatan. Rumus molekul siklamat adalah C₆H₁₁NHSO₃Na. Nama lain siklamat dalam perdagangan dikenal dengan sebutan antara lain: Assugrin, Sucaril dan Sucrosa (Indriasari, 2008). Rumus bangun natrium siklamat yaitu : Rumus bangun natrium siklamat (C₆H₁₁NHSO₃Na)
a. Sifat fisik dan kimia siklamat antara lain :
1) Struktur : berbentuk kristal putih, tidak berbau, tidak
berwarna
2) Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air,etanol, dan praktis
tidak larut
dalam eter, benzene, dan kloroform. (Yusnidar Yusuf, 2013)
dalam eter, benzene, dan kloroform. (Yusnidar Yusuf, 2013)
2. Dampak siklamat terhadap kesehatan
Siklamat mempunyai dampak buruk terhadap
kesehatan apabila
mengkonsumsi yang berlebihan, dampaknya hampir sama seperti
penggunaan sakarin antara lain:Dapat merangsang pertumbuhan kanker
kandung kemih, alergi, bingung, diare, hipertensi, impotensi, iritasi,
insomnia, kehilangan daya ingat, migrain, sakit kepala, tremor, kebotakan,
kanker otak (Inriasari, 2008)
mengkonsumsi yang berlebihan, dampaknya hampir sama seperti
penggunaan sakarin antara lain:Dapat merangsang pertumbuhan kanker
kandung kemih, alergi, bingung, diare, hipertensi, impotensi, iritasi,
insomnia, kehilangan daya ingat, migrain, sakit kepala, tremor, kebotakan,
kanker otak (Inriasari, 2008)
3. Dampak Zat Aspartam terhadap kesehatan
Aspartam adalah salah satu jenis pemanis buatan
yang diizinkan untuk
digunakan pada makanan sesuai dengan persyaratan yang berlaku. Aspartam digunakan sebagai pemanis dalam berbagai makanan dan minuman seperti minuman ringan, makanan penutup, permen, permen karet, yoghurt, pangan kurang energi, dan pangan untuk mengontrol berat badan.
digunakan pada makanan sesuai dengan persyaratan yang berlaku. Aspartam digunakan sebagai pemanis dalam berbagai makanan dan minuman seperti minuman ringan, makanan penutup, permen, permen karet, yoghurt, pangan kurang energi, dan pangan untuk mengontrol berat badan.
Aspartam memiliki daya kemanisan 250 kali
sukrosa, pada tubuh manusia aspartam akan dimetabolisme menjadi tiga senyawa
utama yaitu asam aspartat, fenilalanin dan metanol yang secara alami juga
terdapat pada makanan lain dan dalam tubuh manusia. Asam aspartat merupakan
asam amino non-esensial yang terdapat secara alami dalam tubuh.
Aspartam ditemukan oleh James Schulter pada
tahun 1965. Aspartam bisa disebut dengan senyawa metil ester dipeptida yaitu
L-aspartil-L-alaninmetilester. Aspartam yang dikenal dengan nama dagang equal.
Aspartam kurang menguntungkan karena penyimpanan dalam waktu lama akan
mengakibatkan turunnya rasa manis. Aspartam tidak tahan panas sehingga tidak
baik digunakan dalam bahan pangan yang diolah melalui pemanasan. Aspartam
merupakan senyawa yang tidak berbau, berbentuk tepung kristal berwarna putih,
sedikit larut dalam air, dan berasa manis (Yusnidar Yusuf, 2013)
Aspartam tidak cocok untuk produksi makanan kering,
roti dan lain-lain, karena kelarutannya dalam air memberikan suasana asam cukup
besar. Aspartam memiliki rumus kimia C₁₄H₁₈N₂O₅, berat molekul 294.31 dan kerapatan 1,347 g/cm3. Aspartam
memiliki dua gugus fungsi yang bisa terionisasi dan keduanya ada pada bagian
residu asam aspartat.Pada pH netral, aspartam ada dalam dua bentuk terionisasi.
