PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Status
gizi ibu hamil merupakan salah satu indikator dalam mengukur status gizi masyarakat
(Moehji, 2013). Jika masukan zat gizi untuk ibu hamil dari makanan tidak
seimbang dengan kebutuhan tubuh maka akan terjadi defisiensi zat gizi.
Kekurangan zat gizi dan rendahnya derajat kesehatan ibu hamil masih sangat
rawan, hal ini ditandai masih tingginya angka kematian ibu (AKI) yang
disebabkan oleh perdarahan karena anemia gizi dan kekurangan energi kronik
(KEK) selama masa kehamilan.
Kekurangan
Energi kronik (KEK) merupakan kondisi yang disebabkan karena adanya
ketidakseimbangan asupan gizi antara energi dan protein, sehingga zat gizi yang
dibutuhkan tubuh tidak tercukupi (Kemenkes RI, 2016). Prevalensi KEK
dinegara-negara berkembang seperti Banglades, India, Indonesia, Myanmar, Nepal,
Srilanka danThailand adalah 15-47% yaitu dengan BMI < 18,5. Adapun negara
yang mengalami prevalensi yang tertinggi adalah Banglades yaitu 47%, sedangkan
Indonesia menjadi urutan keempat terbesar setelah India dengan prevalensi 35,5%
dan yang paling rendah adalah Thailand dengan prevalensi 15-25% (Sigit, 2015).
Prevalensi KEK pada wanita hamil di Indonesia berdasarkan data Riskesdas tahun
2013 sebesar 24,2% dan di Sulawesi Tenggara sebesar 22,6% (Kemenkes RI, 2013). Kemudian berdasarkan data
riskesdas tahun 2018, prevalensi KEK pada wanita hamil di Indonesia sebesar
17,3% dan di Sulawesi Tenggara prevalensi KEK mencapai 28%. Di Kabupaten KSolaka, prevalensi bumil KEK
berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka pada tahun 2017 mencapai 6,81% dan pada tahun 2018 prevalensi
bumil KEK mencapai 7,26%.
Hasil
survei di puskesmas Tosiba, Kecamatan Samaturu, Kabupaten Kolaka diperoleh data
tentang kejadian KEK pada ibu hamil, yaitu kejadian KEK pada tahun 2017
sebanyak 43 kasus (8,65%) dari 497 ibu hamil, tahun 2018 sebanyak 35 kasus
(7,12%) dari 491 ibu hamil. Data tersebut menunjukkan masih perlunya penanganan
terhadap ibu hamil KEK. Ibu hamil dengan KEK berisiko mengalami komplikasi baik
dalam kehamilannya maupun persalinanannya sehingga perlu dilakukan perbaikan
gizi pada ibu hamil.
Berdasarkan
hasil survei di Puskesmas Tosiba, Kecamatan Samaturu, Kabupaten Kolaka
diperoleh data tentang factor penyebab
terjadinya masalah kekurangan energi kronik pada ibu hamil, yaitu umur, pola
makan, dan pengetahuan. Dimana banyak diantara ibu hamil yang menikah pada umur
atau usia yang masih muda. Dan pada saat masa kehamilan banyak diantara ibu
hamil yang terganggu pola makannya dikarenakan nafsu makan terganggu, selalu
mual ketika memakan sesuatu dan hal ini menyebabkan terganggunya status gizi
dari ibu hamil yang pada akhirnya berdampak pada bayi yang dikandungnya.
Penyebab
utama terjadinya KEK pada ibu hamil yaitu sejak sebelum hamil ibu sudah
mengalami kekurangan energi, karena kebutuhan orang hamil lebih tinggi dari ibu
yang tidak dalam keadaan hamil. Kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme
energi, karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya meningkat selama
hamil. Menurut Sediaoetama (2014), penyebab dari KEK dapat dibagi menjadi dua, yaitu
penyebab langsung dan tidak langsung. Penyebab langsung terdiri dari asupan makanan
atau pola konsumsi, infeksi, makanan pantangan. Penyebab tidak langsung terdiri
dari hambatan utilitas zat-zat gizi, hambatan absorbsi karena penyakit infeksi
atau infeksi cacing, ekonomi yang kurang, pengetahuan, pendidikan umum dan
pendidikan gizi kurang, produksi pangan yang kurang mencukupi kubutuhan,
kondisi hygiene yang kurang baik, jumlah anak yang terlalu banyak, usia ibu,
usia
menikah, penghasilan rendah, perdagangan dan distribusi yang tidak
lancar
dan tidak merata, jarak kehamilan (Sediaoetama, 2014).
