Berikut
🔻🔻🔻🔻
🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻
PERAN
KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU DI SMK N 4 KLATEN
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Yogyakarta
untuk
Memenuhi Sebagian Persyaratan
guna
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Disusun
Oleh :
Ayny
Maharrayni Fatmawati
NIM.
11402241036
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN ADMINISTRASI PERKANTORAN
JURUSAN
ADMINISTRASI PERKANTORAN
FAKULTAS
EKONOMI
UNIVERSITAS
NEGERI YOGYAKARTA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Guru merupakan salah satu profesi
yang akhir-akhir ini banyak diminati oleh generasi muda. Sertifikasi guru
merupakan salah satu magnet penarik minat lulusan SMK/SMA untuk dapat menjadi
guru. Hal ini dapat dilihat dari persaingan memasuki perguruan tinggi
kependidikan yang sangat tinggi. Lebih dari lima puluh persen lulusan SMK/SMA
yang melanjutkan studi keperguruan tinggi memilih program studi kependidikan.
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) mencatat bahwa pada tahun 2013
sebanyak 69,4 % atau 407.000 dari 585.789 pendaftar Seleksi Bersama Masuk
Perguruan Tinggi (SBMPTN) mendaftar di program studi kependidikan
(http://www.bpkp.go.id/).
Berprofesi sebagai seorang guru
bukanlah pekerjaan yang mudah untuk dilakukan. Tugas guru bukan hanya mendidik
dan mengajar siswa, tetapi masih terdapat tugas untuk membuat administrasi
berupa perangkat dan kelengkapan bahan pengajaran. Tuntutan terberat sebagai
seorang guru adalah tanggungjawab moral. Ketika selesai mengajar, tentunya
sering muncul pertanyaan di dalam benak seorang guru, apakah siswa mengerti
dengan apa yang disampaikan, apakah siswa senang dengan metode yang digunakan.
Hal inilah yang sering membuat tugas sebagai seorang guru semakin berat, karena
keberhasilan dalam mengajar sulit diukur melalui penglihatan. Berbagai
1
macam tuntutan tersebut harus dapat dipenuhi secara
maksimal dan seimbang agar tujuan dari pendidikan dapat terwujud dengan
maksimal.
Guru mempunyai fungsi, peran, dan
kedudukan yang sangat penting dalam dunia pendidikan. Tanpa guru, tentu saja
tidak ada yang mendidik anak-anak agar menjadi generasi muda yang
berpendidikan. Selain hal tersebut, guru adalah orang yang berhubungan dengan
siswa secara langsung, sehingga gurulah yang memiliki kesempatan lebih banyak
untuk mendidik siswa agar dapat menjadi generasi muda yang berpendidikan,
bermoral baik, serta mencintai budaya Indonesia. Jika diibaratkan dalam dunia
perfilman, guru ini adalah tokoh utamanya.
Guru digolongkan kedalam tiga
jenis, pertama guru kelas, yakni guru yang memiliki tugas, tanggungjawab,
wewenang dan hak secara penuh dalam proses pembelajaran di kelas, kecuali mata
pelajaran jasmani dan agama. Kedua guru mata pelajaran, yaitu guru yang
memiliki tugas, tanggungjawab, wewenang, dan hak secara penuh dalam proses
pembelajaran pada mata pelajaran tertentu sesuai dengan bidangnya. Ketiga guru
bimbingan dan konseling, adalah guru yang memiliki tugas, tanggungjawab,
wewenang, dan hak secara penuh dalam kegiatan bimbingan dan konseling terhadap
siswa.
Agar dapat menghasilkan output berupa siswa yang berkualitas,
guru harus kompeten sesuai dengan bidangnya. Tugas yang menjadi tanggungjawab
seorang guru harus dapat dilaksanakan dengan maksimal. Usaha guru dalam
melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab disebut dengan kinerja guru.