Aspartam stabil maksimal pada pH 4,3. Aspartam pada suhu kamar berbentuk bubuk
putih yang tidak berbau dan titik leburnya 248- 2500C. Rumus bangun aspartam
sebagai berikut: Rumus bangun aspartam (C₁₄H₁₈N₂O₅)
a. Sifat fisik dan kimia aspartam
1) Pemerian: Senyawa yang tidak berbau, berbentuk tepung Kristal
berwarna putih
berwarna putih
2) Kelarutan: Sedikit larut dalam air dan etanol (Yusnidar Yusuf,
2013)
b. Dampak aspartam terhadap kesehatan
Efek samping yang dapat ditimbulkan oleh
aspartame, seperti :
gangguan penglihatan, gangguan pendengaran, masalah jantung, mual
mual, kebal, pegal-pegal, bertambahnya berat badan, bintik-bintik pada
kulit, kelelelahan, insomnia, sulit bernapas, bicara tidak jelas, rasa nyeri
ketika menelan makanan, diare, sulit tidur, dan gangguan indera perasa.
gangguan penglihatan, gangguan pendengaran, masalah jantung, mual
mual, kebal, pegal-pegal, bertambahnya berat badan, bintik-bintik pada
kulit, kelelelahan, insomnia, sulit bernapas, bicara tidak jelas, rasa nyeri
ketika menelan makanan, diare, sulit tidur, dan gangguan indera perasa.
Aspartam juga dapat menyebabkan masalah
psikologis seperti depresi,
gelisah, perubahan tingkah laku, phobia, dan berkurangnya daya ingat.
Penyakit kronis yang dapat disebabkan oleh penggunaan aspartame yang
berlebihan antara lain : tumor pada otak, multiple sklerosis, epilepsi,
sindrom kelelahan kronis, parkinson, lupus, alzheimer, cacat mental,
limfoma, kelainan pada kelahiran anak, dan bahkan diabetes, yang
merupakan penyakit yang ingin dihindari oleh orang-orang yang banyak
mengonsumsi makanan atau minuman yang mengandung aspartame (Sujarwo Wahyu, 2010).
gelisah, perubahan tingkah laku, phobia, dan berkurangnya daya ingat.
Penyakit kronis yang dapat disebabkan oleh penggunaan aspartame yang
berlebihan antara lain : tumor pada otak, multiple sklerosis, epilepsi,
sindrom kelelahan kronis, parkinson, lupus, alzheimer, cacat mental,
limfoma, kelainan pada kelahiran anak, dan bahkan diabetes, yang
merupakan penyakit yang ingin dihindari oleh orang-orang yang banyak
mengonsumsi makanan atau minuman yang mengandung aspartame (Sujarwo Wahyu, 2010).
D. Tinjauan Umum Tentang
Kue Tradisional
Kue
adalah penganan atau makanan ringan yang di
buat dari campuran berbagai bahan pangan dan memiliki bentuk dan jenis yang
beraneka ragam. Pada awalnya, kue merupakan istilah yang di gunakan untuk
menyebut penganan tradisional atau oriental. Namun kemudian di generalisasikan
oleh masyarakat untuk menyebut segala bentuk makanan yang bukan makanan utama.
Tak perduli apakah itu oriental ataupun kontinental. Semua selama bukan merupakan
makanan utama maka di sebut kue.
Kue
bermula dari kata kueh yang berasal
dari bahasa cina dalam dialek Hokkien. Lalu kata itu di serap kedalam bahasa
melayu dan menjadi kue untuk lidah orang Indonesia atau kuih dalam dialek
melayu. Teknik membuat kue yang baik kemudian di pelajari secara khusus dalam
suatu bidang ilmu yang di sebut dengan Teknologi
Patiseri.
Secara umum kita
mengenal 3 jenis kue yang masing-masing memiliki karakteristik berbeda. Ketiga
jenis kue tersebut adalah:
1. Kue basah
Kue basah adalah
istilah yang digunakan untuk menyebut kue yang bertekstur lembut, empuk dan
relatif basah. Kue jenis ini biasanya memiliki umur simpan yang pendek karena
kadar airnya tinggi di bandingkan kue-kue yang lain. Kue basah identik dengan
kue tradisional atau kue oriental. Hal ini karena umumnya kue tradisional
terbuat dari tepung beras, gula, dan santan, sehingga lekas basi. Kue basah
biasanya dimasak dengan cara dikukus, direbus, atau digoreng.
