Friday, March 15, 2019

Makalah Proklamasi Kemerdekaan Replubik Indonesia


 
PROKLAMASI KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA



A. LATAR BELAKANG

1. SITUASI DUNIA
a. PENGEBOMAN KOTA HIROSHIMA DAN NAGASAKI

Pada tanggal 6 Agustus tahun 1945, sebuah bom atom dijatuhkan di atas Kota Hiroshima di Jepang oleh Amerika Serikat. Bom ini memang sebetulnya langsung mematikan banyak orang. Tetapi masih ada korban yang selamat dan korban-korban yang selamat itu kekurangan air bersih. Korban-korban bom atom yang selamat itu mendapatkan air bersih dari air hujan yang turun. Tetapi air hujan itu mengandung zat radioaktif yang berasal dari ledakan bom nuklir Little Boy dan diminum oleh para korban yang selamat. Air itu berwarna hitam dan menyebabkan ribuan korban meninggal dunia, karena air itu membuat kadar leukositnya hilang serta menyebabkan rusaknya anggota tubuh, pendarahan yang tidak berhenti, dan rambut rontok ketika dipegang. Dengan begitu, korban akibat bom atom itu bertambah banyak. Amerika Serikat sendiri tidak memperkirakan bahwa bom atom yang dijatuhkannya bisa berdampak sangat parah seperti itu. Pada hari itu juga, presiden Amerika Serikat Harry S. Truman meminta Jepang menyerah 16 jam kemudian dan memberi peringatan bahwa akan adanya hujan reruntuhan dari udara yang belum pernah terjadi sebelumnya di muka bumi. Tiga hari kemudian pada tanggal 9 Agustus 1945, bom kedua, yaitu bom plutonium jenis implosi Amerika Serikat menjatuhkan bom kedua di Kota Nagasaki. Bom kedua yang dijatuhkan di Jepang itu juga tidak kalah dahsyatnya dengan bom pertama di Kota Hiroshima.

Dalam kurun waktu dua sampai empat bulan pertama setelah pengeboman terjadi, bom itu telah menewaskan 90.000 – 146.000 orang di Kota Hiroshima dan 39.000 – 80.000 orang di Kota Nagasaki. Pada bulan-bulan selanjutnya banyak orang yang tewas karena efek luka bakar, penyakit radiasi, dan cidera lain disertai sakit dan kekurangan gizi. Di dua kota tersebut, sebagian besar korban tewas merupakan warga sipil meskipun terdapat garnisun militer besar di Hiroshima.



b. AKHIR PERANG DUNIA II

Bulan Agustus 1945 menandai akhir Perang Dunia II. Angkatan Laut Kekaisaran Jepang secara efektif sudah tidak ada sejak Agustus 1945, sementara invasi Sekutu ke Jepang hanya tinggal waktu. Walaupun keinginan untuk melawan hingga titik penghabisan dinyatakan secara terbuka, pemimpin Jepang dari Dewan Penasihat Militer Jepang secara pribadi memohon Uni Soviet untuk berperan sebagai mediator dalam perjanjian damai dengan syarat-syarat yang menguntungkan Jepang. Sementara itu, Uni Soviet juga bersiap-siap untuk menyerang Jepang dalam usaha memenuhi janji yang telah dibuat bersama dengan Amerika Serikat dan Inggris di Konferensi Yalta. Sekutu telah melancarkan serbuan ke daratan Jepang yang memakan biaya besar karena Jepang terus mengabaikan persyaratan Potsdam. Amerika Serikat juga menyerbu Manchuria, daerah dudukan Jepang dan dengan cepat mengalahkan Angkatan Darat Kwantung yang saat itu merupakan pasukan tempur terbesar milik Jepang. Pada tanggal 15 Agustus 1945, Jepang menyerah dengan penandatanganan dokumen penyerahan diri di atas geladak kapal perang Amerika Serikat USS Missouri pada tanggal 2 September 1945, berakhirlah Perang Dunia II ini.



2. SITUASI INDONESIA

a. BADAN PENYELIDIK USAHA-USAHA PERSIAPAN KEMERDEKAAN INDONESIA (BPUPKI)

Pada bulan September tahun 1944, Perdana Menteri Jepang, Koiso, di dalam sidang parlemen mengatakan bahwa Jepang akan memberikan kemerdekaan kepada bangsa Indonesia. Tepat pada tanggal 1 Maret tahun 1945, dibentuklah Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang beranggotakan sebanyak 62 orang dan diketuai oleh dr. K. R. T. Radjiman Wedyodiningrat, dengan Wakil Ketua Ichibangase Yosio dari Jepang dan R. P. Soeroso dari Indonesia. BPUPKI mengadakan sidang sebanyak dua kali sidang resmi dan satu kali sidang yang tidak resmi. Persidangan resmi BPUPKI yang pertama diselenggarakan pada tanggal 29 Mei - 1 Juni tahun 1945. Pada tanggal 28 Mei 1945, diadakan upacara pelantikan dan sekaligus seremonial pembukaan masa persidangan BPUPKI yang pertama di Gedung Chuo Sangi In, yang pada zaman kolonial Belanda gedung tersebut merupakan Gedung Volksraad. Namun, di masa persidangan resminya sendiri diadakan selama empat hari dan baru dimulai pada keesokan harinya, yakni pada tanggal 29 Mei 1945, dan berlangsung sampai dengan tanggal 1 Juni 1945, dengan tujuan untuk membahas bentuk negara Indonesia, filsafat negara "Indonesia Merdeka" serta merumuskan dasar negara Indonesia.

Sebelumnya agenda sidang diawali dengan membahas pandangan mengenai bentuk negara Indonesia dan telah disepakati berbentuk "Negara Kesatuan Republik Indonesia". Kemudian agenda sidang dilanjutkan dengan merumuskan konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Untuk hal ini, BPUPKI harus merumuskan dasar negara Republik Indonesia terlebih dahulu yang akan menjiwai isi dari Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia itu sendiri, sebab Undang-Undang Dasar merupakan konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Guna mendapatkan rumusan dasar negara Republik Indonesia yang benar-benar tepat, maka agenda acara dalam masa persidangan BPUPKI yang pertama ini adalah mendengarkan pidato dari tiga orang tokoh utama Pergerakan Nasional Indonesia, yang mengajukan pendapatnya tentang dasar negara Republik Indonesia itu, yaitu :

o Sidang tanggal 29 Mei 1945, Mr. Prof. Mohammad Yamin, S.H. berpidato mengemukakan gagasan mengenai rumusan lima asas dasar negara Republik Indonesia, yaitu Peri Kebangsaan, Peri Kemanusiaan, Peri Ketuhanan, Peri Kerakyatan, dan Kesejahteraan Rakyat.

