ASUHAN KEPERAWATAN NEUROBEHAVIOR
DISUSUN OLEH :
RATISAN DIMARA
NIM : PO.17.1101.013
DOSEN : NS. ADE RENDRA
MATA KULIAH : NEUROBEHAVIOR
UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR
FAKULTAS KEPERAWATAN
MAKASSAR
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Otak ditutupi oleh tulang tengkorak yang kaku dan keras. Otak juga dikelilingi oleh sesuatu yang berguna sebagi pembungkus yang disebut Dura. Fungsinya untuk melindungi otak, menutupi sinus-sinus vena dan membentuk periosteum tabula interna. Ketika seorang mendapat benturan yang hebat di kepala kemungkinan akan terbentuk suatu lubang, pergerakan dari otak mungkin akan menyebabkan pengikisan atau robekan dari pembulu darah yang mengelilingi otak dan dura. Ketika pembuluh darah mengalami robekan, maka darah akan terakumulasi dalam ruang antara dura dan tulang tengkorak, keadaan inilah yang dikenal dengan sebutan opidural hematom.
Epidural hematom sebagai keadaan neurologist yang bersifat emergency dan biasanya berhubungan dengan linear fraktur yang memutuskan arteri yang lebih besar, sehingga menimbulkan perdarahan. Venous Epidural hematom berhubungan dengan robekan pembuluh darah vena dan berlangsung perlahan-lahan. Arterial hematom terjadi pada middle meninggal artery yang terletak dibawah tulang temporal. Perdarahan masuk kedalam ruang epidural, bila terjadi perdarahan arteri maka hematom akan cepat terjadi.
Cedera kepala adalah kondisi yang umum secara neurologi dan bedah saraf dan merupakan salah satu penyebab kematian utama di kalangan usia produktif khususnya di negara berkembang. Hal ini diakibatkan karena mobilitas yang tinggi di kalangan usia produktif sedangkan kesadaran untuk menjaga keselamatan di jalan masih rendah disamping penanganan pertama yang benar, rujukan yang terlambat.
Kasus terbanyak cedera kepala adalah mobil dan motor. Di Amerika Serikat pada tahun 1990 dilaporkn kejadian cedera kepala 200/100.000 penduduk per tahun. Pada penderita dengan cedera kepala ringan dan sedang hanya 3% - 5% yang memerlukan tindakan opersi kurang lebih 40% dan sisanya dirawat secara konservatif.
Makalah yang dibuat berjudul “Epidural Hematom” ini dibuat untuk membahas etiologi, gejala klinis, diagnosis, serta prognosis dari penyakit ini, dengan itu dapat lebih baik untuk menangani penyakit ini dengan cepat.
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Epidural hematom adalah perdarahan akut pada lokasi epidural. Fraktur tulang kepala dapat merobek pembuluh darah. Terutama arteri meningea media yang masuk didalam tengkorak melalui foramen spinosum dan jalan antara durameter dan tulang di permukaan dalam ostemporale.
Perdarahan yang terjadi menimbulkan epidural hematom. Desakan oleh hemtom akan melepaskan durameter lebih lanjut dari tulang kepala sehingga hematom bertambah besar.
Hematom Epidural (EDH) merupakan kumpulan darah diantara durameter dan tabula interna karena trauma. Pada penderita traumatic hematoma epidural, 85-96% disertai fraktur pada lokasi yang sama. Perdarahan berasal dari pembulu darah – pembulu darah di dekat lokasi fraktur.
Sebagian besar hematom epidural (EDH) (70-80%) berlokasi didaerah temporopanetal, dimana bila biasanya terjadi fraktur calvaria yang berakibat robeknya arteria meningea media atau cabang-cabangnya sedangkan 10% EDH berlokasi di frontal maupun oksipital. Volume EDH biasanya stabil, mencapai volume maksimum hanya beberapa menit setelah trauma, tetapi pada 9% penderita ditemukan progresifitas perdarahan sampai 24 jam pertama.
