MAKALAH
KERJA
SAMA INTERNASIONAL ANTARA
INDONESIA
DAN AMERIKA
D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
Nama : Meydi Audina
NIS : 17.910
Kelas : XI MIPA 4
Sekolah SMA NEG. 14 MAKASSAR
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada saya sehingga berhasil
menyelesaikan makalah ini Alhamdulillah tepat pada waktunya. Makalah ini
berjudul
“Kerja Sama Internasional Indonesia dengan Amerika”
Dengan adanya makalah ini, maka penulis dan
teman-teman akan lebih mudah mengetahui terkait bagaimana Kerja Sama
Internasional Indonesia dengan Amerika
.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu saya harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin ......
DAFTAR
ISI
BAB I PEMBAHASAN
1.1 Tanggal
Pendirian beserta
Anggotanya................................................................i
1.2 Tujuan
Pendirian...................................................................................................ii
1.3 Contoh
kegiatan beserta
penjelasan...................................................................iii
BAB II PENUTUP
1.1 Kesimpulan
1.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA.............................................iv
BAB
I
PEMBAHASAN
Indonesia
telah memiliki hubungan
bilateral dengan Amerika
Serikat Untuk waktu yang lama. Hubungan ini kita bisa lihat pada tahun
1949. Pada tahun tersebut Menteri Kemakmuran
RI Dr. A.K.
Gani berangkat dalam
sebuah misi diplomatik ke Amerika
Serikat untuk mengadakan kesepakatan hubungan dagang dengan Amerika
Serikat. Perjalanan tersebut
tidak saja merupakan salah satu tonggak bersejarah
hubungan dagang antara Indonesia dengan
Amerika Serikat saja, namun pada tahun tersebut juga merupakan tahun resminya
Indonesia memiliki hubungan diplomatik dengan Amerika Serikat. Walaupun
Indonesia dan Amerika Serikat telah memiliki hubungan yang resmi, namun pada
perjalanannya hubungan dua negara tersebut telah lama disebut tidak selamanya
berjalan mulus.Seperti lazimnya dinamika
hubungan, hubungan Indonesia
dan Amerika Serikat mengalami
pasang surut. Salah satu pengalaman yang tidak menyenangkan bagi bangsa Indonesia dalam berhubungan dengan Amerika
Serikat terjadi ketika pemerintah Amerika
Serikat mengambil kebijakan mengembargo persenjataan militer Indonesia
di era pemerintahan orde baru. Hal tersebut
mengakibatkan sulitnya akses Indonesia pada
bidang militer. Walaupun
hubungan politik Indonesia –Amerika Serikat mengalami
penurunan ketika Amerika Serikat
mengembargo persenjataan militer Indonesia,
tetapi hubungan dagang antara
Indonesia -Amerika Serikat terus mengalami peningkatan. Berbagai kerjasama terbentuk dalam
dekade ini baik
kerjasama bilateral yang dimana
dalam hal tersebut
hanya terlibat dua
negara saja, dan
kerjasama multilatreral yang bisa
kita ambil contohnya
adalah negara Indonesia
dengan anggota ASEAN.
Kerjasama bilateral inilah
yang semakin diperkuat
oleh negara Indonesia dengannegara
penyandang nama Super
Power tersebut. Kita
bisa lihat berbagai kerjasama
yang telah kita bentuk baik dalam perekonomian,pertahanan,dan investasi.
Hal ini dilakukan
sudah pasti untuk
memenuhi kepentingan nasional negara
tersebut. Dalam kancah internasional hubungan bilateral ini lebih kondusif sehingga
pemantapan dalam proses
ini sangat dibutuhkan
sebelum diplomasi ini terjadi. Upaya-upaya untuk
meningkatkan hubungan perekonomian,perdagangan dan investasi
dengan Amerika Serikat
merupakan salah satu
prioritas diplomasi indonesia dalam
rangka mendukung pembangunan
dan pertumbuhan ekonomi nasional serta peningkatan kesejahteraan
rakyat Indonesia. Kawasan Amerika merupakan
sebuah kawasan yang
potensial dan menjanjikan sebagai
mitra Indonesia, karena
didalamnya terdapat negara-negara yang sudah
sangat maju perekonomiannya seperti Amerika
Serikat yang merupakan pasar
tradisional bagi produk ekspor indonesia. Sistem perekonomian
Amerika Serikat adalah
sistem pasar bebas
dengan memberikan kebebasan bagi pihak swasta untuk melaksanakan
kegiatan-kegiatan ekonomi yang sedikit
banyak mempengaruhi arah
dan kapasitas perekonomian Amerika Serikat.