2. Kue Kering
Kue kering adalah
istilah yang di gunakan untuk menyebut kue yang teksturnya keras dan renyah
karena memiliki kadar air yang sangat minim. Kue kering mempunyai daya simpan
yang sangat tinggi. Bahannya bisa dari apa saja, tepung beras, tepung
ketan, terigu ataupun sagu. Cara memasaknya biasanya digoreng atau di panggang
dalam oven. Kue kering yang dioven biasanya disebut cookies.
3. Bakery
Bakery adalah istilah
yang digunakan untuk menyebut penganan yang berupa roti, cake, pastri, dan
sejenisnya. Disebut bakery karena penganan ini dimasak dengan cara di panggang.
Meski ada sebagian yang terkadang dapat di masak dengan cara di goreng. Bahan
dasar bakery pun selalu sama, yaitu tepung terigu, lemak, gua, telur, garam dan
cairan baik yang berupa air ataupun susu. Di bandingkan ke dua jenis kue
diatas, bakery mempunyai keistimewaan dalam hal aroma. Aromanya sangat lezat
dan dapat tercium dari jarak yang relatif jauh.
Ketika zaman telah modern,
produk kue pun menjadi seakin beragam. Terjadi perpaduan resep di sana-sini
sehingga tercipta kue jenis baru. Namun begitu, pada dasarnya bahan untuk
membuat kue tetap sama
E.
Metode Pengendapan
Pengendapan
adalah sebuah reaksi pembentukan padatan dalam larutan/ di dalam padatan lain
selama terjadi reaksi kimia. Pengendapan juga dapat terjadi dikarenakan difusi
dalam padatan. Pada saat reaksi terjadi dalam larutan zat cair, terbentulah
padatan disebut sebagai endapan. Pada uji pengendapan atau gravimetrik ini
prinsipnya berdasarkan mengendapkan sampel dengan menambahkan suatu pelarut
yangsesuai ke dalam sampel sehingga sampel terendapkan.
E. Kerangka Pikir
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah jenis
penelitian deskriptif
B. Alur Penelitian
C. Waktu dan Tempat Penelitian
Adapun waktu dan tempat dalam penelitian ini
yaitu sebagai berikut;
1. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini direncanakan pada bulan
Juni 2019
2. Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini direncanakan di Laboratorium
Farmasi Universitas Indonesia Timur Makassar.
D. Populasi dan Sampel Penelitian
Adapun populasi dan sampel dalam penelitian ini yaitu sebagai
berikut:
1. Populasi Penelitian
Populasi
dalam penelitian ini adalah semua kue tradisional yang diperjualbelikan di
pasar Hartako Kota Makassar
2. Sampel Penelitian
Sampel
dalam penelitian ini adalah tradisional yang diperjualbelikan di pasar Hartako
Kota Makassar sebanyak 3 jenis.
3. Teknik Pengambilan Sampel Penelitian
Teknik
pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik simple
random sampling yaitu pengambilan sampel sacara acak dengan anggapan bahwa
kue tradisional mengandung zat pemanis.
E. Variabel Penelitian
Adapun variable dalam
penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Variabel bebas
Variabel bebas dalam
penelitian ini yaitu kue tradisional
2. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam
penelitian ini yaitu zat pemanis
F. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Adapun defenisi operasional variabel dalam
penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Zat pemanis adalah salah satu dari Bahan Tambahan Pangan ( BTP
) yang dapat menyebabkan rasa manis pada produk pangan yang tidak atau sedikit
mempunyai nilai gizi atau kalori, hanya boleh ditambahkan ke dalam produk
pangan dalam jumlah tertentu
2. Kue tradisional adalah makanan yang disajikan dalam wadah atau sarana
penjualan di pinggir jalan, tempat umum dan sekolah-sekolah lainnya yang
terlebih dahulu sudah dipersiapkan atau sudah dimasak di tempat atau di rumah.
G. Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja
dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Pra Analitik
a. Alat yang digunakan:
1) Hot Plate
2) Cawan porselin
3) Pipet ukur
4) Gelas Erlenmeyer
5) Labu ukur
6) Corong gelas
7) Neraca analitik
8) Karet penghisap
9) Kertas saring whatman 42
b. Bahan.