o Sidang tanggal 31 Mei 1945, Prof. Mr. Dr. Soepomo berpidato mengemukakan gagasan mengenai rumusan lima prinsip dasar negara Republik Indonesia, yang dia namakan "Dasar Negara Indonesia Merdeka", yaitu Persatuan, Kekeluargaan, Mufakat dan Demokrasi, Musyawarah, dan Keadilan Sosial.

o Sidang tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno berpidato mengemukakan gagasan mengenai rumusan lima sila dasar negara Republik Indonesia, yang dia namakan "Pancasila", yaitu Kebangsaan Indonesia, Internasionalisme dan Peri Kemanusiaan, Mufakat atau Demokrasi, Kesejahteraan Sosial, dan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Gagasan mengenai rumusan lima sila dasar negara Republik Indonesia yang dikemukakan oleh Ir. Soekarno tersebut kemudian dikenal dengan istilah "Pancasila". Menurut Ir. Soekarno, jika diperlukan gagasan mengenai rumusan Pancasila ini dapat diperas lagi menjadi Trisila, yaitu Sosionasionalisme, Sosiodemokrasi, dan Ketuhanan yang berkebudayaan. Bahkan masih menurut Ir. Soekarno lagi, Trisila tersebut bila hendak diperas kembali dinamakannya sebagai Ekasila (Satu Sila), yaitu sila “Gotong-Royong”. Ini merupakan upaya dari Bung Karno dalam menjelaskan bahwa konsep gagasan mengenai rumusan dasar Negara Republik Indonesia yang dibawakannya tersebut adalah berada dalam kerangka satu-kesatuan, yang tak terpisahkan satu dengan yang lainnya. Masa persidangan BPUPKI yang pertama ini dikenang dengan sebutan detik-detik lahirnya Pancasila dan tanggal 1 Juni ditetapkan dan diperingati sebagai hari lahirnya Pancasila.

Pidato dari Ir. Soekarno ini sekaligus mengakhiri masa persidangan BPUPKI yang pertama, setelah itu BPUPKI mengalami masa reses persidangan selama satu bulan lebih. Sebelum dimulainya masa reses persidangan, dibentuklah suatu panitia kecil yang beranggotakan 9 orang, yang dinamakan "Panitia Sembilan" dengan diketuai oleh Ir. Soekarno, yang bertugas untuk mengolah usul dari konsep para anggota BPUPKI mengenai dasar negara Republik Indonesia.



b. PANITIA PERSIAPAN KEMERDEKAAN INDONESIA (PPKI)

Pada tanggal 7 Agustus 1945, Jepang membubarkan BPUPKI dan kemudian membentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) atau dalam bahasa Jepang disebut Dokuritsu Junbi Inkai, dengan anggota berjumlah 21 orang.

BPUPKI dibubarkan karena dianggap telah dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik, yaitu menyusun Rancangan Undang-Undang Dasar bagi negara Indonesia Merdeka, dan digantikan dengan dibentuknya Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia dengan Ir. Soekarno sebagai ketuanya.

Tugas PPKI yang pertama adalah meresmikan pembukaan serta batang tubuh Undang-Undang Dasar 1945. Tugasnya yang kedua adalah melanjutkan hasil kerja BPUPKI, yaitu mempersiapkan pemindahan kekuasaan dari pihak pemerintah pendudukan militer Jepang kepada bangsa Indonesia dan mempersiapkan segala sesuatu yang menyangkut masalah ketatanegaraan bagi negara Indonesia baru.

Tetapi cepat atau lambatnya kemerdekaan Indonesia bisa diberikan oleh pemerintah pendudukan militer Jepang adalah tergantung kepada sejauh mana semua hasil kerja dari PPKI. Jenderal Terauchi kemudian menyampaikan bahwa kemerdekaan Indonesia akan diberikan pada tanggal 24 Agustus 1945. Maka dari itu, seluruh persiapan pelaksanaan kemerdekaan Indonesia diserahkan sepenuhnya kepada PPKI. Tugas PPKI sangatlah berat yang harus sebisa mungkin harus terus bekerja keras guna meyakinkan dan mewujudkan keinginan atau cita-cita luhur seluruh rakyat Indonesia, yang sangat haus dan rindu akan sebuah kehidupan kebangsaan yang bebas, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.

Sementara itu dalam sidang PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945, dalam hitungan kurang dari 15 menit telah terjadi kesepakatan dan kompromi atas lobi-lobi politik dari pihak kaum keagamaan yang beragama non-muslim serta pihak kaum keagamaan yang menganut ajaran kebatinan, yang kemudian diikuti oleh pihak kaum kebangsaan guna melunakkan hati pihak tokoh-tokoh kaum keagamaan yang beragama Islam guna dihapuskannya tujuh kata dalam Piagam Jakarta.

Setelah itu Drs. Mohammad Hatta masuk ke dalam ruang sidang PPKI dan membacakan empat perubahan dari hasil kesepakatan dan kompromi atas lobi-lobi politik tersebut. Hasil perubahan yang kemudian disepakati sebagai pembukaan dan batang tubuh Undang-Undang Dasar 1945, yang saat ini biasa disebut dengan hanya UUD 1945 adalah :

Ø Pertama, kata “Mukaddimah” yang berasal dari bahasa Arab, muqaddimah, diganti dengan kata “Pembukaan”.

Ø Kedua, anak kalimat "Piagam Jakarta" yang menjadi pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, diganti dengan, “Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa”.

Ø Ketiga, kalimat yang menyebutkan “Presiden ialah orang Indonesia asli dan beragama Islam”, seperti tertulis dalam pasal 6 ayat 1, diganti dengan mencoret kata-kata “dan beragama Islam”.

Ø Keempat, terkait perubahan poin Kedua, maka pasal 29 ayat 1 dari yang semula berbunyi: “Negara berdasarkan atas Ketuhananan, dengan kewajiban menjalankan Syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” diganti menjadi berbunyi: “Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa”.