Hal ini didukung
dengan relatif terbatasnya
peraturan dan keterlibatan pemerintah
Amerika Srikat, serta
sistem pengadilan yang
umumnya menjungjung tinggi property right dan mendorong adanya kontrak -kontrak bisnis.
Meski
konsumen dan produsen
banyak terlibat dalam
kegiatan ekonomi, pemerintah
Amerika Serikat mengontrol setidaknya 4 aspek, yaitu penetapan tarif dan subsidi
untuk melindungi industri
dalam negeri, pembangunan
infrastruktur, kebijakan-kebijakan perbankan, dan investasi dalam
negeri.Indonesia menjalin hubungan
politik dan strategis yang
cukup baik dengan Amerika Serikat terutama sejak
rezim orde baru berkuasa
di Indonesia yaitu sekitar
tahun 1960an. Namun hubungan
ekonomi kedua pihak
tidak cukup berkembang dibandingkan
dengan hubungan ekonomi Amerika
Serikat dengan negara tetangga Indonesia,
seperti Singapura dan Australia. Indonesia menjalin
hubungan politik dan
strategis yang cukup
baik dengan Amerika . Serikat (AS) terutama sejak Rezim
Orde Baru berkuasa di Indonesia yaitu paruh kedua dekade 1960an. Namun hubungan
ekonomi kedua pihak tidak cukup berkembang dibandingkan dengan hubungan ekonomi
AS dengan negara
tetangga Indonesia, seperti
Singapura dan Australia. Dominasi aspek
politik dan strategis
dalam hubungan kedua negara
mengakibatkan AS dan Indonesia
kurang mengembangkan potensi-potensi ekonomi
diantara keduanya. Sejak
tahun 2009 AS juga dilanda krisis ekonomi. Upaya peningkatan hubungan
kedua belah pihak muncul dalam beberapa tahun terakhir karena dorongan
Duta Besar Indonesia yang baru dan upaya
AS untuk mencari pasar
lebih besar dalam
rangka pemulihan krisis
ekonominya. Pada bulan November 2010
pemimpin kedua negara
menandatangani the US-Indonesia
Compherensive Partnership Agreement
(US-Indonesia CPA) yang merupakan komitmen jangka panjang kedua negara untuk
meningkatkan dan memperdalam
hubungan bilateral. Salah
satu sektor yang menjadi fokus kerja sama adalah sektor
ekonomi.
Selain
menandatangani CPA, upaya
Pemerintah Indonesia dan
AS untuk meningkatkan hubungan ekonomi
kedua negara ditandai
dengan pembentukan beberapa
forum untuk memfasilitasi dialog
dan kerjasama ekonomi diantarakedua negara. Forum dan insiatif tersebut terdiri
atas: US-Indonesia Trade and Investment
Dialogue, Commercial Dialogue, dan
Overseas Private Investment Corporation
(OPIC). Selain itu,
Indonesia menjadi satu
dari negara fokus ekspor AS yang tercantum dalam National
Export Initiatives (NEI), dan AS
menyelenggarakan Global Entrepreneurship Program (GEP) untuk mendorong wirausaha di Indonesia
dan United States Trade
and Development Agency
(USTDA) Geothermal Development
untuk mendorong kerja sama energi.
Dalam,
hubungan dagang, AS
merupakan mitra dagang
terbesar ketiga bagi
Indonesia setelah Cina dan Jepang. Neraca perdagangan Indonesia terhadap
Amerika Serikat menunjukkan nilai
yang positif. Ekspor
nonmigas yaitu karet,
tekstil dan pakaian
jadi, alas kaki
dan mesin listrik mendominasi
komoditas Indonesia yang dikirim ke AS. Nilai ekspor nonmigas Indonesia secara
keseluruhan mengalami tren yang meningkat, kecuali di tahun 2009 sebagai dampak
dari krisis ekonomi di AS; kenaikan ekspor tahun
2010 dan 2011
mencapai 31,49% dan
15,37% (Kementerian Perdagangan, 2012).
AS juga merupakan
salah satu negara
asal impor terbesar, bersama dengan negara-negara ASEAN,
Jepang, dan Cina. Nilai impor Indonesia dari Amerika Serikat pada tahun 2011
mencakup 6,09% dari total impor Indonesia, lebih kecil dari nilai impor tahun
2009 dan 2010.
Walaupun tren sejak
tahun 2008 menunjukkan
bahwa Indonesia memiliki
nilai transaksi berjalan yang
positif, terjadi defisit transaksi berjalan yang mencapai 3,1% dari PDB pada
awal tahun 2012 dan 2,6% dari PDB pada kuartal ketiga 2012. Salah satu penyebab
defisit transaksi berjalan sebesar USD 561,1 juta pada periode Januari –
Oktober 2012 adalah impor pesawat dari AS ke Indonesia.