KEK
pada ibu hamil dapat menyebabkan risiko dan komplikasi pada ibu antara lain:
anemia, pendarahan, berat badan ibu tidak bertambah secara normal dan terkena
penyakit infeksi. Pengaruh KEK terhadap proses persalinan dapat menyebabkan
persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum waktunya (premature), pendarahan
setelah persalinan serta persalinan dengan operasi cenderung meningkat. KEK ibu
hamil dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan
keguguran dan bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada
bayi, asfiksia intrapartum (mati dalam kandungan), lahir dengan berat badan
lahir rendah (BBLR). Bila BBLR bayi mempunyai risiko kematian, gizi kurang,
gangguan pertumbuhan, dan gangguan perkembangan anak. Untuk mencegah risiko KEK
pada ibu hamil sebelum kehamilan wanita usia subur sudah harus mempunyai gizi
yang baik, misalnya dengan LILA tidak kurang dari 23,5 cm. Apabila LILA ibu
sebelum hamil kurang dari angka tersebut, sebaiknya kehamilan ditunda, sehingga
tidak berisiko melahirkan BBLR. Ibu hamil diketahui menderita KEK dilihat dari
pengukuran LILA, adapun ambang batas LILA ibu hamil dengan risiko KEK di
Indonesia adalah 23,5 cm. Apabila ukuran LILA kurang dari 23,5 cm atau di
bagian merah pita LILA, artinya wanita tersebut mempunyai risiko KEK dan
diperkirakan akan melahirkan berat bayi lebih rendah (BBLR). BBLR mempunyai risiko
kematian, gizi kurang, gangguan pertumbuhan dan gangguan perkembangan anak. KEK
pada ibu hamil juga dapat meningkatkan risiko untuk melahirkan bayi dengan
BBLR. Bayi yang dilahirkan dengan BBLR umumnya kurang mampu meredam tekanan
lingkungan yang baru, sehingga dapat berakibat pada terhambatnya pertumbuhan
dan perkembangan, bahkan dapat mengganggu kelangsungan hidupnya (Almatsier
2011).
Berdasarskan
uraian tersebut, sehingga penulis tertarik untuk meneliti tentang kurang energi
kronis pada ibu hamil di Puskesmas Tosiba, Kecamatan Tosiba, Kabupaten Kolaka,
Provinsi Sulawesi Tenggara.
B.
Rumusan
Masalah
Dari uraian tersebut
maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut, bagaimanakah kurang
energi kronik (KEK ) yang terjadi pada ibu hamil?
C.
Tujuan
Penelitian
1.
Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang
berhubungan dengan
kejadian
kekurang energi kronik (KEK) pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Tosiba
Kecamatan Samaturu Kabupaten Kolaka Propinsi Sulawesi Tenggara.
2.
Tujuan Khusus
a.
Untuk mengetahui
hubungan pola makan dengan kejadian KEK pada ibu hamil.
b.
Untuk mengetahui
hubungan penyakit infeksi dengan kejadian KEK pada ibu hamil.
c.
Untuk mengetahui
hubungan umur terhadap kejadian KEK pada ibu hamil.
d.
Untuk mengetahui
hubungan pengetahuan dengan kejadian KEK pada ibu
hamil.
e.
Untuk mengetahui
hubungan pendapatan dengan kejadian KEK pada ibu hamil.
D.
Manfaat
Penelitian
1.
Manfaat Ilmiah
Penelitian dapat memberikan sumbangan
teori ilmu pengetahuan serta memberikan data dasar bagi penelitian selanjutnya.
Penelitian ini dapat memberikan informasi bagi responden mengenai kurang energi
kronik (KEK) pada ibu hamil.
2.
Manfaat Bagi Masyarakat
Penelitian ini dapat menambah wawasan
dan pengetahuan bagi masyarakat.
3.
Manfaat Bagi Pemerintah
Penelitian ini dapat memberikan
informasi kepada pemerintah mengenai masalah kurang energi kronik (KEK) pada
ibu hamil. Dengan adanya penelitian ini pemerintah tahu tindakan apa yang harus
dilakukan terhadap masalah gizi yang ditemukan dalam masyarakat.
No comments:
Post a Comment