Download File Lengkap Pada Link Beriku
🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻
HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN
GIZI LEBIH SISWA
REMAJA PUTRIDI SMA 11 KOTA MAKASSAR
PROVINSI SULAWESI SELATAN
TAHUN 2019
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Gizi
lebih atau kegemukan sering didenifisikan sebagai kondisi abnormal atau keadaan
patologis yang didalamnya terdapat penimbunan lemak yang berlebihan yang
menimbulkan gangguan psikologis yang serius sehingga dapat menganggu kesehatan.(Damiri, Abualsoud, Samara, & Salameh, 2018).
Pravelensi gizi lebih (overweight) diseluruh dunia mengalami
tren yang terus meningkat dalam sekitar 30 tahun terakhir salah satu kelompok
umur yang beresiko terjadinya gizi lebih adalah kelompok umur remaja. menurut
WHO pada tahun 2014 paling tinggi diamerika serikat 61 % overweight untuk semua
usia dan 27% obesitas, sedangkan yang terendah menurut WHO adalah dibagian Asia
selatan 22% overweight untuk semua usia dan 5% untuk obesitas. Pravelensi
overweight pada anak laki-laki dan perempuan yang berusia diantara 11 tahun
tertinggi terjadi di yunani (33%), Portugal (32%), irlandia (30%) dan spanyol (30%)
dan yang terendah di belanda (13%) dab swiss (11%). (Crawford, Mackison, Mooney, &
Ellaway, 2017)
Prevalensi
kelebihan berat badan (overweight) meningkat sangat pesat di seluruh dunia,
negara-negara maju seperti di Eropa, USA, dan Australia telah mencapai tingkat
yang membahayakan. Menurut Barasi, kini terdapat lebih banyak orang yang
memiliki berat badan berlebih daripada penderita gizi kurang di seluruh dunia.
Gabungan berat badan berlebih dan obesitas pada pria 65% dan 56% pada wanita di
Inggris. Sebagian penduduk dewasa Polynesia di Samoa Saat ini 70% masuk ke
dalam kategori obesitas. Tidak hanya di negara-negara maju prevalensi obesitas
dan overweight juga meningkat dengan sangat tajam di kawasan Asia-Pasifik,
20,5% dari penduduk Korea Selatan tergolong overweight dan 1,5% tergolong
kepada obesitas, sedangkan di Thailand penduduk yang mengalami overweight
sebanyak 16% dan 4% obesitas, lalu di daerah perkotaan Cina prevalensi 12%
overweight pada laki-laki dan 14,4% pada perempuan, sedangan pedesaan Cina
prevalensi overweight pada laki- laki dan perempuan masing-masing 5,3% dan
9,8%.2. (Hahn, Borton, & Sonneville, 2018)
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah
mendeklarasikan obesitas sebagai epidemic global. Prevalensinya meningkat tidak
di negara- negara maju saja, tetapi juga di negara-negara berkembang seperti
Indonesia. Penelitian di Amerika menunjukkan bahwa restoran cepat saji di
sekitar sekolahan akan memengaruhi pola dan kebiasaan makan dari siswa sekolah
tersebut. Pada akhirnya perubahan kebiasaan makan, pendapatan keluarga dan pola
makan akan memengaruhi jumlah siswa yang mengalami kelebihan berat badan dan
kegemukan.5 Menurut penelitian Afdayani6, pada umumnya sampel yang memiliki
kebiasaan makan baik memiliki persentase sebesar (56,2%), dan yang memiliki
kebiasaan makan kurang baik sebesar (43,8%). Sedangkan pada penelitian
Junaidi7, didapatkan pola makan yang berlebihan dan tinggi energi pada remaja
cenderung berakibat terhadap meningkatnya komposisi berat badan yang berdampak
terhadp resiko obesitas.(Ampera Miko1, 2017)
World Health Organization (2014) melakukan pemantauan berkala perubahan prevalensi kelebihan
berat badan dan obesitas pada semua populasi di dunia dari tahun 1980 hingga
2013 menunjukkan penderita obesitas di Eropa Barat sebanyak 13,9%. di Uruguay
(18,1%), Costa Rica (12,4%), Chili (11,9%) dan Meksiko (10,5%).