Nilai
investasi Amerika Serikat
ke Indonesia pada
2011 mencapai USD
1,5 miliar, atau 7,6% dari total investasi yang masuk ke
Indonesia dan meningkat dibanding tahun sebelumnya yang mencapai
US$ 1 miliar.
Investasi langsung (Foreign
Direct Investment) dari
AS menyumbang 4% dari
total nilai FDI
di Indonesia. Posisi
FDI Indonesia terhadap
Amerika Serikat mencapai puncaknya pada tahun 2005, namun kemudian
menurun hingga bernilai negatif di 2006. Tren posisi FDI dari 2007 hingga 2010
mengalami penurunan. Pasang surut FDI AS ke Indonesia tidak terlepas dari
perubahan rezimatau undang-undang yang
berlaku di Indonesia.
Pemerintah Indonesia mengeluarkan
berbagai produk perundangundangan yang meliberalisasi
investasi asing di Indonesia pada tahun 1980an dan tahun 1990an. Namun krisis
yang terjadi akhir
tahun 1990an menyebabkan
Indonesia tidak menjadi
tujuan investasi yang menarik
dimata investor asing. Keadaan ini mulai membaik setelah tahun 2001 ketika Pemerintah
bersikap lebih terbuka
terhadap investasi asing,
daya tawar perusahaanperusahaan Indonesia yang
kompetitif, privatisasi dan rekapitalisasi bank-bank di Indonesia, dan
privatisasi beberapa BUMN. Pada tahun 2005, ketika saham FDI di Indonesia mencapai US$10
Milyar, perusahaan multinasional
AS mendominasi investasi
asing di Indonesia.
Hampir 60% FDI dari AS terkonsentrasi
pada sektor minyak, gas,dan pertambangan. AS
turut memberikan berbagai
macam bentuk bantuan
bagi Indonesia yang
disalurkan melalui United States
Agency for International
Development (USAID). Terkait dengan bidang ekonomi, terdapat
beberapa aspek yang
menjadi fokus dari bantuan
AS ini, diantaranya: Penguatan pertumbuhan
ekonomi dan penciptaan
lapangan pekerjaan, Pengembangan
iklim usaha dan perusahaan,
stabilitas dan kewajaran
sektor keuangan, perbaikan
kualitas jasa kebutuhan dasar,
jasa lingkungan, jasa
kesehatan, serta sektor
pangan dan gizi.
Selain itu, AS juga
memberikan pinjaman luar
negeri. Pinjaman bilateral
yang berasal dari
Amerika Serikat menempati
peringkat kedua setelah pinjaman bilateral yang berasal dari Jepang.
Berdasarkan kondisi yang terkait dengan Indonesia
dan AS, terdapat berapa bidang kerja sama yang berpeluang untuk dikembangkan
kedua negara, yaitu: a. Kerja sama
di bidang infrastuktur
yang masih menjadi
kelemahan utama di
Indonesia sebenarnya juga menjadi
peluang utama kerjasama
ekonomi dengan AS.
Selain proyek pembangunan, AS
dapat memberikan konsultasi
infrastruktur yang dibutuhkan
Indonesia, terutama untuk sektor informasi dan teknologi (IT) dan migas.
b. Meningkatkan perdagangan
bilateral yang tidak
hanya menyangkut perdagangan komoditas terutama pertanian,
tekstil, perkayuan, dan
industri perfilman, tapi
juga berbagai kegiatan yang dapat mendorong perdagangan syaitu
sertfikasi dan labeling, pemberian General System of Preferences
(GSP) bagi Indonesia,
perlindungan HKI oleh
Pemerintah Indonesia bagi produk
dari AS, dan
tindakan tegas terhadap
praktek-praktek korupsi dan
birokrasi yang berbelit-belit.
c. Perbaikan pelaksanaan
debt-swap. AS merupakan
negara kreditor yang
paling banyak memberikan pengurangan
utang dengan menggunakan
skema debt-for nature
swap (DNS). Pada tahun
2009, Indonesia juga
menandatangani perjanjian DNS
dengan AS untuk mengalihkan sisa
pembayaran enam jenis
utang pemerintah Indonesia
hingga US$29.2 juta selama 8 tahun ke depan namun
pelaksanaan DNS ini cukup banyak menimbulkan masalah karena besarnya jumlah
hutang yang tetap harus dibayar Pemerintah Indonesia. d. Kedua
negara dapat meningkatkan
hubungan ekonomi dengan
meningkatkan transparansi
akun wajib pajak
AS di Indonesia.