PPKI sangat berperan dalam hal penataan awal negara Indonesia baru. Walaupun kelompok muda kala itu hanya menganggap PPKI sebagai sebuah lembaga buatan pihak pemerintah pendudukan militer Jepang, namun terlepas dari anggapan tersebut, peran serta jasa badan ini sama sekali tak boleh diremehkan dan diabaikan, apalagi kita lupakan. Anggota PPKI telah menjalankan tugas yang diembankan kepada mereka dengan sebaik-baiknya, hingga pada akhirnya PPKI dapat meletakkan dasar-dasar ketatanegaraan yang kuat bagi negara Indonesia yang saat itu baru saja berdiri.



c. AROMA MERDEKA DARI DALAT, VIETNAM

Pada tanggal 8 Agustus 1945, Soekarno, Hatta, dan Radjiman Wedyodiningrat meninggalkan Jakarta, pukul 05.00 WIB, untuk memulai sebuah penerbangan yang berbahaya. Mereka sudah menguasai wilayah Burma dan sebagian dari Semenanjung Malaya. Pada 9 Agustus 1945, rombongan menginap semalam di Singapura. Saat itu, intelijen Sekutu beranggapan Soekarno adalah seorang kolaborator Jepang. Mereka ingin menangkap Soekarno. Maka, keberadaan ketiga tokoh pergerakan Indonesia itu dirahasiakan oleh tentara Jepang. Pada tanggal 10 Agustus 1945, dalam guncangan hebat, pesawat yang ditumpangi Bung Karno, Bung Hatta, dan Bung Radjiman mendarat di Saigon pukul 19.00 WIB. Bung Karno mengaku bahwa semua barang-barang di dalam pesawat berserakan. Ia pun belum tahu mengapa dipanggil oleh Panglima tertinggi Jepang di Asia Tenggara itu. Malam itu, mereka diinapkan di Istana Saigon dalam pengawalan ketat. Pada 11 Agustus 1945, siang hari, ketiga tokoh kemerdekaan ini diterbangkan ke Dalat. Sesampainya di Dalat, mereka menginap lagi semalam. Ketiganya masih bertanya-tanya, apa yang akan terjadi keesokan harinya dan pada tanggal 12 Agustus 1945, itulah sejarah akan mencatat bahwa Pemerintah Jepang sudah memutuskan akan secepatnya memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. Namun, itu bukan pertama kalinya Jepang memberikan janji-janji manis kemerdekaan kepada Indonesia. Sebab, dua tahun yang lalu, tepatnya pada bulan November 1943, Bung Karno dan Bung Hatta juga diundang untuk mengunjungi Jepang. Kaisar Hirohito secara mengejutkan menjabat tangan Bung Karno dan Bung Hatta. Padahal, menurut adat kebiasaan kekaisaran Jepang, sang kaisar hanya mau menjabat tangan seorang kepala negara. Jadi, kalau sang kaisar menjabat tangan kedua tokoh pergerakan Indonesia tersebut, itu artinya mereka telah bersedia mengakui kemerdekaan bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia.



B. PERISTIWA RENGASDENGKLOK

1. PENGERTIAN

Peristiwa Rengasdengklok adalah peristiwa penculikan yang dilakukan oleh sejumlah pemuda antara lain Soekarni, Wikana dan Chaerul Saleh dari perkumpulan Menteng 31. Peristiwa Rengasdengklok merupakan kejadian penting yang mendorong percepatan proklamasi kemerdekaan Indonesia. Kejadian ini juga menunjukkan konflik dan perbedaan pendapat antarkelompok, terutama golongan tua dan golongan muda dalam menentukan waktu proklamasi. Namun, konflik tersebut berakhir dengan sikap saling menghargai di antara mereka. Tanpa peran golongan muda, Indonesia mungkin belum memproklamasikan secepat itu. Hal itu menunjukkan bahwa para pemuda Indonesia mampu merespon keadaan secara sigap. Para pemuda pun tetap menghormati golongan tua, dengan tetap memerhatikan para tokoh yang perlu dihormati.

Para pemuda berpendapat bahwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia harus dilaksanakan oleh kekuatan bangsa sendiri, bukan oleh PPKI. Menurut mereka, PPKI adalah buatan Jepang.



2. KRONOLOGI

Pada Rabu, 15 Agustus 1945 sekitar jam 20.00, para pemuda mengadakan pertemuan di sebuah ruangan di belakang Laboratorium Biologi Pegangsaan Timur 17 (sekarang FKM UI). Pertemuan dihadiri oleh Chaerul Saleh, Darwis, Djohar Nur, Kusnandar, Subadio, Subianto, Margono, Aidit Sunyoto, Abubakar, E. Sudewo, Wikana, dan Armansyah. Pertemuan yang dipimpin Chairul Saleh tersebut memutuskan bahwa,

"Kemerdekaan Indonesia adalah hak dan soal rakyat Indonesia sendiri, tak dapat digantung-gantungkan pada orang atau kerajaan lain. Untuk menyatakan bahwa Indonesia sudah sanggup merdeka, dan sudah tiba saat merdeka, baik menurut keadaan atau kodrat maupun histroris. Dan jalannya hanya satu, yaitu dengan proklamasi kemerdekaan oleh bangsa Indonesia sendiri, lepas dari bangsa asing, bangsa apapun juga."



Segala ikatan dan hubungan dengan janji kemerdekaan dari Jepang harus diputuskan. Sebaliknya diharapkan diadakannya perundingan dengan Soekarno dan Hatta agar mereka diikutsertakan menyatakan Proklamasi mengingat usaha Sutan Syahrir belum berhasil.

Untuk menyampaikan hasil putusan Perundingan Pegangsaan ini kepada Soekarno, maka pada pukul 22.00 Wikana dan Darwis datang ke rumah Soekarno di Pegangsaan Timur 56. Namun Soekarno tetap pada pendiriannya bahwa Jepang masih berkuasa secara de facto. Soekarno bahkan mengingatkan bahwa musuh mereka bukan lagi Jepang, tetapi Belanda yang pasti segera datang setelah Jepang menyerah. Akhirnya, pada pukul 24.00 para pemuda meninggalkan kediaman Soekarno. Akibat perbedaan tersebut, mereka langsung mengadakan pertemuan di Jl. Cikini No. 71 Jakarta. Rapat memutuskan, seperti diusulkan Djohar Nur, rencana mengamankan Sukarno dan Moh. Hatta pun disepakati. Shodanco Singgih ditunjuk untuk memimpin pelaksanaan rencana tersebut.

Pada dini hari sekitar pukul 03.00 kelompok yang diberi tugas mengamankan Soekarno melaksanakan tugasnya. Singgih meminta Bung Karno ikut kelompok pemuda malam itu juga. Bung Karno tidak menolak keingingan para pemuda dan minta agar Fatmawati, Guntur yang waktu itu berusia sekitar delapan bulan, serta Moh. Hatta ikut serta. Menjelang subuh, sekitar pukul 04.00 tanggal 16 Agustus 1945 mereka segera menuju Rengasdengklok. Perjalanan ke Rengasdengklok dengan pengawalan tentara PETA dilakukan sesudah makan sahur, sebab waktu itu memang Bulan Ramadhan.