Kinerja guru merupakan faktor atau kunci utama yang
harus dimiliki agar dapat mencapai tujuan
pendidikan secara komprehensif. Sebab itulah yang menjadi alasan pemerintah
menyelenggarakan Penilaian Kinerja Guru.
Penilaian Kinerja Guru (PKG)
adalah penilaian dari setiap butir tugas utama guru. Dimata guru dan masyarakat
PKG dipandang sebagai suatu hal yang semakin menyusahkan guru. Sejatinya, tujuan
diadakannya PKG adalah untuk mewujudkan guru yang profesional. Adanya PKG
tentunya dapat memudahkan pemerintah dalam mengawasi kinerja guru di seluruh
instansi terkait. PKG secara tidak langsung menciptakan guru agar memiliki
kinerja yang tinggi. Walaupun awalnya dipaksa, namun lama kelamaan akan menjadi
terbiasa bekerja dengan penuh tanggungjawab tanpa adanya paksaan, sehingga
kualitas guru di Indonesia semakin meningkat.
Fenomena saat ini, semakin marak
pemberitaan di media tentang guru yang melakukan tindakan yang tidak selayaknya
dilakukan. Banyak guru yang melakukan tindakan asusila terhadap muridnya,
menganiaya murid, dan melakukan tindakan negatif lainnya. Guru merupakan
panutan, apabila guru semakin menurun moralnya, maka orangtua peserta didik
akan enggan untuk menyekolahkan anak didiknya. Walaupun yang melakukan tindakan
negatif hanya beberapa guru, namun dampaknya diterima oleh seluruh guru.
Kepercayaan masyarakat terhadap guru menjadi menurun.
Selain hal tersebut, berdasarkan
pengamatan dilapangan, kedisiplinan guru masih belum sesuai dengan harapan.
Kedisiplinan dapat dilihat dari ketepatan guru masuk kelas, ketertiban dalam
mengenakan seragam sekolah
dan atribut lainnya, ketertiban masuk kerja,
ketertiban dalam menjadi guru piket, dan masih banyak yang lainnya. Contohnya,
ketika sudah masuk jam pelajaran, guru tidak langsung memasuki kelas, biasanya
guru masuk kelas setelah lima menit pergantian jam pelajaran. Selain itu,
ketika jadwal piket, biasanya guru saling bekerjasama, contohnya petugas A
pulang lebih awal, petugas B minggu depan pulang lebih awal, sehingga tidak
semuanya melakukan tugas piket secara penuh.
Metode yang digunakan guru dalam
mengajar masih belum bervariasi. Kebanyakan guru masih menggunakan metode
ceramah dalam mengajar. Metode ceramah memang tidak selamanya kurang baik
(jelek), tetapi apabila jumlah pokok bahasan banyak, akan lebih baik jika
menggunakan metode lain yang lebih tepat. Banyak metode mengajar yang sekarang
marak diterapkan dalam mengajar yang lebih menarik. Contohnya saja metode role playing,
pembelajaran berbasis masalah, dan berbagai metode mengajar lain yang lebih variatif dan menarik.
Metode yang digunakan juga harus
didukung dengan media. Media yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran juga
sangat berperan terhadap keberhasilan sebuah kegiatan pembelajaran. Media yang
biasa digunakan untuk mengajar di dalam kelas adalah LCD dan komputer, untuk
pembelajaran matematika dapat menggunakan contoh-contoh bangun, kemudian untuk
materi perkantoran bisa menggunakan alat-alat simulasi kantor agar peserta
didik lebih mudah untuk mempelajarinya. Media yang sering digunakan di kelas
adalah LCD dan laptop. Walaupun di kelas terdapat
LCD, namun media yang ada tersebut tidak digunakan
secara maksimal. Disebut belum maksimal karena power point yang digunakan
harusnya dapat menarik minat belajar siswa, namun menjadi sangat membosankan
karena power point yang harusnya point-point saja isinya berupa kalimat yang
panjang-panjang.