B. INSIDENSI DAN EPIDEMOLOGI
Secara internasional frekuensi kejadian hematoma epidural hampir sama dengan angka kejadian di Amerika Serikat. Orang yang beresiko mengalami EDH adalah orang tua yang memiliki masalah berjalan dan sering jatuh.
60% penderita epidural adalah berusia 20 tahun dan jarang terjadi pada umur kurang dari 2 tahun dan diatas 60 tahun. Angka kematian meningkat pada pasien yang berusia kurang dari 5 tahun dan lebih dari 55 tahun. Lebih banyak terjadi pada laki-laki dibanding perempuan dengan perbandingan 4:1
Tipe-tipe :
1. Epidural Hematoma Akut (58%) perdarahan dari arteri.
2. Subcute hemafoma (31%)
3. Cronic Hematoma (11%) perdarahan dari vena.
C. ANATOMI OTAK DAN FISIOLOGI
Otak dilindungi dari cedera oleh rambut, kulit dan tulang yang membungkusnya, tanpa perlindungan ini, otak yang lembut yang membuat kita seperti adanya, akan mudah sekali terkena cedera dan mengalami kerusakan. Selain itu, sekali neuron rusak, tidak dapat diperbaiki lagi. Cedera kepala dapat mengakibatkan malapetaka besar bagi seseorang. Sebagian masalah merupakan akibat langsung dari cedera kepala. Efek-efek ini harus dihindari dan ditemukan secepatnya dari tim medis untuk menghindari rangkaian kejadian yang menimbulkan gangguan mental dan fisik bahkan kematian.
Tepat diatas tengkorak terletak galea aponeurotika, suatu jaringan febrosa, pada dapat digerakkan dengan bebas, yang membantu menyerap kekuatan trauma eksternal. Diantara kulit dan galea terdapat suatu lapisan lemak dan lapisan membrane dalam yang mengandung pembuluh-pembuluh besar. Bila robek pembulu ini sukar mengadakan vasokontriksi dan dapat menyebabkan kehilangan darah yang berarti pada penderita dengan laserasi pada kulit kepala. Tepat dibawah galea terdapat ruang subaponeurotik yang mengandung vena emisaria dandiploika. Pembuluh-pembuluh ini dapat membawa infeksi dari kulit sampai jauh kedalam tengkorak. Yang jelas memperlihatkan betapa pentingnya pembersihan dan debridement kulit yang seksama bila galea terkoyak.
Apabila fraktur tulang tengkorak menyebabkan terkoyaknya salah satu dari arteri-arteri ini. perdarahan antreal yang diakibatkannya tertimbun dalam ruang epidural, dapat menimbulkan akibat yang fatal kecuali bila ditemukan dan diobati dengan segera.
Pelindung lain yang melapisi otak adalah meningeas, ketiga lapisan meningeas adalah durometer, archnold dan piameter.
1. Durameter Cranialis, lapisan luar yang tebal dan kuat terdiri atas dua lapisan :
a. Lapisan endosteal (periosteal) sebelah luar dibentuk oleh periosteum yang membungkus dalam cavana
b. Lapisan meningeal sebelah dalam adalah suatu selaput fibrosa yang kuat yang berlanjut terus menerus di foramen magnum dengan durameter spinalis yang membungkus medula spinalis
2. Arachnoid mater cranialis, lapisan antara yang menyerupai sarang laba-laba.
3. Diameter Clanialis, lapisan terdalam yang halus mengandung banyak pembulu darah.
FISIOLOGI MENINGEN
Otak dan medula Spinalis terbungkus dalam tiga sarung membranosa yang konsentrik membran yang paling luar tebal, kuat dan fibrasa disebut durameter, membrane tengah tipis dan halus serta diketahui sebagai archnoida mater dan membrane paling dalam dan halus dan bersifat vaskuler serta berhubungan erat dengan permukaan otak dan medulla spinallis serta dikenal sebagai piameter. Durameter mempunyai lapisan endostoel luar yang bertindak sebagai periostteum tulang-tulang kranium dan lapisan bagian dalam yaitu lapisan meningea yang berfungsi untuk melindungi saraf dibawahnya serta saraf-saraf cramal dengan membentuk sarung yang menutupi setiap saraf cranilal.