Indonesia dapat membantu
pelaksanaan FATCA yang menjadi
mekanisme Pemerintah Amerika
Serikat untuk menyingkap
dan membuka penyalahgunaan
pajak yang dilakukan oleh warganya yang memiliki akun keuangan di luar negeri.
2.2 Hubungan
Amerika Serikat dan Indonesia dalam Bidang Keamanan
Hubungan Indonesia dan Amerika Serikat (AS) telah
terbina sejak sebelum Proklamasi Kemerdekaan RI tahun 1945. Di era Demokrasi
Terpimpin, antara tahun 1959 dan tahun 1965, Amerika Serikat memberikan 64 juta
dollar dalam bentuk bantuan militer untuk jenderal-jenderal militer Indonesia.
Menurut laporan di media cetak "Suara Pemuda Indonesia": Sebelum
akhir tahun 1960, Amerika Serikat telah melengkapi 43 batalyon angkatan
bersenjata Indonesia. Tiap tahun AS melatih perwira-perwira militer sayap
kanan. Di antara tahun 1956 dan 1959, lebih dari 200 perwira tingkatan tinggi
telah dilatih di AS, dan ratusan perwira angkatan rendah terlatih setiap tahun.
Kepala Badan untuk Pembangunan Internasional di Amerika pernah sekali
mengatakan bahwa bantuan AS, tentu saja bukan untuk mendukung Soekarno dan
bahwa AS telah melatih sejumlah besar perwira-perwira angkatan bersenjata dan
orang sipil yang mau membentuk kesatuan militer untuk membuat Indonesia sebuah
"negara bebas".
Hubungan kerjasama antara Indonesia dan AS dalam
bidang keamanan, lebih difokuskan pada hubungan antara kedua negara pada tahun
2005-2010 karena pada tahun 2005 hubungan Indonesia dan Amerika Serikat mulai
mengalami perubahan menuju arah yang lebih baik, dimana embargo militer AS
kepadaIndonesia secara bertahap mulai dihapuskan pada tahun 2005. Hal ini
dilihat oleh pemerintah AS bahwa sudah mencapai kemajuan penting dalam
memajukan demokrasi dan AS akan membantu Indonesia untuk memodernisasi militernyaserta meningkatkan usaha
kontra-terorisme dan pertolongan bencana. Hubungan antara Indonesia dan AS pada
kerjasama dalam bidang keamanan terlihat dan signifikan dari adanya diadakan
dialog keamanan olehkedua negara yang terus dilanjutkan meskipun, telah
mengalami pergantian pemerintahan dari kedua negara. Dialog keamanan antara
kedua negaramemfokuskan pada kerjasama untuk melawan aksi terorisme yang
dapatmengancam kedaulatan kedua negara, dan juga mengancam keamanan
dunia.Selain itu, hubungan kerjasama antara dua negara ini mengacu pada dampak
yangakan diterima oleh Indonesia terhadap stabilitas keamanan negara ini.Pada
tahun 2010, adanya Kemitraan Komprehensif yang memungkinkankedua negara yaitu
Indonesia dan AS untuk sepenuhnya mengeksplorasi danmembangun bersama di atas
kepentingan nasional, memaksimalkan kerjasama pada prioritas bersama, dan
memperkuat hubungan yang telah terjalin lama antara Indonesia dan Amerika
Serikat. Kemitraan Komprehensif bagi kedua negara, tujuannya untuk memperkuat
kerjasama bilateral di berbagai isu dalam rangkamempromosikan perdamaian,
stabilitas, dan kemakmuran ekonomi, yangsemuanya itu tidak hanya dapat
dirasakan oleh Amerika Serikat dan Indonesia,tetapi baik regional maupun global
juga turut merasakan dampak dari kerjasama antar negara tersebut.
2.3 Hubungan
Indonesia-Amerika Serikat dalam Dinamika, Tantangan dan Kepentingan Strategis
Hubungan diplomatik antara Indonesia dengan Amerika
Serikat mengalami pasang surut. Pada masa Indonesia di bawah kepemimpinan
Soekarno, hubungan diplomatik Indonesia-Amerika Serikat renggang karena sikap
Amerika Serikat sering berbenturan dengan Presiden Soekarno. Bahkan Presiden
Soekarno menyerukan pada Duta Besar Amerika Serikat, Jones “go to hell with
your aid” (Wiharyanto, n.d.). Hal ini diperkuat dengan pernyataan Smith (2003)
yang menyebutkan bahwa Soekarno menutup diri terhadap Amerika. Sehingga Indonesia
menjalin hubungan dengan Cina yang merupakan blok timur. Namun, hubungan
diplomatik Indonesia-Amerika Serikat kembali terjalin terkait dengan masalah
Pembebasan Irian Barat. Perang Dingin yang telah membagi kekuatan dunia menjadi
dua kekuatan besar, yaitu Amerika Serikat dan Uni Soviet, turut serta
mempengaruhi hubungan diplomatik Indonesia. Sebagai negara baru yang tidak
menghendaki adanya imperialisme, maka secara tegas Indonesia mengumandangkan
Politik Bebas Aktif nya. Politik Bebas Aktif menunjukkan bahwa dalam kebijakan
luar negerinya Indonesia tidak dipengaruhi dan tidak mendapat intervensi dari
blok manapun, baik itu Amerika Serikat maupun Uni Soviet. Namun, dengan adanya
Politik Bebas Aktif tersebut Indonesia berhak cenderung pada salah satu pihak.