Sebelum melaksanakan dan sesudah
melaksanakan kegiatan belajar mengajar, terdapat administrasi yang harus
disiapkan oleh guru. Administrasi guru dapat berupa RPP, silabus, jurnal,
kalender pendidikan, program tahunan, program semester, analisis SK/KD,
prosedur penilaian, KKM, buku presensi, dan lain sebagainya. Masih ada sebagian
besar guru memandang bahwa pekerjaan administrasi tersebut menyusahkan guru,
namun sesungguhnya administrasi tersebut memudahkan guru dalam melaksanakan
kegiatan belajar mengajar. Pada kenyataannya tidak semua guru tertib dalam
membuat administrasi guru tersebut. Administrasi guru yang harusnya dibuat oleh
guru yang bersangkutan, seringkali hanyalah hasil dari copy paste dari waktu ke waktu tanpa ada perubahan dan perbaikan.
Ketika melaksanakan pekerjaan dan
tanggungjawabnya, kebanyakan guru hanya beranggapan bahwa yang penting tugasnya
dilaksanakan. Sedangkan guru dituntut untuk membuat peserta didik menjadi lebih
paham dengan apa yang disampaikan, membuat peserta didik mendapatkan tambahan
ilmu dan memiliki wawasan yang luas. Selain itu guru juga tidak hanya dituntut
untuk mengajarkan ilmu akademik saja, namun guru juga dituntut untuk mampu
mendidik moral peserta didik sehingga memiliki
Download File Lengkap Skripsi ini pada link
Berikut
🔻🔻🔻🔻
🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻
http://ethobleo.com/3JRA
karakter yang baik. Namun, kenyataannya dilapangan
kebanyakan guru belum mementingkan hal tersebut. Ketika guru sudah mengajar di
kelas, memberi nilai, membuat administrasi guru, maka akan beranggapan bahwa
tugasnya sudah selesai tanpa mengevaluasi pemahaman peserta didik lebih
mendalam. Oleh karena itu, budaya kerja yang produktif belum tertanam pada
guru.
Terdapat berbagai faktor yang
mempengaruhi kinerja guru dalam bekerja. Faktor tersebut bisa berasal dari diri
guru tersebut, dapat pula disebabkan rekan kerja, pimpinan, dan lingkungan di
sekitar tempat kerja. Faktor yang berasal dari diri pribadi guru dapat berupa
masih rendahnya motivasi kerja, pengetahuan, dan wawasan. Rekan kerja yang
tidak memiliki semangat kerja tinggi juga akan berpengaruh terhadap kinerja
guru yang lainnya. Biasanya guru yang rajin akan terbawa menjadi santai karena
pengaruh dari teman sejawatnya. Lingkungan kerja yang nyaman juga akan sangat
berpengaruh terhadap semangat kerja. Lingkungan kerja yang kotor dan tidak
menarik juga akan berpengaruh terhadap semangat kerja. Pemimpin juga sangat
berpengaruh terhadap kinerja, karena pemimpin merupakan orang yang mengatur,
mempengaruhi, dan memberikan motivasi terhadap kinerja guru.
Keterlaksanaan pembelajaran yang
baik tidak terlepas dari peran kepala sekolah selaku manajer dalam instansi
sekolah. Kepala sekolah harus dapat menuntun warga sekolah untuk mencapai
tujuan sesuai dengan visi dan misi yang telah ditetapkan. Kepala sekolah harus
mampu memberikan
motivasi terhadap warga sekolah. Oleh karena itu,
kepala sekolah harus mengenal lebih dekat kepada setiap warga sekolah agar
lebih mudah dalam melaksanakan tugasnya dengan baik misalnya melalui komunikasi
interpersonal. Membangun komunikasi interpersonal yang baik, menciptakan
suasana kerja yang nyaman merupakan salah satu cara agar lebih mudah dalam
pencapaian tujuan.