Data yang diperoleh pada tahun 2014 melaporkan bahwa 20% anak usia (16-17) di amerika
serikat mengalami overweight dan lebih dari 40% mengalami
obesitas. pada anak di Rusia adalah 6% dan 10%, di
Cina sebanyak 3,6% dan 3,4% dan di Inggris 22–31% dan 10–17%, bergantung pada
umur dan jenis kelamin. (Sofia Rahma Pramudita1 &
Nadhiroh2, 2017)
prevalensi masalah overweight dan obesitas
pada usia remaja umur 13-15 tahun di Indonesia sebesar 10.8% terdiri dari 8,3%
gemuk dan 2,5% sangat gemuk. yang tertinggi yaitu pada provinsi kepulauan riau
sebesar 0,6%, provinsi DKI sebesar 0,5%, prevalensi obesitas di Provinsi
kalimantan timur dan Provinsi DIY sebesar 0,3% sedangkan prevalensi obesitas Di
Provinsi Sulawesi Utara dan di Provinsi Sulawesi Selatan sebesar 0,2%
(Riskesdas,2013).(Indriani Pratiwi1, 2018)
menurut
hasil riset kesehatan dasar (RIKESDAS)
pada tahun 2015 tingkat nasional prevensi kegemukan pada anak umur 13-15
tahun adalah sebesar 2,5 %. Sedangkan menurut hasil rikesdas tahun 2016 menyatakan bahwa secara nasional masalah
gemuk pada remaja umur 13-15 tahun di Indonesia sebesar 10,8 %, terdiri dari
8,3 % gemuk, dan 2,5 % sangat gemuk (obesitas).(Syahrir, Agusyanti, Nurmiyati, Ernawati Parura, &
Gasang, 2015)
Dalam
penelitian yang dilakukan oleh Healthy Hidayanti pada tahun 2014 mengukur
prevalensi gizi lebih pada kalangan remaja usia 11-15 tahun di kota Makassar.
Prevalensi overweight dan obesitas di kalangan remaja masing-masing adalah 11%
dan 6%. (healthy hidayanty, 2016)
SMA
Negeri 11 kota Makassar Sulawesi selatan tahun 2018 dipilih sebagai tempat
lokasi penelitian, berdasarkan
pertimbangan Dinas kesehatan kota makassar Sulawesi Sulawesi selatan
tahun 2018
B.
Rumusan
masalah
Berdasarkan
uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah di kemukakan sebagai
berikut :
1. Apakah ada hubungan pendapatan keluarga dengan status gizi
lebih remaja putri SMA negeri 11 makasssar
2. Apakah
ada hubungan Asupan makanan dengan status gizi lebih remaja putri di SMA negeri
11 makasssar
3. Apakah
ada hubungan frekuensi makan
dengan status gizi lebih remaja putri di SMA negeri 11 makasssar
4. Apakah
ada hubungan variasi makan
dengan status gizi lebih remaja putri di SMA negeri 11 makasssar
5. Apakah
ada hubungan pendidikan orang tua dengan status gizi lebih remaja putri di SMA
negeri 11 makasssar
Download File Proposal ini Pada Link Berikut Dalam bentuk Ms.word
🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻
C. Tujuan penelitian
1. Tujuan
umum
Untuk
mengetahui faktor yang berhubungan Gizi Lebih remaja putri di SMA negeri 11
makasssar
2.