Sesampainya di Rengasdengklok, Ir. Soekarno dan rombongan ditempatkan di rumah seorang keturunan Tionghoa Djiaw Kie Siong. Beliau adalah seorang petani kecil keturunan Tionghoa yang merelakan rumahnya ditempati oleh para tokoh pergerakan tersebut. Rumah Djiaw Kie Siong berlokasi di RT 001/09 Nomor 41 Desa Rengasdengklok Kecamatan Rengasdengklok, Kabupaten Karawang, Jawa Barat.

Para pemuda berharap tanggal 16 Agustus 1945 itu Bung Karno dan Bung Hatta bersedia menyatakan Proklamasi Kemerdekaan. Ternyata Soekarno tetap pada pendiriannya. Soekarno tidak memenuhi ultimatum para pemuda yang menginginkan proklamasi kemerdekaan tanggal 16 Agustus. Namun, para pemuda inipun tidak memaksakan kehendak. Mereka mengamankan kedua tokoh itu agar bisa berdiskusi secara lebih bebas, dan sedikit memberikan tekanan tanpa bermaksud menyakiti kedua tokoh.

Pada 16 Agustus 1945, semestinya diadakan pertemuan PPKI di Jakarta, tetapi Soekarno dan Moh. Hatta tidak ada di tempat. Ahmad Soebarjo segera mencari kedua tokoh tersebut. Setelah bertemu Yusuf Kunto dan kemudian Wikana terjadilah kesepakatan, Ahmad Soebarjo diantar ke Rengasdengklok oleh Yusuf Kunto. Mereka tiba di Rengasdengklok pukul 17.30 WIB. Kemudian Ahmad Soebarjo berbicara kepada para pemuda dan memberikan jaminan, bahwa proklamasi akan dilaksanakan tanggal 17 Agustus sebelum pukul 12.00. Akhirnya, Shodanco Subeno mewakili para pemuda melepas Ir. Soekarno, Drs. Moh.Hatta, dan rombongan kembali ke Jakarta, maka berakhirlah Peristiwa Rengasdengklok.



3. ALASAN PEMILIHAN RENGASDENGKLOK

Para pemuda memilih Rengasdengklok sebagai tempat membawa Soekarno dan Moh. Hatta dengan pertimbangan bahwa daerah itu relatif aman. Hal itu karena ada PETA di Rengasdengklok yang hubungannya sangat baik dengan Jakarta. Para pemuda menyadari bahwa Soekarno dan Moh. Hatta adalah tokoh penting sehingga keselamatannya harus dijaga. Jarak Rengasdengklok sekitar 15 km dari Kedunggede, Kerawang.

Rengasdengklok adalah sebuah kecamatan yang letaknya sekitar 20 km arah utara Karawang, Jabar yang letaknya di sisi Sungai Citarum, daerah yang merupakan lumbung beras Karawang pada zaman pendudukan Jepang. Rengasdengklok juga dijadikan asrama PETA di bawah Purwakarta, karena letaknya yang dekat pantai dan berdekatan dengan Jakarta serta memiliki hubungan langsung dengan Daidan PETA di Jagamonyet Rengasdengklok.



C. PENYUSUNAN TEKS PROKLAMASI

Asal kata Proklamasi adalah dari kata Yunani proclamation yang artinya pengumuman kepada seluruh rakyat. Pengumunan tersebut terutama berisi tentang hal-hal yang berhubungan dengan ketatanegaraan. Sedangkan kemerdekaan berasal dari kata merdeka yang artinya bebas, tidak terikat, atau tidak dijajah, dapat diartikan lepas dari segala ikatan yang tidak pantas, sehingga menjadi bebas untuk menentukan nasib sendiri demi segala kebaikan negara. Proklamasi Kemerdekaan merupakan pengumumam kepada seluruh rakyat akan mendapat kemerdekaan. Pengumuman akan adanya kemerdekaan tersebut sebenarnya tidak hanya ditujukan kepada rakyat dari negara yang bersangkutan namun juga kepada rakyat yang ada di seluruh dunia dan kepada semua bangsa yang ada di muka bumi ini.



1. KRONOLOGI

Pada 16 Agustus 1945, sekitar pukul 23.00, Soekarno dan Hatta tiba di kediaman Laksamana Tadhasi Maeda di bangunan dua lantai, bekas rumah dinas Konsul Jenderal Inggris di Djakarta. Soekarno dan Hatta tiba di rumah tersebut dikawal oleh Sukarni, seorang aktivis muda. Ahmad Soebardjo segera memberi penjelasan kepada Maeda bahwa dia telah menjemput Soekarno dan Hatta atas permintaan Wikana. Beliau juga menceritakan bahwa prajurit yang berada di Rengasdengklok sangat beringas dan selalu menebar ancaman yang menduga bahwa Soebardjo merupakan mata-mata Jepang sehingga ia pun terpaksa harus berbicara dengan mereka selama lebih dari satu jam hanya untuk meyakinkan bahwa satu-satunya langkah paling bijaksana pada saat itu adalah keharusan membawa Soekarno dan Hatta ke rumah kediaman Laksamana Maeda.

Tadashi Maeda adalah seorang perwira tinggi yang memiliki pandangan dan pemikiran yang cerdas. Dia menjabat sebagai Kepala Kantor Perwakilan Angkatan Laut Jepang di Djakarta merangkap pimpinan Dinas Intelijen Kaigun Armada Selatan. Dia adalah seorang perwira tinggi militer yang idealis, penganut agama Kristen yang taat, dan sudah pernah bertugas di berbagai daerah, antara lain di Batavia, sebagai Atase Angkatan Laut. Atas alasan tersebut, menurut penilaian Soekarno, Laksamana Maeda memahami cita-cita bangsa Indonesia yang selalu menginginkan kemerdekaan dan bebas dari segala macam bentuk penjajahan. Menurut Ahmad Soebardjo, pertemuan antara Soekarno-Hatta dengan Laksamana Maeda berlangsung sebagai berikut.