Hal tersebut tercermin ketika Indonesia menghadapi Belanda dalam kasus
pembebasan Irian Barat. Ketika Indonesia meminta bantuan persenjataan militer
pada Amerika Serikat, Amerika Serikat mengabaikan permohonan Indonesia karena
Belanda merupakan sekutunya. Akhirnya, menghadapi penolakan tersebut Indonesia
beralih pada Uni Soviet. Uni Soviet dengan tangan terbuka menolong Indonesia.
Uni Soviet membantu Indonesia dalam pengerahan sukarelawan dan penerjunan
darurratdi wilayah Irian Barat. Bantuan Uni Soviet pada Indonesia tersebut
cukup mengkhawatirkan posisi Amerika Serikat di mata Indonesia. Menghadapi
kenyataan tersebut, Amerika Serikat mendesak Belanda sebagai sekutunya untuk
segera berunding dengan Indonesia untuk membahas mengenai penyelesaian sengketa
Irian Barat. Amerika Serikat mengeluarkan syarat-syarat pada Belanda diamana
syarat-syarat yang diajukan Amerika Serikat tersebut sangat menguntungkan
Indonesia.
Sebelum Soekarno memasrahkan pemerintahan Indonesia
pada Soeharto, Indonesia tengah berkutat menumbas G30S/PKI yang beraliran
komunis yang merupakan musuh utama Amerika Serikat. Indonesia pada saat dibawah
kepemimpinan Soeharto sangatlah anti komunis, telah membubarkan PKI, menahan
ratusan ribu anggota PKI yang tentunya hal tersebut sangat menarik perhatian
Amerika Serikat (Wiharyanto, n.d.). Oleh sebab itu, ketika Indonesia dilanda
krisis yang mengakibatkan rapuhnya perekonomian Indonesia, maka Amerika Serikat
dengan senang hati memberikan bantuannya pada Indonesia sehingga stabilitas
ekonomi dan keamanan Indonesia dapat ditegakkan (Wiharyanto, n.d.). Selain itu
juga Soeharto beranggapan bahwa Amerika merupakan pihak yang mampu memberikan
bantuan perekonomian yang cukup besar bagi Indonesia (Smith, 2003). Namun, hal
tersebut tidak berlangsung lama. Wiharyanto (n.d) menyebutkan bahwa karena
hubungan Indonesia-Amerika yang berdasar pada kesamaan sikap anti komunis
ternyata tidak sehat. Hal tersebut tercermin setelah berakhirnya perang dingin
dimana kekuatan komunisme dunia telah hancur, maka hubungan Indonesia-Amerika
pun menjadi rapuh. Kerapuhan tersebut semakin diperkuat ketika naik secara
drastisnya nilai tukar dollar amerika terhadap rupiah yang menyebabkan inflasi
besar-besaran sehingga rezim orde baru di bawah kepemimpinan Soehartopun
runtuh.
Hubungan Indonesia dengan Amerika Serikat pada era
reformasi cenderung mengalami fluktuasi. Hubungan Indonesia-Amerika Serikat
dapat dikatakan rapuh saat pemerintahan Presiden BJ Habibie. Terjadinya
berbagai peristiwa penembakan dan pembunuhan di Timor Timur yang menyebabkan
jatuhnya banyak korban selama kependudukan Indonesia di wilayah tersebut
mendapat perhatian dunia internasional. Penggunaan kekuatan militer Indonesia
yang cenderung koersif di Timor Timur dinilai Amerika Serikat sebagai tindakan
yang sangat bertentangan dengan Hak Asasi Manusia. Amerika Serikat aktif
mengupayakan penanganan konflik ini di Perserikatan Bangsa-Bangsa hingga pada
akhirnya Australia diutus sebagai penengah dalam konflik Indonesia dan Timor
Timur. Solusi yang didapat dengan dilakukannya referendum oleh Presiden B.J.
Habibie terhadap rakyat Timor Timur ialah melepaskan Timor Timur dari Negara
Kesatuan Republik Indonesia (Smith, 2003: 453).
