KATA
PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur penulis
haturkan kepada Allah SWT yang masih memberikan nafas kehidupan, sehingga
penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah dengan judul ”Sejarah
Perkembangan Ilmu Pengetahuan Pada masa Ummaiyah dan masa Abbasiyah”. Tidak
lupa shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang
merupakan inspirator terbesar dalam segala keteladanannya.
Akhirnya penulis sampaikan terima
kasih atas perhatiannya terhadap makalah ini, dan penulis berharap semoga
makalah ini bermanfaat bagi tim penulis khususnya dan pembaca yang budiman pada
umumnya. Tak ada gading yang tak retak, begitulah adanya makalah ini.
Dengan segala kerendahan hati,
saran-saran dan kritik yang konstruktif sangat penulis harapkan dari para
pembaca guna peningkatan pembuatan makalah pada tugas yang lain dan pada waktu
mendatang.
Makassar, April
2019
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam sejarah terungkap bahwa Islam bukan hanya
sebagai konsepsi ajaran semata akan tetapi Islam telah menjadi peradaban besar.
Dunia intelektual mengakui bahwa peradaban yang tinggi tersebut ternyata banyak
memberikan konstribusi yang begitu besar terhadap lajunya
perkembangan ilmu pengetahuan. Pada saat Eropa atau peradaban barat tengah
mengalami kegelapan atau ketumpulan ilmu, di daerah Islam telah berada pada
kemajuan ilmu pengetahuan yang cukup pesat seperti pada masa pemerintahan
Daulah Abbasiyah.
Terbentuknya Daulah Abbasiyah ini adalah kelanjutan
dari Daulah Bani Umaiyyah. Dinamakan Khilafah Abbasiyah karena para pendiri dan
penguasa Dinasti ini adalah keturunan Al-Abbas, paman Nabi Muhammad saw. Daulah
Abbasiyah ini didirikan oleh Abdullah Al-Saffah Ibnu Muhammad bin Ali Ibnu
Abdullah Ibnu Al-Abbas, dan berkuasa dalam rentang waktu yang cukup lama yakni
dari tahun 132 H. / 750 M – 656 H. / 1258 M.
B. Tujuan
Adapun
pembuatan makalah ini bertujuan untuk :
1.
Untuk
mengetahui Sejarah pada masa Ummaitah
2. Untuk mengetahui perkembangan ilmu
pengetahuan pada masa Ummaiyah
3. untuk mengetahui sejarah pada masa
daulah abbasiyah
4.
untuk
mengetahui perkembangan ilmu pengetahuan pada masa abbasiyah
BAB II
PEMBAHASAN
Perkembangan ilmu pengetahuan pada Dinasti Umayyah
Bani Umayyah atau Kekhalifahan
Umayyah, adalah kekhalifahan Islam pertama setelah masa Khulafaur Rasyidin yang
memerintah dari 661 M sampai 750 M di Jazirah Arab dan sekitarnya, serta dari
756 M sampai 1031 M di Kordoba, Spanyol. Nama dinasti ini diambil dari nama
tokoh Umayyah bin 'Abd asy-Syams, kakek buyut dari khalifah pertama Bani
Umayyah, yaitu Muawiyah I. Masa ini sebagai masa perkembangan peradaban Islam,
yang meliputi tiga benua yaitu, Asia, Afrika, dan Eropa. Masa ini berlangsung
selama 90 tahun (661 M – 750 M) dan berpusat di Damaskus.
Pada masa ini perhatian pemerintah terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan sangat besar. Penyusunan ilmu pengetahuan lebih
sistematis dan dilakukan pembidangan ilmu pengetahuan sebagai berikut;
1. Ilmu pengetahuan bidang agama
yaitu, segala ilmu yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits.
2. Ilmu pengetahuan bidang sejarah
yaitu, segala ilmu yang membahas tentang perjalanan hidup, kisah dan riwayat.
3. Ilmu pengetahuan bidang bahasa
yaitu, segala ilmu yang mempelajari bahasa, nahwu, sharaf dan lain-lain.
4. Ilmu pengetahuan bidang
filsafat yaitu, segala ilmu yang pada umumnya berasal dari bangsa asing,
seperti ilmu mantiq, kedokteran, kimia, astronomi, ilmu hitung dan ilmu lain
yang berhubungan dengan ilmu itu.
Penggolongan ilmu tersebut dimaksudkan
untuk mengklasifikasikan ilmu sesuai dengan karakteristiknya, semuanya saling
berhubungan satu dengan yang lainnya, karena satu ilmu tidak bisa berdiri
sendiri.Sehingga ilmu pengetahuan sudah menjadi satu keahlian, masuk kedalam
bidang pemahaman dan pemikiran yang memerlukan sitematika dan penyusunan.
Ilmu pengetahuan yang muncul pada zaman Dinasti
Umayyah
Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi pada masa Bani Umayyah pada umumnya berjalan seperti di zaman
permulaan Islam, hanya pada perintisan dalam ilmu logika, yaitu filsafat dan
ilmu eksak. Perkembangan ilmu pengetahuan pada masa ini masih berada pada
tahap awal. Para pembesar Bani Umayyah kurang tertarik pada ilmu pengetahuan
kecuali Yazid bin Mua’wiyah dan Umar bin Abdul Aziz. Ilmu yang berkembang
di zaman Bani Umayyah adalah ilmu syari’ah, ilmu lisaniyah, dan ilmu tarikh.