SMK Negeri 4 Klaten merupakan
salah satu sekolah yang memiliki Kepala Sekolah tergolong dalam umur yang masih
muda. Kedisplinan dari kepala sekolah sudah terlihat sangat baik, karena selain
berangkat tepat waktu, kepala sekolah yang memimpin SMK N 4 Klaten selalu
pulang pukul empat sore untuk melayani warga sekolah terkecuali jika ada
kepentingan yang lebih diutamakan maka terpaksa pulang lebih awal.
Masalah yang dapat dilihat dari
hasil pengamatan adalah belum terjalinnya komunikasi interpersonal antara guru
dengan kepala sekolah, atau memang budaya kerja pimpinan belum dapat ditiru
oleh warga sekolah dan guru yang lain. Keadaan inilah yang menarik untuk
diteliti lebih mendalam. Melalui komunikasi interpersonal diharapkan dapat
membangun budaya kerja yang baik. Komunikasi interpersonalpun sementara masih
banyak hambatan untuk dilakukan. Kepala sekolah tentunya juga memiliki
tanggungjawab kedinasan lain yang harus diurus, sehingga akan kesulitan untuk
dapat melakukan komunikasi yang intensif dengan setiap guru untuk bertukar
pikiran.
Kepemimpinan merupakan faktor
yang sangat berpengaruh terhadap kinerja guru. Dapat dikatakan demikian karena
pemimpin mampu mempengaruhi bawahan agar melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya
dengan maksimal, selain hal tersebut, pemimpinlah yang mampu menciptakan
sistem, prosedur, serta suasana kerja yang nyaman dan sesuai dengan keadaan
kerja. Selain hal tersebut, pimpinanlah yang berhak dalam pengambilan sebuah
keputusan yang tepat. Pimpinan memegang peran dominan dalam sebuah organisasi.
Kepala sekolah memiliki peran
yang sangat besar terhadap terwujudnya kinerja guru yang baik. Kinerja guru
memiliki peran yang sangat besar terhadap kemajuan pendidikan di sekolah.
Kemajuan pendidikan di sekolah memiliki peran yang sangat besar terhadap
penciptaan lulusan yang berkualitas. Oleh karena itu kepemimpinan kepala
sekolah berperan terhadap penciptaan generasi bangsa yang berkualitas. Jika
dilihat, kepemimpinan di SMK N 4 Klaten cukup baik. Namun, hal ini belum pernah
di teliti di SMK N 4 Klaten secara lebih mendalam. Oleh karena itu, perlu
diketahui seberapa tinggi peran kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja
guru di SMK N 4 Klaten.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka
dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut:
1.
Kedisiplinan guru belum sesuai dengan harapan.
2.
Metode mengajar yang digunakan guru belum
bervariasi.
3.
Media yang ada di sekolah belum dimanfaatkan secara
maksimal.
4.
Budaya kerja yang produktif belum terlaksana secara
maksimal.
5.
Sebagian besar guru masih
memiliki kinerja yang rendah terhadap tugasnya.
6.
Ketertiban guru dalam membuat administrasi sekolah
masih rendah.
7.
Komunikasi interpersonal antara
guru dan kepala sekolah belum terlaksana secara maksimal.
C.
Batasan
Masalah
Permasalahan dalam kepemimpinan
kepala sekolah dan kinerja guru sangatlah banyak, namun peneliti tidak akan
mampu meneliti secara keseluruhan. Sehubungan dengan terbatasnya kemampuan,
waktu, dan biaya dari peneliti, maka penelitian ini hanya ingin meneliti
identifikasi masalah dari nomor 5 yakni sebagian guru masih memiliki kinerja
yang rendah terhadap tugasnya. Melalui identifikasi masalah tersebut, maka
penelitian ini akan meneliti tentang peran kepemimpinan kepala sekolah terhadap
kinerja guru. Walaupun SMK di Indonesia sangat banyak, namun penelitian ini
hanya akan dilaksanakan di SMKN 4 Klaten.
Download File Lengkap Skripsi ini pada link
Berikut
🔻🔻🔻🔻
🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻
http://ethobleo.com/3JRA
No comments:
Post a Comment