Pemerintahan Megawati menghadapi tantangan baru
berkaitan dengan dinamika hubungan Indonesia dengan Amerika Serikat. Era
Megawati merupakan era dimana Amerika Serikat sedang menyatakan perang terhadap
terorisme akibat adanya peristiwa 9/11. Presiden Amerika Serikat George Walker
Bush secara tegas mendeklarasikan kebijakan negaranya untuk memerangi terorisme
dan sekaligus mencari dukungan internasional terhadap kebijakan tersebut.
Amerika Serikat secara sepihak dan terburu-buru mendoktrin masyarakat bahwa
serangan terorisme yang terjadi merupakan serangan yang dilakukan oleh
kelompok-kelompok radikal Islam yakni Al Qaeda dimana mereka tersebar di
wilayah Timur Tengah. Colin Powell, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat saat
itu, dalam pidatonya di depan Dewan Keamanan PBB juga mengemukakan alasan
dibalik keputusan pemerintahan Bush untuk menginvasi negara-negara Timur Tengah
adalah Saddam Hussein yang dicurigai mempunyai weapon of mass destruction
(WMDs) dan sedang berusaha memproduksinya.
Terorisme menjadi ancaman baru bagi negara-negara
lain terutama negara-negara yang tidak mempunyai power kuat. Sebagai negara
dengan jumlah penduduk muslim yang besar di dunia, Indonesia tidak menghendaki
aksi terorisme sehingga Indonesia pada awalnya mendukung Amerika Serikat
(Smith, 2003: 454). Hal ini dilatar belakangi oleh alasan keamanan nasional dan
internasional. Kemudian, dukungan tersebut akhirnya berubah menjadi tentangan
ketika Indonesia dan dunia mengetahui bahwa invasi militer oleh Amerika Serikat
atas Afganistan dan Irak tersebut sangat irasional dan brutal karena telah
memakan banyak korban jiwa dan menyisakan duka bagi warga sipil yang tidak
bersalah (Smith, 2003). Pernyataan Amerika Serikat bahwa Saddam Hussein
memiliki nuclear weapons pun dilaporkan tidak akurat dan tidak terbukti. Hal
ini membuat Amerika Serikat mendapat kecaman keras dari dunia internasional,
termasuk Indonesia
Hubungan baik Indonesia-Amerika Serikat kembali
terjalin baik paska peristiwa Bom Bali I pada tahun 2002 dimana
pelaku-pelakunya berasal dari Jamaah Islamiyah yang dicurigai memiliki koneksi
yang kuat dengan jaringan teroris Al Qaeda. Hubungan Baik antara
Indonesia-Amerika Serikat ini berupa pemberian bantuan dana maupun kerjasama
dari Amerika Serikat untuk membendung terorisme. Dalam pemberian bantuan
Amerika Serikat ini dilatar belakangi oleh posisi dan kondisi Indonesia yang
merupakan negara berpenduduk muslim terbesar di dunia yang menurut Amerika
Serikat dapat menjadi tempat benih-benih terorisme sehingga adalah hal yang
sangat penting untuk membuat Indonesia aktif melawan terorisme (Smith, 2003:
454). Indonesia dan Amerika mengalami enam hubungan generalisasi didasari oleh
kesamaan kepentingan terhadap perlawanan dan pencegahan aksi terorisme, seperti
yang dijelaskan oleh Donald K. Emmerson (2002). Namun keduanya tetap memiliki
pandangan yang berbeda. Indonesia menganggap bahwa penyerangan dan perlawanan
harus ditujukan pada teroris, bukan tempat asal terorisme. Hal ini dibuktikan
dengan tindakan Indonesia yang tidak sepakat terkait kasus penyerangan Amerika
Serikat ke Afghanistan dan Irak.
Suryohadiprojo (2006) mengemukakan bahwa dengan
munculnya era reformasi, hubungan Indonesia-Amerika Serikat menghadapi
konfigurasi politik. Dalam konfigurasi politik hubungan Indonesia-Amerika
Serikat, terjadi gesekan-gesekan yang menempatkan hubungan kedua negara dalam
ujian. Landasan hubungan dan bantuan luar negeri yang didasarkan pada
perhitungan Perang Dingin di masa lampau harus diubah dan diganti. Pondasi
kokoh dalam membangun basis kerjasama antar dua negara harus dibangun.