Selain itu berkembang pula ilmu qiraat, ilmu tafsir, ilmu hadis, ilmu nahwu,
ilmu bumi, dan ilmu-ilmu yang disalin dari bahasa asing. Kota yang
menjadi pusat kajian ilmu pengetahuan ini antara lain Damaskus, Kuffah, Makkah,
Madinah, Mesir, Cordova, Granada, dan lain-lain, dengan masjid sebagai pusat
pengajarannya.
Ilmu pengetahuan yang berkembang di zaman Dinasti
Umayyah dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Al Ulumus Syari’ah, yaitu ilmu-ilmu Agama Islam,
seperti Fiqih, tafsir Al-Qur’an dan sebagainya.
b. Al Ulumul Lisaniyah, yaitu ilmu-ilmu yang perlu
untuk memastikan bacaan Al Qur’an, menafsirkan dan memahaminya.
c. Tarikh, yang meliputi tarikh kaum muslimin dan
segala perjuangannya, riwayat hidup pemimpin-pemimpin mereka, serta tarikh
umum, yaitu tarikh bangsa-bangsa lain.
d. Ilmu Qiraat, yaitu ilmu yang membahas tentang
membaca Al Qur’an. Pada masa ini termasyhurlah tujuh macam bacaan Al Qur’an
yang terkenal dengan Qiraat Sab’ah yang kemudian ditetapkan menjadi dasar
bacaan, yaitu cara bacaan yang dinisbahkan kepada cara membaca yang dikemukakan
oleh tujuh orang ahli qiraat, yaitu Abdullah bin Katsir (w. 120 H), Ashim bin
Abi Nujud (w. 127 H), Abdullah bin Amir Al Jashsahash (w. 118 H), Ali bin
Hamzah Abu Hasan al Kisai (w. 189 H), Hamzah bin Habib Az-Zaiyat (w. 156 H),
Abu Amr bin Al Ala (w. 155 H), dan Nafi bin Na’im (169 H).
e. Ilmu Tafsir, yaitu ilmu yang membahas tentang
undang-undang dalam menafsirkan Al Qur’an. Pada masa ini muncul ahli
Tafsir yang terkenal seperti Ibnu Abbas dari kalangan sahabat (w. 68 H),
Mujahid (w. 104 H), dan Muhammad Al-Baqir bin Ali bin Ali bin Husain dari kalangan
syi’ah.
f. Ilmu Hadis, yaitu ilmu yang ditujukan untuk
menjelaskan riwayat dan sanad al-Hadis, karena banyak Hadis yang bukan berasal
dari Rasulullah. Diantara Muhaddis yang terkenal pada masa ini ialah Az
Zuhry (w. 123 H), Ibnu Abi Malikah (w. 123 H), Al Auza’i Abdur Rahman bin Amr
(w. 159 H), Hasan Basri (w. 110 H), dan As Sya’by (w. 104 H).
g. Ilmu Nahwu, yaitu ilmu yang menjelaskan cara
membaca suatu kalimat didalam berbagai posisinya. Ilmu ini muncul setelah
banyak bangsa-bangsa yang bukan Arab masuk Islam dan negeri-negeri mereka
menjadi wilayah negara Islam. Adapun penyusun ilmu Nahwu yang pertama dan
membukukannya seperti halnya sekarang adalah Abu Aswad Ad Dualy (w. 69
H). Beliau belajar dari Ali bin Abi Thalib, sehingga ada ahli sejarah yang
mengatakan bahwa Ali bin Abi Thalib sebagai Bapaknya ilmu Nahwu.
h. Ilmu Bumi (al- Jughrafia). Ilmu ini muncul
oleh karena adanya kebutuhan kaum muslimin pada saat itu, yaitu untuk keperluan
menunaikan ibadah Haji, menuntut ilmu dan dakwah, seseorang agar tidak tersesat
di perjalanan, perlu kepada ilmu yang membahas tentang keadaan letak
wilayah. Ilmu ini pada zaman Bani Umayyah baru dalam tahap merintis.
i. Al-Ulumud Dakhilah, yaitu ilmu-ilmu yang disalin
dari bahasa asing ke dalam bahasa Arab dan disempurnakannya untuk kepentingan
kebudayaan Islam. Diantara ilmu asing yang diterjemahkan itu adalah ilmu-ilmu
pengobatan dan kimia. Diantara tokoh yang terlibat dalam kegiatan ini adalah
Khalid bin Yazid bin Mu’awiyah (w. 86 H).