“Saya ikut masuk ke ruang pertemuan dan duduk bersama-sama. Soekarno, yang mengucapkan terima kasih atas kesediaan Maeda pada malam itu, meminjamkan rumah dinasnya untuk menyelenggarakan sidang darurat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Dengan spontan Maeda menjawab bahwa itu sudah menjadi kewajibannya yang merasa senang oleh karena masyarakat Indonesia akan segera bisa mencapai kemerdekaan. Sesudah bercakap-cakap sebentar, sesuai dengan saran tuan rumah, Soekarno dan Hatta segera memenuhi panggilan dari Mayor Jenderal Otoshi Nishimura. Keberangkatan mereka diiringi oleh Laksamana Maeda dan Kolonel Rikugun, Miyoshi, sebagai penerjemah.”



Malam itu, Soekarni datang ke rumah Maroeto di Jalan Bogor Lama No. 50, Manggarai bersama Ahmad Soebardjo, ditemani sekretarisnya, Soediro dan Iwa Kusuma Sumantri. Soebardjo langsung bertanya tentang keberadaan Syahrir, saat Syahrir dijemput ia sudah meninggalkan rumah. Padahal saat itu Syahrir dibutuhkan pendapatnya oleh Soebardjo. Namun sudah tidak ada waktu untuk mencarinya. Kelompok bawah tanah sangat berperan penting dalam upaya pencarian Syahrir. Saat Syahrir menghilang, anak buahnya tetap melanjutkan aksi mereka. Dengan hilangnya Sutan Syahrir, kejadian itu dapat memperjelas bahwa bukanlah merupakan satu-satunya pendapat yang harus dipertimbangkan. Dan memperjelas bahwa penentu akhir proklamasi adalah para pemuda Indonesia dan Soekarno dan Hatta, bukan para Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia.

Soekarni mengatakan proklamasi akan diumumkan besok dan sebagai jaminannya adalah kepala Ahmad Soebardjo. Sedangkan teks Proklamasi akan dibuat dirumah Laksamana Maeda. Ada sedikit ketegangan antara pemuda, mengapa penyusunan teks dilaksanakan dirumah seorang Laksamana Jepang. Soebardjo mengatakan hal itu terjadi karena Soekarno dan Hatta telah mendapat jaminan dari Jepang.

Akhir dari pertemuan malam itu telah disepakati bahwa proklamasi akan dibacakan besok pagi dan mereka memutuskan teks proklamasi ditandatangani oleh para pemuda juga, yang diajukan sebagai wakil para pemuda adalah Soekarni, Chaerul Shaleh, Adam Malik, Maroeto Nitimiehardjo, Pandu Kartawiguna, dan Djawoto.

Chaerul Shaleh, Soekarni, Ahmad Soebardjo, dan Iwa Kusuma Sumantri berangkat menuju ke rumah Maeda. Sedangkan yang lainya seperti Adam Malik dan Pandu Kartawiguna menangani tugas penyiaran. Wikana, Djawoto, Djohar Noer, Darwis dan para pemuda lain memberi tahu para komplotan mereka tidak jadi bergerak karena proklamasi akan dilakukan besok pagi.

Soekarno mengatakan bahwa dia mempersilahkan Bung Hatta untuk menyusun teks proklamasi secara ringkas karena tata bahasanya memang yang terbaik, dan ketika sudah selesai akan dibicarakan bersama-sama. Dan bila sudah diberi persetujuan akan mereka bawa ke sidang lengkap di ruang sebelah. Namun, Bung Hatta mengusulkan bila ia yang akan memikirkan teksnya, dan Soekarno lah yang akan menuliskannya. Kemudian ia nanti akan mendiktekannya. Semua yang hadir menyetujui usul dari Moh. Hatta.

Sewaktu panitia mulai bekerja, Laksamana Maeda meninggalkan ruangan, naik ke lantai atas, dan beristirahat di kamar tidurnya. Kolonel Miyoshi tetap duduk, mengikuti pertemuan yang berlangsung. Karena pandai berbahasa Indonesia, dia pasti memahami seluruh perdebatan. Meski demikian, dia selalu diam dan tidak memberi komentar. Mungkin, Miyoshi sadar bahwa persoalan penyusunan teks proklamasi kemerdekaan bukan sesuatu yang dapat dicampuri oleh orang luar.

Setelah naskah proklamasi selesai dirancang, mereka kembali memasuki ruang tengah di mana para hadirin sudah menunggu. Pertemuan malam itu sama sekali bukan sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia karena seperti yang sudah diketahui juga dihadiri para pemimpin pemuda serta sejumlah anggota Cuo Sangi In yang kebetulan sedang berada di Djakarta. Hampir semua orang harus berdiri berdesakan di ruang tengah rumah Laksamana Maeda. Ahmad Soebardjo menyebutkan bahwa dirinya berdiri bersama para anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan di tengah ruangan. Hatta berdiri di samping Soekarno, menghadap hadirin. Saat itu, waktu telah menunjukkan pukul 03.00 pagi, Hari Jum’at, 17 Agustus 1945.

Selanjutnya Soekarno membuka pertemuan tersebut dengan mengucapkan beberapa patah kata. Namun, dia tidak mengemukakan alasan mengapa pertemuan darurat terpaksa berlangsung hingga dini hari. Soekarno hanya mengatakan bahwa karena keadaan mendesak memaksa mereka harus mempercepat perumusan proklamasi kemerdekaan.

Sesudah membaca rancangan naskah Proklamasi Kemerdekaan dengan suara perlahan-lahan, Soekarno kemudian bertanya tentang setuju tidaknya kepada seluruh hadirin, dan serentak hadirin setuju tentang kalimat dalam proklamasi tersebut. Hatta menyatakan kepada Soekarno bahwa tidak ada satu pun hadirin yang tidak berkata tidak setuju. Hatta juga mengingatkan bahwa yang ikut hadir juga perlu menandatangani naskah Proklamasi Indonesia Merdeka. Sejenak, ruangan berubah menjadi senyap. Semua hadirin diam. Tidak terdengar satu suara pun setelah mereka mendengar usul Hatta. Beberapa saat kemudian, Soekarni tiba-tiba menerobos ke depan. Dengan suara lantang dia mengatakan bahwa bukan semua orang yang hadir di sana yang akan bertanda tangan, tetapi hanya Bung Karno dan Bung Hatta. Ucapan Soekarni disambut hadirin dengan tepuk tangan riuh dan wajah berseri-seri.

Setelah disetujui oleh semua hadirin, Soekarno memanggil Sajuti Melik yang kebetulan sedang berada di dekatnya. Sebelumnya, Soekarno telah bertanya apakah ada orang yang memiliki kertas, seseorang memberikan buku catatan bergaris biru dan Soekarno menulis rancangan teks proklamasi dengan pensil. Kemudian, Sajuti Melik diminta mengetik sehingga menjadi sebuah dokumen Proklamasi Kemerdekaan.