Amerika Serikat sebagai negara adidaya memiliki
pondasi yang kuat dalam berbagai sektor. Berikut ini adalah beberapa posisi
strategis Amerika bagi Indonesia. Pertama, hingga kini Amerika Serikat telah
mampu menjamin stabilitas dan keamanan di kawasan Asia Pasifik dengan strategi
forward deployment di kawasan ini (Wanandi,n.d). Pengawasan Amerika Serikat
terutama ditujukan sebagai upaya preventif terhadap gejolak terhadap kestabilan
kawasan. Pengawasan ini diwujudkan dalam bentuk militer. Amerika Serikat juga
merupakan pemberi bantuan terbesar dalam hal kekuatan keamanan nasional
Indonesia terkait terorisme (Emmerson, 2002: 123). Kedua, perimbangan di bidang
strategis militer di atas diperluan untuk merumuskan persepsi politik
(Wanandi,n.d). Persepsi politik yang dimaksud mengerucut pada dua hal, yaitu
persepsi ancaman dan kemungkinan terciptanya stabilitas dan perdamaian kawasan.
Jika ancaman dan potensi gejolak bisa diatasi maka Indonesia bisa memfokuskan
diri dalam pembangunan dan pengembangan sumber daya. Ketiga, hubungan itu
berarti pula bahwa pandangan Indonesia (bersama anggota-anggota ASEAN lainnya)
mengenai perkembangan kawasan perlu ditanggapi secara sungguh-sungguh oleh
Amerika Serikat (Wanandi,n.d). Posisi yang kuat dalam organisasi internasional,
mengingat Amerika Serikat adalah pelopor sistem perdagangan internasional
modern dan pendiri berbagai institusi perdagangan dan keuangan
internasional[1], diakses pada 16 Desember 2013). Melalui perannya dalam
berbagai organisasi internasional, Amerika Serikat bisa mempertimbangkan
kepentingan Indonesia dalam setiap pengambilan keputusan. Keempat, di bidang
politik ekonomi, hubungan dengan Amerika Serikat penting untuk mengimbangi
kekuatan ekonomi Jepang (Wanandi,n.d). Terlalu banyak barang buatan Jepang yang
masuk ke pasar Indonesia, sehingga diharpakan Amerika Serikat mampu menjadi
penyeimbang, terutama dalam bidang industri. Kelima, di bidang swasta investasi
Amerika Serikat di dalam bidang energi dan mineral masih tetap panjang
(Wanandi,n.d). Hal yang sama berlaku pula untuk investasi di bidang industri
berteknologi tinggi dan bidang pelayanan. Pasar Amerika Serikat juga sangat
potensial untuk barang non migas yaitu bidang manufacturing. Keenam, pendidikan
adalah aspek yang paling menonjol dalam hubungan budaya dengan Amerika Serikat
dengan akibat-akibatnya yang pada umumnya baik (Wanandi,n.d). Tersedia banyak
beasiswa untuk belajar di Amerika Serikat maupun Indonesia. Beasiswa ini tidak
hanya bersifat akademik, tetapi juga berupa pengenalan budaya, media, kehidupan
dan berbagai sektor lain di kedua negara yang pada akhirnya dapat membangun
jembatan pemahaman.
Posisi strategis ini kemudian diimplementasikan
secara nyata dalam berbagai bentuk variasi kerja sama. Pada bulan November
2010, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Presiden Barrack Obama
menandatangani Comprehensive Partnership Agreement (CPA). Perjanjian ini
meliputi kerja sama dalam bidang perdagangan dan investasi, pendidikan, energi,
perubahan iklim dan lingkungan, keamanan, demokrasi dan masyarakat sipil
(Vaughn,2011:4-5). Sejak 2009, ekspor barang AS ke Indonesia telah meningkat
dari $5,1 miliar ke $7,4 miliar pada tahun 2011, dan impor barang telah
meningkat dari $12,9 miliar ke $19,1 miliar[2]. Dalam bidang pendidikan,
program Kennedy-Lugar Youth Exchange and Study ditujukan bagi siwa siswi Indonesia
untuk tinggal di Amerika Serikat selama satu tahun dan membangun jembatan
pemahaman antar dua negara untuk menyebarkan perdamaian. Sektor pembangunan
juga disentuh, salah satunya melalui Program Millennium Challenge Corporation
(MCC) compact senilai $600 juta yang ditandatangani pada November 2011
menyediakan investasi dalam bidang energi terbarukan, gizi ibu dan anak, serta
dukungan bagi upaya Indonesia dalam memodernisasi sistem pengadaan publiknya.
Perpolitikan Amerika Serikat (AS) dalam hubungan internasional
tidak perlu diragukan lagi. AS memiliki
perekonomian yang mapan dan teknologi yang canggih awal yang baik dan
dibutuhkan dalam melaksanakan hubungan antar negara. Berakhirnya Perang Dingin
yang dimenangkan oleh AS, membuat AS semakin melebarkan sayapnya di kancah
internasional. AS merupakan negara yang mandiri dan negara yang dapat menarik
negara-negara lain untuk melakukan hubungan kerjasama, terutama bagi
negara-negara berkembang yang belum cukupmapan untuk memiliki pengaruh dalam
hubungan internasional.