Tokoh/Ilmuwan Muslim Pada Masa Bani Umayyah
Dalam sepak
terjang yang dilakukan Bani Umayyah di bidang pendidikan Islam, banyak
melahirkan para ulama yang ahli di bidangnya, mereka bertanggung jawab terhadap
kelancaran jalannya pendidikan, Dalam hal ini, Ulama memikul tugas mengajar dan
memberikan bimbingan serta pimpinan kepada masyarakat. Ulama bekerja atas dasar kesadaran dan tanggung jawab agama, bukan atas
dasar pengangkatan dan penunjukkan pemerintah
Diantara
ulama yang menjadi pendidik sekaigus sebagai ilmuan pada waktu itu adalah:
a) Seni Bahasa dan Sastra
Pada masa pemerintahan Abd. Malik
bin Marwan, bahasa arab digunakan sebagai administrasi negara. Dengan
penggunaan bahasa Arab yang semakin luas dibutuhkan suatu panduan bahasa yang
dapat digunakan semua orang. Hal itu mendorong lahirnya seorang ahli bahasa
terkemuka yang bernama Imam Syibawaihi, yang mengarang sebuah buku yang berisi
pokok-pokok kaidah bahasa Arab yang berjudul al-Kitab. Disamping itu, pada
pemerintahan Dinasti Umayyah di Andalusia terdapat juga ahli bahasa yang
terkenal, antara lain: Ibnu Malik pengarang kitab Alfiah, Ibn Sayyidih, Ibn
Khuruf, Ibn Al-Haj, Abu Ali Al-Isybili, Abu Al-hasan Ibn Usfur, dan Abu Hayyan
Al-Garnathi, al-Farisi, al-Zujaj. Di bidang sastra juga mengalami kemajuan. Hal
itu ditandai dengan munculnya sastrawan-sastrawan yang terkemuka, seperti:
a. Qays Bin Mullawah menyusun buku
yang berjudul Laila Majnun, wafat pada tahun 699 M.
b. Jamil Al-Uzri (701 M)
c. Al-Akhtal (701 M)
d. Umar Ibn Abi Rubi’ah (719 M)
e. Al-Farazdaq (732 M)
f. Ibnu Al-Muqoffa (756 M)
b. Ilmu
Tafsir
Ilmu tafsir memliki makna yang
strategis, disamping karena luasnya faktor kawasan Islam ke beberapa
daerah luar Arab yang membawa konsekuensi lemahnya seni sastra Arab. Hal ini
menyebabkan pencemaran bahasa Al-Qur'an dan makna Al-Qur'an yang digunakan
untuk kepentingan golongan tertentu. Diantara tokoh-tokohnya adalah Mujahid,
Athak bin Abu Rabah, Ikrimah, Qatadah, Said bin Jubair, Masruq bin al-Ajda',
Wahab bin Munabbih, Abdullah bin Salam, Abd Malik Ibnu Juraid al-Maliki.
Ilmu tafsir pada masa itu belum mengalami perkembangan pesat sebagaimana
terjadi pada masa pemerintahan Bani Abbasiyyah. Tafsir berkembang dari lisan ke
lisan, sampai akhirnya tertulis. Ahli tafsir yang pertama pada masa itu ialah
Ibnu Abbas, salah seorang sahabat nabi sekaligus paman nabi yang terkenal.
c. Ilmu
Hadits
Perkembangan ilmu Hadits sendiri
terjadi setelah diketahui banyaknya hadits palsu yang dibuat oleh kelompok
tertentu untuk kepentingan politik. Sebelumnya hadits hanya diriwayatkan dari
mulut ke mulut. Setengah sahabat dan para pelajar ada yang mencatat
hadits-hadits itu dalam buku catatannya. Atas dasar itulah dirasa penting untuk
menyusun atau mengumpulkan dan membukukan Hadits-hadits tertentu saja, yang
dikira kuat dalam sanad dan matannya. Diantara para ahli hadits yang terkenal
pada masa itu ialah Muhammad bin Syihab al-Zuhri, Hadits ada al-Zuhry, Abu Zubair Muhammad bin Muslim bin Idris.
d. Fiqih
Pada periode Umayyah, telah
melahirkan sejumlah mujtahid fiqih, terbukti ketika akhir masa Umayyah telah
akhir tokoh madzhab seperti Imam Abu Hanifah di Irak dan Imam Malik Ibu Anas di
Madinaah. Sedangkan Imam Syafi'i dan Imam Ahmad Ibnu Hambal lahir pada masa
Dinasti Abbasiyyah.Dan di bidang fiqih, Umayyah di Spanyol Islam menganut mazhab
Maliki, maka para ulama memperkenalkan materi-materi fiqih dari mazhab Imam
Maliki. Para Ulama yang memperkenalkan
mazhab ini adalah Ziyad ibn Abd Al-Rahman. Perkembangan selanjutnya ditentukan
ibn Yahya yang menjadi qadhi pada masa Hisyam ibn Abd Rahman. Ahli-ahli fiqih
lainnya adalah Abu bakar ibn Al-Quthiyah, Munzir ibn Said
Al-Baluthi dan Ibn Hazm, kemudian abu bakar al quthiyah, munzir bin sa,if
al-baluthi dan ibnu hazim.