Sajuti Melik berusaha meminjam mesin ketik kepada Laksamana Maeda. Namun, di rumah tersebut hanya tersedia mesin ketik Jepang dengan jenis huruf Hiragana sehingga tidak akan mungkin dapat menghasilkan naskah berhuruf latin. Kemudian Sajuti Melik diantarkan oleh Nishima, pembantu Maeda, untuk berangkat meminjam mesin ketik ke rumah konsul Jerman, Dr. Kandeler.

Sesudah selesai diketik oleh Sajuti Melik, naskah tersebut segera ditandatangani oleh Soekarno dan Hatta karena siang harinya sudah akan dibacakan. Selanjutnya, disusul dengan acara mengenang jasa para pahlawan yang telah gugur mengorbankan jiwa dan raganya selama penjajahan Belanda dan semasa penindasan Jepang. Dengan ditandatanganinya naskah tersebut, kedaulatan yang selama ini hilang telah kembali. Kemerdekaan yang sudah dirampas kini sudah bisa diraih. Sejarah baru Indonesia sudah ditulis.

Ketika sidang bersejarah tersebut selesai, Laksamana Maeda dan anggota stafnya turun ke lantai bawah. Mereka memberikan ucapan selamat atas hasil yang dicapai. Sebelum semua orang pulang, Hatta memberikan pesan kepada beberapa pemuda yang menjadi wartawan, yaitu bahwa beberapa orang dari mereka masih harus tetap melanjutkan sebuah tugas baru, yaitu memperbanyak teks proklamasi dan menyebarluaskan ke seluruh penjuru Indonesia sebanyak-banyaknya.

Masalah kemudian muncul, bagaimana proklamasi tersebut harus diumumkan kepada rakyat seluruh Indonesia? Di mana dan bagaimana pernyataan kemerdekaan Indonesia akan diucapkan? Soekarni melaporkan, anak buahnya telah disebar ke seluruh penjuru Djakarta, meminta rakyat datang ke Lapangan Gambir besok pagi untuk mendengarkan proklamasi. Namun, Soekarno dengan suara tegas langsung menyatakan bahwa lebih baik proklamasi dilakukan di rumahnya, karena pekarangan di depan rumahnya cukup luas dan dapat menampung hingga ratusan orang. Oleh karena itu, Soekarno minta mereka untuk hadir di Pegangsaan Timoer 56, pukul 10.00.



2. TEKS PROKLAMASI YANG OTENTIK

a. PENGERTIAN

Menurut KBBI, yang dimaksud otentik merupakan sah. Jadi, teks proklamasi yang otentik merupakan teks proklamasi yang telah sah karena telah diketik dan telah disebarluaskan ke masyarakat Indonesia.



b. PERBEDAAN ANTARA DRAFT TEKS PROKLAMASI VS TEKS PROKLAMASI YANG OTENTIK

Draft teks proklamasi, yang biasa disebut dengan teks proklamasi asli adalah hasil tulisan tangan Soekarno. Penyusunannya dibantu ide lisan dari Moh. Hatta. Teks ini masih mengandung beberapa coretan, tidak mengandung tanda tangan Soekarno dan Hatta, masih tertulis tempoh, wakil-wakil Bangsa Indonesia, dan keterangan tempat Djakarta, 17-08-05. Sedangkan teks proklamasi otentik adalah hasil ketikan dari Sajuti Melik. Sumbernya tentu dari teks asli tulisan tangan Soekarno, hanya saja telah mengalami beberapa perubahan yang disepakati oleh tokoh yang hadir. Perubahan-perubahannya yaitu, sudah ada tanda tangannya Soekarno dan Moh. Hatta, sudah berbunyi tempo atas nama Bangsa Indonesia, dan keterangan tempat Djakarta, hari 17 boelan 08 tahoen 05.

D. PELAKSANAAN PROKLAMASI INDONESIA

Dini hari itu sebelum proklamasi orang – orang sudah memenuhi kediaman Soekarno, namun diantara mereka muncul keraguan akan kah proklamasi ini dapat dilaksanakan atau tidak? Sebenarnya sejak sebelum jam 10.00 Moewadi telah meminta Ir. Soekarno untuk segera membaca teks proklamasi, namun Ir. Soekarno menolak karena ia ingin membaca teks tersebut bersama – sama dengan Hatta yang saat itu belum hadir, hal itu dikarenakan Moewardi takut jika tiba – tiba tentara Jepang datang. Berulang kali Moewardi meminta tapi Soekarno kukuh akan menunggu Hatta yang kemudian Hatta dijemput oleh beberapa orang dan akhirnya sampai. Pagi harinya, 17 Agustus 1945, di kediaman Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur 56 telah hadir antara lain Soewirjo, Wilopo, Gafar Pringgodigdo, Tabrani dan Trimurti. Acara dimulai pada pukul 10.00 WIB dengan pembacaan proklamasi oleh Soekarno dan disambung dengan pidato singkat tanpa teks. Kemudian Sang Saka Merah Putih, yang telah dijahit oleh Ibu Fatmawati dikibarkan, disusul dengan sambutan dari Soewirjo, wakil walikota Jakarta saat itu dan Moewardi, pimpinan Barisan Pelopor.

Pada awalnya Trimurti diminta untuk menaikkan bendera, namun ia menolak dengan alasan pengibaran bendera sebaiknya dilakukan oleh seorang prajurit. Oleh sebab itu ditunjuklah Latief Hendraningrat, seorang prajurit PETA, dibantu oleh Soehoed untuk tugas tersebut. Seorang pemudi muncul dari belakang membawa nampan berisi Sang Saka Merah Putih, yang dijahit oleh Ibu Fatmawati beberapa hari sebelumnya. Setelah bendera berkibar, lalu hadirin menyanyikan lagu Indonesia Raya. Sampai saat ini, Bendera Pusaka tersebut masih disimpan di dalam Museum Tugu Monumen Nasional, Jakarta Pusat.
Setelah upacara selesai, kurang lebih 100 orang anggota Barisan Pelopor yang dipimpin S. Brata datang terburu-buru karena mereka tidak mengetahui adanya perubahan tempat yang diumumkan secara mendadak dari Ikada ke Jalan Pegangsaan Timur 56. Mereka menuntut Soekarno untuk mengulang pembacaan Proklamasi, namun ditolak. Akhirnya Hatta memberikan amanat singkat kepada mereka.