Tujuan khusus
a. Untuk
mengetahui hubungan pendapatan
terhadap kejadian Gizi Lebih pada remaja putri di SMA negeri 11 makasssar
b. Untuk
mengetahui hubungan Asupan makan terhadap kejadian Gizi Lebih pada remaja putri
di SMA negeri 11 makasssar
c. Untuk
mengetahui hubungan frekuensi makan terhadap kejadian Gizi Lebih pada remaja
putri di SMA negeri 11 makasssar
d. Untuk
mengetahui hubungan variasi makan terhadap kejadian Gizi Lebih pada remaja
putri di SMA negeri 11 makasssar
e. Untuk
mengetahui hubungan pendidikan orang tua terhadap kejadian Gizi Lebih pada
remaja putri di SMA negeri 11 makasssar
D.
Manfaat
penelitian
1. Manfaat
bagi institusi/instansi
Hasil penelitian ini
merupakan salah satu sumber informasi bagi dinas kesehatan kota Makassar dalam
rangka menentukan arah kebijakan untuk menangani masalah status gizi lebih(
Gizi Lebih ) di masa akan datang.
2. Manfaat
bagi ilmu pengetahuan
Hasil penelitian ini
di harapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dan sebagai petunjuk
yang bermanfaat bagi pembaca dan peneliti selanjutnya.
3. Manfaat
bagi peneliti
Merupakan pengalaman
berharga dalam memperluas wawasan pengetahuan penelitian tentang status gizi lebih(
Gizi Lebih )serta aplikasi di masyarakat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Tinjauan
Umum Tentang Gizi Lebih
1. Defenisi
Gizi lebih maupun gizi salah (Malnutrition) berupa kegemukan dan Gizi
Lebih. Gizi Lebih adalah suatu keadaan yang menunjukkan terjadinya penimbungan
lemak (trigeliserida) yang berlebihan
dijaringan lemak tubuh. (Sabila Rusyadi, 2018)
Biasanya penyakit ini bersangkutan
dengan kelebihan energi didalam hidangan yang dikonsumsi relatif terhadap
kebutuhan atau pengguanaannya. Ada tiga zat makanan penghasil energi utama,
ialah karbohidrat, lemak dan protein, kelebihan energi didalam tubuh, diubah
menjadi lemak dan ditimbun pada tempat- tempat tertentu. Jaringan lemak ini
merupakan jaringan yang relatif inaktif,
tidak langsung berperan serta dalam kegiatan kerja. (Syahfitri, Ernalia, & Restuastuti, 2017)
Surianggono 2001, mengemukakan bahwa
Gizi Lebih merupakan suatu kondisi dimana berat badan tidak seimbang dengan
tinggi badan. Seseorang dikatakan kegemukan bila berat badannya naik melampaui
20 % dari berat badan normal.Jadi Gizi Lebih sebenarnya oleh dua hal utama
makan melebihi kebutuhan tubuh, seperti banyak makan saat stress, perilaku
salah dalam memilih makanan, kebiasaan makan makanan berlemak, dan kebiasaan
ngemil.
Overweight suatu keadaan dimana terdapat
berat badan yang lebih. Seseorang dikatakan overweight bila jumlah lemak 10-20%
di atas nilai normal. Overweight tidaklah sama dengan obesitas. Sebagai
gambaran seorang atlit menggunakan aktivitas berat pada otot menyebabkan massa
otot tumbuh dengan baik sehingga mereka mempunyai berat badan yang berlebih hal
tersebut dapat dikatakan overweight bukan obesitas. Jadi dapat dikatakan bahwa
tidak semua orang mempunyai berat badan lebih
dikatakan obesitas.
2. Etiologi
a. Genetik
Kecenderungan
menjadi gemuk pada keluarga tertentu telah lama diketahui.Mungkin saja kadang
disebabkan oleh kebiasaan keluarga makan banyak dan berkali-kali tiap harinya,
yang susunannya mengandung banyak lemak sering jajan dan sebagainya, dengan
demikian masukan energi tiap hari melebihi kebutuhannya.
Dari penelitian yang
ada terbukti bahwa Gizi Lebih dipengaruhi oleh faktor keturunan. Orang tua
yang salah satunya
Download File Proposal ini Pada Link Berikut Dalam bentuk Ms.word
🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻
No comments:
Post a Comment