e. ilmu
kimia
Khalifah Yazid bin Muawiyyah seorang
khalifah yang pertama kali meyuruh untuk menerjemahkan buku-buku berbahasa
Yunani ke dalam bahasa Arab. Beliau mendatangkan beberapa orang Romawi yang
bermukim di mesir. Diantaranya Maryanis seorang pendeta yang mengajarkan
ilmu kimia.
f. Ilmu
Kedokteran
Peduduk Syam di Zaman ini telah
banyak menyalin bermacam ilmu ke dalam bahasa Arab, seperti: ilmu-ilmu
kedokteran misalnya karangan Qais Ahrun dalam bahasa Suryani yang disalin ke
dalam bahasa Arab Masajuwaihi.
g. Ilmu
Filsafat
Islam di Andalusia telah mencatat satu lembaran budaya yang sangat brilian
dalam bentangan sejarah islam. Ia berperan sebagai jembatan penyeberangan yang
di lalui ilmu pengetahuan Yunani Arab ke Eropa abad ke 12 minat terhadap
filsafat dan ilmu pengetahuan mulai dikembangkan pada abad ke-9 selama
pemerintahan bani umayyah. Tokoh pertama dalam sejarah filsafat Andalusia dalah
Abu Bakr Muhammad bin al-Syaigh yang terkenal dengan nama Ibnu Bajjah. Karyanya
adalah Tadbir al-muwahhid, tokoh kedua adalah Abu Bakr bin Thufail yang banyak
menulis masalh kedokteran, astronomi dan filsafat. Karya filsafatnya yang
terkenal adalah Hay bin Yaqzhan. Tokoh terbesar dalam bidang filsafat di
Andalusia adalah Ibnu Rusyd dari cordova. Ia menafsirkan maskah – naskah
aristoteles dan menggeltuti masalah – masalah menahun tentang keserasian
filsafat agama.
h. Musik dan Kesenian
Dibidang ini dikenal seorang
tokoh bernama Hasan bin Nafi yang berjuluk Zaryah. Dia juga terkenal sebagai
penggubah lagu dan sering mengajarkan ilmunya kepada siapa saja sehingga
kemasyhurannya makin meluas
Perkembangan
Dan Kemajuan Islam Pada Masa Daulah Abbasiyah
Masa Bani abbasiyah merupakan puncak
perkembangan ilmu pengetahuan dan ajaran islam. Hal ini disebabkan Harun
Al-Rasyid memanfaatkan kekayaanya untuk membangun rumah sakit, untuk
keperluan social, untuk mendirikan
lembaga pendidikan kedokteran, farmasi, ilmu astronomi, matematika, kritik
sastra. Ilmu pengetahuan tidak hanya berkembang di Baghdad tetapi juga di
Basrah, Jundabir,Kufah Dan Harran. Pada masa kekuasaan al-Makmun banyak di
datangkan penterjemah dari berbagai Negara untuk menterjemahkan buku-buku yang
menggunakan bahasa Yunani. Al-muk’min juga membangun beberapa sekolah. Karya
besar Al-ma’mun adalah membangun Bait Al-Hikmah yang digunakan sebagai
perpustakaan besar dan perpustakaan umum
yang disebut darul ilmi. Bait Al-Hikmah juga sebagai pusat penterjemah
buku-buku. Bait Al-Hikmah juga berfungsi sebagai perguruan tinggi yang memili
banyak buku yang tidak dapat ditemukan ditempat lain. Sehingga banyak orang
yang dating ke Baghdad untuk menimba ilmu.
Pada masa Bani Abbasiyah banyak
didirikan institusi pendidikan. Harun Al-Rasyid mendirikan Baitul Hikmah
sebagai pusat penterjemahan buku-buku asing dan pusat pengajian. Al-Ma’mun
berhasil menjadikan Baghdad sebagai kota pusat pengetahuan yang ramai
dikunjungi orang dari berbagai kota di dunia. Bani Saljuk dan perdana mentri
Nizam Al-Muluk berhasil mendirikan madrasah Nizamiyyah sebagai institusi
pendidikan tinggi di kota Naisabur. Pada masa ini juga banyak ditemui khuttab
dan tempat pengajian umum, perpustakaan, maupun kedai-kedai buku disekitar
Baghdad.
Pendidikan pada masa Bani Abbasiyah
berbeda dengan pendidikan pada masa Bani Umayyah. Pada masa ini guru mendapat
gaji yang sangat tinggi. Banyak guru yang belajar ke luar kota untuk menambah
pengetahuan mereka. Sebagian besar guru-guru pada masa khalifah Bani Abbasiyah
mencintai kesastraan dan ilmu-ilmu pengetahuan dan bahasa administrasi sehingga
banyak orang non muslim yang sedang belajar di Baghdad menjadi muallaf.
Pendidikan pada masa Bani Abbasiyah
berlangsung dikhutbab sebagai tempat belajar membaca, menulis, mengaji, membaca
iqra, dan membaca Al-quran. Bagi mereka yang sudah pandai membaca akan
diajarkan ilmu pengetahuan lain, seperti kimia, matematika, astronomi, sastra,
dan ilmu filsafah.
Pendidikan pada masa Bani Abbasiyah
banyak melahirkan ilmuan dan temuan baru. Al-Fazari berhasil mengembangkan ilmu
astrologi dan sebagai astronom islam pertama yang berhasil menyusun astrolobe.