Ir. Soekarno yang didampingi oleh Drs. Mohammad Hatta sedang memproklamasikan Kemerdekaan Indonesia pada hari Jum’at tanggal 17 Agustus 1945 pukul 10.00 pagi di Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta. Soekarno membaca naskah proklamasi yang sudah diketik oleh Sajuti Melik dan telah ditandatangani oleh Soekarno-Hatta.

Pada Hari Jum’at, bertepatan dengan Bulan Ramadhan itu, matahari pagi bersinar cerah dan langit biru bening. Tidak seperti suasana sehari sebelumnya, pagi itu rumah kediaman Bung Karno ramai dikunjungi oleh orang-orang, baik di pendapa dan halaman. Ketika dr. R. Soeharto, dokter pribadi Bung Karno masuk, ternyata di halaman belakang tampak lebih banyak orang lagi.

“Saudara-saudara! Dengan ini kami nyatakan kebulatan tekad itu.

Dengarlah proklamasi kami:

PROKLAMASI

Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan Kemerdekaan Indonesia. Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain diselenggarakan dengan cara saksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.

Jakarta, 17 Agustus 1945

Atas nama bangsa Indonesia

Soekarno – Hatta

Demikianlah saudara-saudara! Kita sekarang telah merdeka! Tidak ada satu ikatan lagi yang mengikat tanah air kita dan bangsa kita! Mulai saat ini kita menyusun Negara kita. Negara Merdeka, Negara Republik Indonesia Merdeka, kekal dan abadi. InsyaAllah, Tuhan memberkati kemerdekaan kita itu.”



Dengan diiringi lagu Indonesia Raya yang dinyanyikan oleh segenap hadirin, Latief Hendraningrat mengibarkan bendera Sang Saka Merah Putih. Selanjutnya hadirin berdesak-desakan hendak menyalami Ir. Soekarno, Moh. Hatta dan Zus Fat. Mereka saling bersalaman. Banyak orang di antara mereka yang menyaksikan upacara pembacaan Proklamasi Kemerdekaan dengan terheran-heran, mengapa Jepang tidak bertindak mencegah dan melakukan penangkapan serta tindakan kekerasan lain? Bahwa hal itu bukan keajaiban, melainkan hasil brilian dari usaha Bung Karno dan Bung Hatta, dan tentunya dengan berkah Allah SWT.



E. PENYEBARAN BERITA PROKLAMASI

Berita proklamasi dengan cepat menyebar ke segala penjuru Jakarta. Sejak naskah proklamasi selesai diketik, Moh. Hatta sudah memerintahkan B.M. Diah memperbanyak teks proklamasi dan menyebarluaskannya ke seluruh daerah. Ribuan teks proklamasi dicetak dan ditempel di tempat-tempat strategis. Berita proklamasi ini tidak hanya disebarkan di daerah Jakarta, tetapi juga disebarkan sampai ke luar kota.

Selain media cetak, radio pun juga digunakan sebagai media penyebaran berita kemerdekaan Indonesia. Teks proklamasi segera disampaikan kepada kepala bagian radio kantor berita Domei, Waidan B. Panelewen segera memperintahkan F. Wuz untuk menyiarkan berita proklamasi tersebut. Waidan B. Panelewen memerintahkannya tiga kali berturut-turut. Baru dua kali disiarkan mendadak datang tentara Jepang yang melarang siaran itu. Larangan ini tidak digubris, bahkan diulang setiap setengah jam hingga siaran berhenti pukul 16.00 WIB. Penyebaran berita proklamasi menyebabkan dampak sebagai berikut :

v Pimpinan tentara pendudukan Jepang di Jawa menyatakan berita tersebut sebagai kebohongan dan kekeliruan sehingga memerintahkan untuk diralat. Kantor Berita Domei akhirnya disegel Jepang pada tanggal 20 Agustus 1945 dan semua pegawainya dilarang masuk. Akan tetapi Waidan B. Panelewen tidak tinggal diam. Setelah radio disegel, ia dibantu dengan teknisi radio seperti Sukarman, Susanto, Susilahardja dan Suhandar membuat pemancar baru. Mereka membawa peralatan dari kantor Domei ke rumah Waidan Meteng 31 satu demi satu. Akhirnya berdirilah pemancar baru di Menteng 31. Disinilah berita proklamasi tersebut disebarluaskan ke penjuru tanah air secara intensif.

v Gunseikanbu memanggil Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta untuk segera mempertanggungjawabkan tindakannya. Bahkan mereka memperintahkan agar kedua tokoh itu membatalkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang telah dibacakan. Akan tetapi perintah tersebut ditolak oleh Soekarno dan Moh. Hatta.

v Jepang mendesak PPKI agar segera bersidang. Dalam sidang tersebut, Jepang memerintahkan PPKI agar segera membahas rencana kemerdekaan Indonesia sebagai hadiah dari Jepang, sebagaimana pernah dijanjikan Jepang dahulu.

Penyebaran berita proklamasi dilakukan di beberapa kota di Indonesia sebagai berikut :

Bandung

Ketika berita proklamasi disebarluaskan, Jepang berusaha mencegah penyebaran berita Proklamasi kemerdekaan tersebut. Akan tetapi, semua usaha Jepang dalam pencegahan penyebaran berita proklamasi tersebut tidak dapat dilakukan di wilayah Bandung. Kondisi tersebut disebabkan karena kesiapan pemuda-pemudi Bandung yang telah tergabung dalam Organisasi Barisan Pelopor untuk mengantisipasi usaha buruk dari jepang. Pada siang hari, pada tanggal 17 Agustus tahun 1945, berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia telah sampai di Kota Bandung. Para pemuda – pemudi Bandung kemudian menduduki kantor berita Bandung dan menyiarkan berita tersebut terus-menerus sampai pukul 19.00 WIB. Di Kota Bandung siaran Proklamasi Kemerdekaan Indonesia disiarkan dalam Bahasa Inggris dan Indonesia. Selain menyebarkan berita proklamasi, para pemuda juga melakukan pendudukan terhadap kantor-kantor Jepang.

Yogyakarta

Berita proklamasi sampai di Kota Yogyakarta pada siang hari tanggal 17 Agustus 1945. Meskipun pada awalnya penyebaran berita tersebut dilarang Jepang, penyebaran berita proklamasi secara sembunyi-sembunyi berhasil dilakukan. Melalui para pemimpin di Yogyakarta salah satunya K.H. Dewantara, penyebaran berita diatur sedemikian rupa hingga menyebar kepada seluruh warga Yogyakarta.