1) Kue tradisonal
2) Aquades
3) BaCl2 10%
4) HCl 10%
5) NaNO2 10%
2. Cara Kerja
Adapun cara kerja dalam penelitian ini yaitu
sebagai berikut:
a. Uji Kualitatif
1) Menyiapkan alat dan
bahan
2) Menimbang sampel
sebanyak 15 gram kemudian dimasukkan ke dalam Erlenmeyer
3) Menambahkan aquades
sebanyak 50 mL dan didiamkan selama 2 jam, kemudian di saring dengan kertas
whatman 42
4) Fitrat yang telah
disaring dimasukkan ke dalam Erlenmeyer
5) Menambahkan 10 mL HCL
10% dan larutan barium klorida (BaBCl2) 10 % dan didiamkan selama 30 menit
6) Menyaring dengan kertas
whatman 42
7) Hasil fitrat ditambahkan
dengan 10 mL larutan natrium Nitrit (NaNO2) 10% kemudian dipanaskan
8) Mengamati endapan yang
terbentuk, jika timbul endapan putih berarti mengandung zat pemanis.
b. Uji Kuantitatif
Prinsipnya
apabila dalam suasana asam dioksida dengan NaNO2 10%, kemudian
diendapkan sebagai BaSO4 sesudah dipijarkan ditetapkan kadar/bobot
BaSO4 dan kadar zat pemanis dapat dihitung.
1) Menyaring sampel yang
positif mengandung zat pemanis dengan kertas saring
2) Mengeringkan dengan
memasukannya ke dalam oven selama 2 jam, kemudian timbang
3) Menimbang cawan kosong
4) Menimbang cawan kosong +
sampel
5) Menimbang cawan +
endapan
6) Melakukan perhitungan
untuk mengetahui kadar zat pemanis yang terkandung pada sampel
7) Mencatat hasil pengamatan
pada tebel pengamatan yang telah disediakan.
H. Analisis Data
Data penelitian akan
disajikan dalam secara deskriptif. Data hasil penelitian berupa kandungan
pemanis akan dianalisis secara deskriptif. Data yang telah diolah disajikan
dalam bentuk tabel dan narasi.
Rumus
perhitungan:
Bobot cawan kosong (A) =….. gram
Bobot cawan + Sampel (B) =…..
gram
Bobot cawan + Endapan (C) =….. gram
Bobot BaSO4 = BM SO4 x (C-A) =
…. gram
BM BaSO4
Kadar zat Pemanis = BM Zat Pemanis x 100%= ….%
BM SO4
% Zat Pemanis = Kadar
Zat Pemanis x 100% = ….%
B-A
DAFTAR PUSTAKA
Amalia dan Agnes M. 2013. Panduan
Peyiapan pangan Sehat Untuk Semua. Jakarta: Kencana Prenada media Group
BPOM, 2004, Peraturan Kepala Badan Pengawas
Obat dan Makanan RI No. HK.00.05.5.1.4547 Tahun 2004 Tentang Persyaratan Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pemanis Buatan
dalam Produk Pangan, Badan Pengawas Obat dan Makanan. Jakarta: BPOM
Cahyadi W. 2006. Analisa dan
Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Jakarta: Bumi Aksara
. 2008. Analisa dan Aspek Kesehatan
bahan Tambahan Pangan. Jakarta: Bumi
Aksara
https://www.kamusq.com/2013/11/kue-adalah-pengertian-dan-definisi.html
Inriasari, 2008. Deteksi
Obat dan Cegah Penyakit. Yogyakarta: Pustaka Grahatama.
Noor Aini, Junita. 2007. Analisis Pemanis Sintetis Pada Minuman
Jelly Yang Dijual Di SD Tlogosari Wetan 01 Semarang. Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Semarang. Semarang: UMSS.
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia Nomor 2014. Tentang Batas Maksimum Penggunaan Bahan Tambahan
Pangan Pemanis. Jakarta: BPOM
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 722 Tahun
1988. Tentang Bahan Tambahan Pangan. Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
Jakarta: Menkes
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 033 Tahun
2012. Tentang Bahan Tambahan Pangan. Menteri Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta: Menkes
Wahyu, Sujarwo. 2010. Aspartame, Sakarin, Dan Siklamat.
https://sujarwowahyu.wordpress.com/aspartame-sakarin-dan-siklamat/.
https://sujarwowahyu.wordpress.com/aspartame-sakarin-dan-siklamat/.
Yuliarti. 2007. Awas Bahaya Di Balik Lezatnya Makanan.
Yogyakarta: Andi
No comments:
Post a Comment