Dalam bidang Kedokteran Ibnu Sina berhasil menulis buku al-Qanun fi al-Tiib
yang menjadi buku fenomenal. Ibnu Sina juga menemukan system peredaran darah
pada manusia. Dalam bidang Kimia Jabir ibn Hayyan, mengemukakan pendapatnya
bahwa logam seperti besi, tembaga dan timah dapat diubah menjadi perak atau
emas. Dan masih banyak lagi ilmuan besar beserta temuan hebatnya yang lahir
pada masa ini.[1][1]
1.
Tujuan
Pendidikan Pada Masa Bani Abbasiyah
Pada masa
Nabi masa kholifah rasyidin dan umayyah, tujuan pendidikan hanya satu, yaitu
keagamaan semata. Mengajar dan belajar karena Allah dan mengharap
keridhoan-Nya. Namun pada masa Abbasiyah tujuan pendidikan itu telah
bermacam-macam karena pengaruh masyarakat pada masa itu. Tujuan itu dapat
disimpulkan sebagai berikut :
-
Tujuan
Keagamaan Dan Akhlak
Anak-anak dididik
dan diajar membaca atau menghafal Al-Quran merupakan suatu kewajiban dalam
agama, supaya mereka mengikuti ajaran agama dan berakhlak menurut agama.
-
Tujuan
Kemasyarakatan
Para pemuda
pada masa itu belajar dan menuntut ilmu supaya mereka dapat mengubah dan
memperbaiki masyarakat, dari masyarakat yng penuh dengan kejahilan menjadi
masyarakat yang bersinar ilmu pengetahuan, dari masyarakat yang mundur menuju
masyarakat yang maju dan makmur. Untuk mencapai tujuan tersebut maka ilmu-ilmu
yang diajarkan di Madrasah bukan saja ilmu agama dan Bahasa Arab, bahkan juga
diajarkan ilmu duniawi yang berfaedah untuk kemajuan masyarakat.
-
Cinta Akan
Ilmu Pengetahuan
Masyarakat
pada saat itu belajar tidak mengharapkan apa-apa selain dari pada memperdalam
ilmu pengetahuan. Mereka merantau keseluruh negeri islam untuk menuntut ilmu
tanpa memperdulikan susah payah dalam perjalanan yang umumnya dilakukan dengan
berjalan kaki atau mengendarai keledai. Tujuan mereka tidak lain untuk
memuaskan jiwanya untuk menuntut ilmu.
-
Tujuan
Kebendaan
Pada masa
itu mereka menuntut ilmu supaya mendapatkan penghidupan yang layak dan pangkat
yang tinggi, bahkan kalau memungkinkan mendapat kemegahan dan kekuasaan di
dunia ini, sebagaimana tujuan sebagian orang pada masa sekarang.
-
Tingkat-Tingkat
Pengajaran
Pada masa
Abbasiyah sekolah-sekolah terdiri dari beberapa tingkat, yaitu :
a.
Tingkat
sekolah rendah, namanya kuttab sebagai tempat belajar bagi anak-anak. Di
samping kuttab ada pula anak-anak belajar dirumah, di istana, di toko-toko dan
di pinggir-pinggir pasar. Adapun yang dipelajari meliputi : membaca Al-Quran
dan menghafalnya, pokok-pokok ajaran islam, menulis kisah orang-orang besar
islam, membaca dan menghafal syair-syair atau prosa, berhitung dan juga
pokok-pokok nahwu shorof ala kadarnya.
b.
Tingkat
sekolah menengah, yaitu masjid dan majelis sastra dan ilmu pengetahuan sebagai
sambungan pelajaran di khuttab. Adapun pelajaran yang di ajarkan meliputi :
Al-Quran, Bahasa Arab, Fiqih, Tafsir, Hadits, Nahwu, Shorof, Balaghoh, ilmu
pasti, Mantiq, Falaq, Sejarah, ilmu alam, kedokteran, dan music.
c.
Tingkat
perguruan tinggi, seperti Baitul Hikmah di Baghdad dan Darul Ilmu di Mesir (
Kairo ), dimasjid dan lain-lain. Pada tingkatan ini umumnya perguruan tinggi
terdiri dari dua jurusan :
1.
Jurusan
ilmu-ilmu agama dan Bahsa Arab serta kesastraannya. Ibnu Khaldun menamainya
ilmu itu dengan Ilmu Naqliyah. Ilmu yang diajarkan pada jurusan ini meliputi :
Tafsir Al-Quran, Fiqih, Nahwu, Sharaf, Balaghah, dan juga Bahasa Arab.
2.
Jurusan
ilmu-ilmu hikmah ( filsafat ), Ibnu Khaldun menamainya dengan Ilmu Aqliyah.
Ilmu yang diajarkan pada jurusan ini meliputi ; Mantiq, ilmu alam dan kima,
music, ilmu-ilmu pasti, ilmu ukur, Falak, Ilahiyah ( ketuhanan ), ilmu hewan,
dan juga kedokteran.
3.