Berita proklamasi kemerdekaan juga diketahui oleh Sultan Hamengku Buwono IX, Sultan Yogyakarta melalui Harian Sinar Matahari yang terbit pada tanggal 19 Agustus 1945. Pada hari itu juga, Sri Sultan Hamengku Buwono IX mengirim surat kawat kepada Soekarno-Hatta yang berisi ucapan selamat atas terpilihnya kedua tokoh tersebut sebagai presiden dan wakil presiden negara Indonesia.

Semarang

Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia sampai di Kota Semarang pada siang hari tanggal 17 Agustus 1945 melalui kantor siaran berita Domei. Setelah mendengar berita tersebut, Wongsonegoro membacakan berita proklamasi di hadapan sidang Jawa Hokokai. Berita tersebut mendapat sambutan yang meriah dari anggota Jawa Hokokai yang hadir saat itu. Wongsonegoro kemudian mengajak rakyat merayakan kemerdekaan Indonesia dan melakukan pemindahan kekuasaan dari tangan Jepang. Pawai dengan membawa Bendera Merah Putih Juga dilakukan. Pawai itu dilaksanakan di jalur-jalur utama Kota Semarang.

Surabaya

Kepastian berita kemerdekaan Indonesia baru sampai di Kota Surabaya pada tanggal 23 Agustus 1945. Kondisi tersebut terjadi karena di Surabaya terdapat aturan pemadaman listrk dan peraturan jam malam. Ketika berita proklamasi kemerdekaan sampai di Surabaya, Sudirman selaku asisten residen menerima telegram dari KNIP agar Pemerintah Daerah Surabaya segera memberntuk KNI daerah. KNI daerah Surabaya kemudian dibentuk pada tanggal 28 Agustus 1945.



F. STRUKTUR PEMERINTAHAN REPUBLIK INDONESIA

Struktur pemerintahan republik Indonesia di bentuk pada saat sidang PPKI peertama. PPKI (Panitia Pelaksana Kemerdekaan Indonesia) merupakan badan yang dibentuk pada 18 agustus 1945 yang di ketuai oleh Soekarno. Panitia inilah yang merumuskan segala hal mengenai pembentukan Republik Indonesia, seperti dasar negara, presiden, dan wakil presiden sampai dengan berbagai hal lainya yang masih dilaksanakan pada saat ini.

PPKI mengawali dengan sidang pertamanya pada 18 agustus 1945, dimana dalam membahas hal – hal yang sebagai berikut :

· Penyusunan serta pengesahan UUD 1945, yang digunakan sebagai dasar dari segala peraturan lain. UUD 1945 merupakan aturan penstrukturan Republik Indonesia secara menyeluruh mulai dari bentuk Negara, bentuk pemerintahan, presiden dan wakil presiden, keanggotaan legislatif seperti MPR dan DPR sampai mengenai pengamandemenan UUD 1945 itu sendiri.

· Mengangkat Soekarno dan Hatta sebagai presiden dan wakil presiden.

· Menerima usul pembentukan komite nasional yang akan membantu kerja presiden sebelum terbentuknya DPR dan MPR.

Dan pada 19 agustus 1945 PPKI mengadakan sidang kedua yang membahas mengenai pembentukan 12 kementerian dan 4 menteri Negara atau dapat disebut kabinet presidensial yang bertujuan membantu tugas presiden. Kabinet ini merupakan kabinet yang pertama kali di bentuk dan ide kabinet ini masih digunakan hingga sekarang. Kesempatan sidang kedua ini digunakan untuk membentuk pemerintahan daerah yang terdiri atas 8 provinsi yang setiap provinsi diketuai oleh seorang gubernur. Sistem ini merupakan awal dari sistem pemerintahan daerah. Berikut adalah daftar provinsi beserta gubernurnya :

ü Sumatera dengan Gubernur Mr. Teuku Mohammad Hassan

ü Jawa Barat dengan Gubernur Mas Sutardjo Kertohadikusumo

ü Jawa Tengah dengan Gubernur Raden Panji Soeroso

ü Jawa Timur dengan Gubernur R. M. T. Ario Soerjo

ü Sunda Kecil dengan Gubernur I. Gusti Ketut Pudja

ü Maluku dengan Gubernur Mr. Johannes Latuharhary

ü Sulawesi dengan Gubernur Dr. G. S. S. Jacob Ratulangi

ü Borneo (Kalimantan) dengan Gubernur Ir. H. Pangeran Muhammad Noor

Pada 22 Agustus 1945 diadakan sidang lagi dimana dalam sidang tersebut PPKI membentuk serta mengesahkan beberapa lembaga pemerintahan yang diantaranya adalah :

KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat), KNIP merupakan cikal bakal lembaga legislatif di Republik Indonesia. Lembaga ini dibentuk untuk membatu presiden dalam tugas sebelum terbentuknya DPR dan MPR.

PNI (Partai Nasional Indonesia) merupakan partai tertua yang sempat diketuai oleh Ir. Soekarno, yang hingga sekarang masih ada dengan nama PDIP (Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan).

BKR (Badan Keamanan Rakyat), merupakan himpunan dari bekas anggota PETA, Heiho, Seineden, Keibodan dan lainya. Lembaga ini merupakan lembaga militer yang akhirnya berubah nama menjadi TNI (Tentara Nasional Indonesia).

Dengan terbentuknya ketiga lembaga tersebut sistem pemerintahan republik Indonesia sudah perlahan berjalan untuk menjadi sebuah negara yang mandiri dengan KNIP sebagai badan legislatif yang membatu presiden, PNI sebagai partai politik, dan BKR sebagai lembaga militer yang menjaga keamanan Negara. Struktur pemerintahan Republik Indonesia adalah sebagai berikut :

Bentuk Negara : Kesatuan

Bentuk Pemerintaha : Republik

Sistem Pemerintahan : Presidensial

Konstitusi : UUD 1945

Presidan / Wapres : Ir. Soekarno & Mohammad Hatta

Kabinet : Kabinet Presidensial (12 Kementerian dan 4

Menteri Negara)

Untuk struktur pemerintahan yang lebih jelas terdapat pada Undang – Undang Dasar 1945 sebelum diamandemen. Sistem pemerintahan ini merupakan salah satu bentuk hasil dari proklamasi yang telah di tunggu – tunggu oleh seluruh rakyat yang telah berjuang mengorbankan rasa dan nyawa untuk menghapus penjajahan dan membawa kebebasan. Struktur ini membuktikan jika Indonesia telah menjadi negara yang utuh dan mandiri.

No comments:

Post a Comment