Amerika Serikat telah mengalami berbagai pengalaman
pahit sepanjang sejarah negara ini terbentuk seperti Perang Saudara Amerika
(1861-1865) dan kejatuhan ekonomi Great Depression (1929-1939), bukan hanya AS
yang merasakan melainkan hampir seluruh dunia juga turut ikut merasakan
kejatuhan ekonomi ini. Negara ini juga mengambil bagian dalam Perang Dunia I
dan Perang Dunia II serta Perang Dingin yang terbagi dalam dua blok yaitu blok
Barat dan blok Timur. Blok Barat didominasikan oleh negara-negara yang menganut
paham kapitalis termasuk AS, berperan penting di dalamnya sedangkan blok Timur
identik dengan negara-negara yang percaya akan paham komunis, dimana Uni Soviet
yang memiliki peranan dalam blok ini. Jatuhnya Uni Soviet pada PerangDingin, membuat
AS bangkit menjadi sebuah kekuatan ekonomi dan militer yang terkuat di dunia
serta hegemoni AS di berbagai belahan dunia semakin terlihat.Pada tahun
1990-an, AS menobatkan dirinya sebagai polisi dunia dan angkatan militernya
melakukan aksi di berbagai negara seperti Kosovo, Haiti, Somalia danLiberia.
Berakhirnya Perang Dingin dan bangkitnya negara
adidaya baru yaitu AS, membuka peluang bagi negara ini untuk memiliki pengaruh
dominan terhadapseluruh kebijakan yang terjadi di semua negara terutama yang berpengaruh
langsung terhadap kepentingan nasionalnya. Sebagai anggota Dewan Keamanan
Perserikatan Bangsa Bangsa yang memegang kekuatan penuh atas segala halterutama
yang menyangkut mengenai perdamaian dunia. Hubungan Indonesia dan AS yang telah
terjalin sejak lama dapat digunakan Indonesia untuk terus meningkatkan kualitas
dan posisi Indonesia di mata dunia terutama dalam mengatasi masalah keamanan
dalam negeri Indonesia.
BAB
II
PENUTUP
· Kesimpulan
Dari penjelasan di atas dapat
menyimpulkan bahwa hubungan Indonesia-Amerika Serikat bersifat fluktuatif,
tergantung dari situasi saat itu dan karakteristik pemimpin. Era Orde Lama,
hubungan kedua negara kurang baik karena Soekarno tidak berpihak pada Amerika.
Era Orde Baru, hubungan kedua negara membaik karena Indonesia membutuhkan
bantuan ekonomi dari Amerika Serikat. Pada era reformasi saat ini kekuatan
dunia saat ini bersifat multi polar yang kemudian berimbas pada keharusan bagi
setiap negara untuk saling menjalin kerja sama. Motivasi terbesar dalam hubungan
antar negara adalah pencapaian kepentingan. Kepentingan ini didasarkan pada
kapabilitas dan potensi yang dimiliki oleh suatu negara. Selain itu kepentingan
juga berlatar belakang kelemahan negara itu sendiri sehingga mendorong negara
tersebut untuk bekerja sama dengan negara lain. Dalam hubungan
Indonesia-Amerika, landasan tersebut juga berlaku. Masing-masing pihak memiliki
posisi strategis dalam kacamata pihak lain.
· Saran
Oleh karena itu, biasakan untuk
kerja sama sejak dini pada kegiatan yang memang diperbolehkan agar nilai pada
kerja sama tersebut, tidak salah arti dan luntur oleh zaman.
DAFTAR
PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Indonesia_%281959%E2%80%931965%29
diakses pada tanggal 06 Mei 2014
Http://www.academia.edu/3407071/dampak_hubungan_indonesia_dan_amerika_serikat_terhadap_stabilitas_keamanan_di_indonesia
diakses pada tanggal 06 Mei 2014
http://www.globalmuslim.web.id/2011/05/keterlibatan-cia-dengan-soeharto-awal.html
diakses pada tanggal 06 Mei 2014
http://www.kemenkeu.go.id/sites/default/files/Kajian_Kerja_Sama_Bilateral_RI-AS.pdf
diakses pada tanggal 06 Mei 2014
http://najiyah-rizqi-maulidiyah-fisip12.web.unair.ac.id/artikel_detail-90136.Hubungan%20IndonesiaAmerika%20Serikat%20dalam%20Dinamika,%20Tantangan%20%20%20dan%20Kepentingan%20Strategis.html
diakses pada tanggal 06 Mei 2014
No comments:
Post a Comment