Perkembangan
ilmu pengetahuan dimasa Abbasiyah
Terdapat perkembangan ilmu
pengetahuan, antara lain :
a.
Menerjemahkan
buku-buku dari bahasa asing ( Yunani, Syiria Ibrani, Persia, India, Mesir, dan
lain-lain ) ke dalam Bahasa Arab. Buku-buku yang diterjemahkan meliputi ilmu
kedokteran, mantiq (logika), filsafat, aljabar, pesawat, ilmu ukur, ilmu alam,
ilmu kimia, ilmu hewan, dan ilmu falak.
b.
Pengetahuan
keagamaan seperti fikih, usul fikih, hadis, mustalah hadis, tafsir, dan ilmu
bahasa semakin berkembang karena di zaman Bani Umayyah usaha ini telah
dirintis. Pada masa ini muncul ulama-ulama terkenal seperti Imam Abu Hanifah,
Imam Malik, Imam Syafi’I, Imam Hambali, Imam Bukhari, Imam Muslim, Hasan
Al-Basri, Abu Bakar Ar Razy, dan lain-lain.
c.
Sejak upaya
penerjemahan meluas, kaum muslim dapat mempelajari ilmu-ilmu itu langsung dalam
bahasa arab sehingga muncul sarjana-sarjana muslim yang turut memperluas
penyelidikan ilmiah, memperbaiki atas kekeliruan pemahaman kesalahan pada masa
lampau, dan menciptakan pendapat-pendapat atau ide baru. Tokoh-tokohnya antara
lain :
Ilmuan untuk
mengungkapkan rahasia alam, yang dimulai dengan mencari manuskrip-manuskrip
klasik peninggalan ilmuan Yunani kuno, seperti karya Aristoteles, Plato,
Socrates, dan sebagainya. Manuskrip-manuskrip tersebut kemudian dibawa ke
Baghdad, lalu diterjemahkan dan dipelajari di perpustakaan yang merangkap
sebagai lembaga penelitian, Baitul Hikmah, sehingga melahirkan
pemikiran-pemikiran baru.
Dalam bidang
filsafat antara lain tercatat Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Sina (Avicenna ) dan
Ibnu Rusydi (Averroes). Di bidang sains ada Al-Farghani, Al-Biruni,
Al-Khawarizmi, Umar Khayyam dan Al-Thusi. Di bidang kedokteran tercatat nama
Al-Thabari, Ar-Razi (Rhazes), Ibnu Sina dan Ibnu Rusydi (Averroes ). Di bidang
ilu kimia terkenal nama Ibnu Hayyan. Dibidang optika ada Ibnu Haytsam. Di
bidang geogafi ada Al-Khawarizmi, Al-Ya’qubi, dan Al-Mus’udi. Dalam bidang ilmu
kedokteran hewan ada ada Al-Jahiz, Ibnu Sina dan seterusnya yang tidak muat
lembaran ini jika diurut satu persatuan.
Dalam bidang
ilmu fikih terkenal nama Abu Hanifah, Malik bin Anas, Al-Syafi’I, dan Ahmad bin
Hanbal. Dalam ilmu kalam ada Washil bin Atha, Ibnu Huzail, Al-Asy’ari, dan
Maturidi. Dalam ilmu tafsir ada Al-Thabari dan Zamakhsyari. Dalam ilmu hadits,
yang paling popular adalah bukhori dan muslim. Dalam ilmu tasawuf terdapat
Rabi’ul Al-Adawiyah, Ibnu ‘Arabi, Al-Hallaj, Hasan Al-Bashri, dan Abu Yazid
Al-Bustami.
a.
Sejak akhir
abad ke-10, muncul sejumlah tokoh wanita dibidang ketatanegaraan dan politik
seperti Khaizura, Ulayyah, Zubaidah, dan Bahrun.
b.
Pada masa
Bani Abbasiyah, juga terjadi kemajuan dibidang perdagangan dan melalui ketiga
kota ini dilakukan usaha ekspor.
c.
Bidang
pendidikan mendapat perhatian yang sangat besar. Sekitar 30.000 masjid di
Baghdad berfungsi sebagai lembaga pendidikan dan pengajaran pada tingkat dasar.
d.
Kurikulum
Pendidikan Pada Masa Abbasiyah
Kurikulum yang dikembangkan dalam
pendidikan islam saat itu :
1.
Kurikulum
pendidikan tingkat dasar yang terdiri dari pelajaran membaca, menulis, tata
bahasa, hadits, prinsip-prinsip dasar Matematika dan pelajaran syair. Ada juga
yang menambahnya dengan mata pelajaran nahwu dan cerita-cerita.ada juga
kurikulum yang dikembangkan sebatas menghapal Al-Quran dan mengkaji dasar-dasar
pokok agama.
2.
Kurikulum
pendidikan tinggi. Pada pendidikan tinggi, kurikulum sejalan dengan fase dimana
dunia islam mempersiapkan diri untuk memperdalam masalah agama, karena ilmu
yang erat kaitannya dengan agama seperti bahasa, sejarah, tafsir, dan hadis
juga diajarkan.[2][2]
A. Perkembangan
Pendidikan Islam Pada Masa Daulah Abbasiyah
1.
Faktor-
Faktor Yang Mendorong Kemajuan Pendidikan.
- Adanya kekayaan yang melimpah dari pertanian atau pun perdagangan, dengan dana dari hasil kekayaan tersebut para khalifah dapat dengan mudah merencanakan dalam pengembangan ilmu pengetahuan
- Perhatian beberapa khalifah yang besar kepada ilmu pengetahuan seperti Al-Mansyur (754-775 M ), Harun Al- Rasyid (775-785 M), Al-Watiq (824-847) Dan lain – lain. Dan tak kalah pentingnya ia pengaruh keluarga Barmak, yang berasal dari Balkh (Bactra) pusat ilmu pengetahuan dan filsafat yunani di Bagdad mereka menjadi pendidik bagi anak – anak khalifah.
- Kecenderungan umat islam didalam menggali dan mengembangkan ilmu pengetahuan besar sekali, maka banyaklah ulama disetiap kota pada masa itu
- Lancarnya hubungan kerja sama dengan negara – negara maju seperti India, dan lainya.
- Umat islam pada masa itu telah bercampur baur dengan orang – orang Persia terutama Mawali mereka inilah yang memindahkan ilmu pengetahuan dan filsafat dari bahasa mereka kedalam bahas arab[3][3].
Dibeberapa faktor diatas merupakan
faktor yang mendorong kemajuan pendidikan pada saat ini.
2.
Lembaga -
Lembaga Pendidikan Islam Pada Masa
Daulah Abbasiyah
a.
Kutab Atau Maktab
Berasal dari
kata kataba yang berarti menulis atau tempat menulis. Namun akhirnya memiliki
pengertian sebagai lembaga pendidikan dasar.menurut catatan sejarah kuttab
telah ada sejak pra islam.
Kutab pada
masa ini merupakan kelanjutan dari kuttanb masa daulah ummayyah. Para ahli
sejarah pendidikan islam sepakat bahwa keduanya merupakan istilah yang sama
dalam arti lembaga pendidikan islam tingkat dasar yang mengajarkan memebaca dan
menuliskemudian meningkatkan kepada pengajaran al-quran dan pengetahuan agama
tingkat dasar. Dan ada yang berpendapat bahwa kuttab adalah istilah lembaga
pendidikan klasik atau dahulu dan muktab adalah istilah dari lembaga pendidikan
modern.
b.
Masjid
Fungsi
masjid yang dijelaskan dalam berbagai linteratur bukan sekedar berfungsi
sebagai tempat beribadah saja melainkan sebagai tempat pusat kegiatan
kependidikan ilmu agama dan kebudayaan ataupun seni.
Sistem
pembelajaran dimasjid adalah halaqoh, dan materi pembelajarannya seperti nahwu,
ilmu kalam, fiqih dan lain lain.dan sisitem ini terjadi di masjid al kasai dan
al manshur di bagdad.
Selanjut
seiring bertambahnya pengetahuan dan zaman maka bertambahlah ilmu – ilmu yang
muncul seperti ilmu kedokteran dan bahasa dan lain sebagainya.
c.
Pendidikan
Rendah Di Istana (Qurhur)
Timbulnya
pendidikan rendah di istana untuk anak – anak para pejabat didasarkan atas
pemikiran bahwa pendidikan itu harus bersifat menyeiapkan peserta didik agar
mampu melaksanakan tugas – tugasnya kelak dewasa. oleh karena itu para pejabat
istanamemanggil guru – guru khusus agar dapat memberi ilmu pengetahuan dan
pendidikan kepada anak – anak pejabat tersebut.
d.
Toko Toko
Buku ( Al-Hawarits Al- Waraqin )
Selama masa
kejayaan daulah abbasiyah toko – toko buku berkembang dengan pesat seiring
dengan pesatnya perkembangan ilmu pendidikan dan pengetahuan.ditoko – toko buku
tersebut tidak hanya sebagai pusat
memperjualkan beli bukunya saja melainkan sebagai tempat studi dengan
lingkaran – lingkaran berkembangnya studi didalamnya. Dan yang memepunyai toko
tersebut rumahnya dijadikan sebagai tuan rumah dan sekaligus sebagai tenaga
pengajar atau guru dan sebagian besar pada saat ini yang memepunyai toko adalah
para ulama yang berpengetahuan luas mengenai ilmu pendidikan dan pengetahuan.
e.
Perpustakaan
(Al-Maktabah)
Salah satu
perpustakaan yang sangat terkenal, yaitu bait al- hikmah, didirikan oleh oleh
Harun Al-Rasyid. Perpustakaan dikatakan sebagai lembaga pendidikan ilmu
pengetahuaan yang sebagaimana dapat
diketahui pada saat ini harga buku – buku masih sangatklah mahal, dan masih
ditulis tangan lamgsung sehingga orang – orang kaya saja yang mampu memebelinya
secara pribadi. Dan bagi masyarakat yang kurang mampu untuk memebeli buku
tersebut mereka memanfaatkan perpustakaan sebagai sumber ilmu pendidikan dan
pengetahuan.
Perpustakaan
tersebut dikelola oleh beberapa ahli dari berbagai latar agama dan kebudayaan
seperti yuhana ibn maskawih ( nasrani suryani ), menerjemahkan buku kedokteran
lama, abu nubikht (persia) menerjemahkan buku – buku bahasa persia.
Dimasa Al-
ma’mun perkembangan perpustakaan ini semakin lebih pesat lagi setelah adanya kontak dari berbagai
daerah dalam usaha memperoleh buku – buku dan berhasil menerjemahkannya.
f.
Salun
Kesusasteraan (Al -Shalunat Al-Adbiyah)
Salun kesusasteraan adalah suatu
majlis khusus yang diadakan oleh para kholifah untuk membahas tentang berbagai
macam ilmu penegetahuan.
Pada masa harun al-rasyid (170-193)
majelis sastera ini mengalami kemajuan yang luar biasa karena pada saat itu
khalifahnya sendiri merupakan ahli ilmu pengetahuan yang cerdas dan sehingga
beliaulah yang aktif didalammajlis tersebut.[4][4]
B.
Ilmu –Ilmu
Yang Tumbuh Dan Berkembang Pada Masa Daulah Abbasiyah
1.
Ilmu Agama
a.
Ilmu Tafsir
Tumbuh dan berkembangnya ilmu tafsir
pada abad ke-3 hijriyah dalam rangka memenuhi kebutuhan hal dasar yang mendesak
untuk memahami arti dari ayat – ayat al-quran sebagai akibat dari semakin
banyaknya pemeluk islam bukan arab.
b.
Ilmu Hadits
Beberapa karya besar yang terkenal
dalam ilmu hadits adalah shahih
al-bukhari, shahih al-muslim, sunan ibnu majjah, sunan abu daud dan lain
sebagainya.
c.
Ilmu Qira’at
Ilmu ini lahir karena perbedaan
bacaan antara orang arab dan orang non arab. Tokoh yang terkenal pada ilmu ini
adalah nafi’, ibnu kasir, ashim hamzah dan lain lain.
d.
Ilmu Kalam
Munculnya ilmu ini mempunyai kaitan
erat dengan masuknya bangsa – bangsa yang telah beradaptasi denagn islam mereka
menuntut menjelaskan akidah islamiyah, tidak cukup dengan dasar – dasar logika
dan pemikiran filsafat saja.
e.
Ilmu Fiqih
Munculnya ilmu ini sehubungan dengan
timbulnya berbagai masalah dikalangan umat islam pada abad ke-2 hijriyah jarak
antara lahirnya islam dengan daulah abbasiyah cukup jauh dalam hal ini
diperlukan adanya kepastian dalam hal syara’ sehubungan dengan masalh –
masalh yang timbul pada saat itu.
Masa – masa selanjutnya menunjukan
betapa berkembangnya ilmu fiqih tersebut dengan munculnya beberapa tokoh yang
masyhur yakni imam abu hanifah, imam malik, imam syafii dan lain lain.
f.
Ilmu Tasawuf
mereka para ahli tasawuf ini
menyampingkan kehidupan duniawi, hidup dalam kesederhanaa, karena dengan
demikian mereka akan merasa lebih dekat dengan tuhan.tokoh yang tekenal pada ilmu
tasawuf ini adalah abu hasyim al kufi dan imam al ghazali.
g.
Ilmu Nahwu
Peletak dasar ilmu ini dari ali ibn
abi thalib. [1][5]
2.
Ilmu –Ilmu
Umum
a.
Filsafat
Ilmu ini muncul dan berkembang apada
masa daulah abasiyah ilmu ini diperoleh melalaui penterjemahan buku – buku
filsafat yunaniyang ada di berbagai negeri. Tokoh dari ilmu filsafat ini adalah
salh satunya yakub ibn ishak al-kindi
b.
Ilmu Falak
Pada masa ini prang yang pertama
yang menelaah ilmu ini adalah muhammad ibn ibrahim al-farazi. Dan pada masa ini
juga dikemukakan tentang teori gerhana.
c.
Ilmu
Kedokteran
Ahli ahli yang terkenal pada masa
itu adalah abu ali ibn sina (avicenna) yang mendapat julukan prince of physicians. Karya tulisannya al qanun fi
al-thib merupakan referensi standar untuk kedokteran di negara – negara islam
dan eropa pada saat itu. Dan banyak sumbangan yang telah diberikan para ilmuan
muslim dalam bidang ini baik dalam aspek ilmu kedokteran maupun seni
penyembuhan dan pelayanna kesehatan masyarakat.
d.
Ilmu
Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Ilmuini telah dipakai secara praktis
ketika memebuat perencanaan pembangunan kota bagdad pada masa almanshur
e.
Fisika
Ada suatu hal yang merupakan ciri
khas dari karya ahli fisika muslim pada saat itu yakni terpadunya kepekaan
terhadap azaz-azaz teori dasar yang mencerminkan kekaguman dan penghormatan
terhadap ciptaan tuhan dengan pendekatan praktis[5][6]
No comments:
Post a Comment