D. PATOFISIOLOGI
Pada hematom epidural, perdarahan terjadi diantara tulang tengkorak dan dura meter. Perdarahan ini lebih sering terjadi di daerah temporal bila salah satu cabang arteria meningea media robek. Robekan ini sering terjadi bila fraktur tulang tengkorak di daerah bersangkutan. Hematom dapat pula terjadi di daerah frontal atau oksipital.
Hematoma yang membesar didaerah temporal menyebabkan tekanan pada lobus temporalis otak kearah bawah dalam. Tekanan ini menyebabkan bagian modial lobus mengalami bermiasi di bawah pinggiran tentorium. Keadaan ini menyebabkan timbulnya tanda-tanda neurologik yang dapat dikenal oleh tim medis.
Epidural hematom merupakan kasus yang paling emergensi di bedah saraf karena progresifnya yang cepat karena durameter melekat erat pada sutura sehingga langsung mendesak ke parenkim otak menyebabkan mudah berniasi trans dan infra tentorial. Karena itu setiap penderita dengan trauma kepala yang mengeluh nyeri kepala yang berlangsung lama, apalagi progresif memberat harus segera dirawat dan diperiksa dengan teliti.
E. ETIOLOGI
Hematoma Epidural dapat terjadi pada siapa saja di umur berapa saja, misalnya pada benturan kepala pada kecelakaan motor. Hematom epidural terjadi akibat trauma kepala, yang biasanya berhubungan dengan fraktur tulang tengkorak dan lasersi pembuluh darah.
Pada kasus yang jarang, pembuluh darah ini dapat robek tanpa adanya fraktur. Keadaan ini mengakibatkan terpisahnya perekatan antara dura dengan kranium dan menimbulkan ruang epidural, pendarahan yang berlanjut akan memaksa dara untuk terpisah lebih lanjut dan menyebabkan hematoma menjadi massa yang mengisi ruang.
Oleh karena itu arteri meningea media terlibat, terjadi perdarahan yang tidak terkontrol, maka akan mengakibatkan terjadinya akumulasi yang cepat dari darah pada ruang epidural, dengan peningkatan tekanan intra kranial (TIK) yang cepat herniasi dan unkus dari kompresi batang otak.
F. GEJALA KLINIS
Saat awal kejadian pada sekitar 70% pasien tidak timbul gejala apa-apa pada amnesia didapatkan riwayat cedera kepala dengan penurunan kesadaran. Pada kurang lebih 50% kasus kesadaran pasien membaik dan adanya lucid interval diikuti adanya penurunan kesadaran secara perlahan sebagaimana peningkatan TIK. Pada kasus lainnya, lucid interval tidak dijumpai, dan penurunan kesadaran berlangsung diikuti oleh detroloisi progresif. Beberapa penderita epidural hematom mengeluh sakit kepala, muntah-mntah, kejang-kejang.
Gejala neurologik yang terpenting adalah pupi mata am sokor, yaitu pupil fpsikiteral melebar pada perjalanannya, pelebaran pulpil akan mencapai maksimal dan reaksi cahaya yang pada permulaan masih positif akan menjadi negatif. Terjadi pula kenaikan tekanan darah dn pradikarah. Pada tahap akhir kesadaran akan menurun sampai koma yang dalam, pupil kontralateral juga akan mengalami pelebaran sampai akhirnya kedua pupil tidak menunjukan reaksi cahaya lagi yang merupakan tanda kematian.
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan perfusi jaringan serebral b/d penghentian aliran darah(hemoragi, hematoma) edema serebral; penurunan TD sistemik/hipoksia (hipovolema, ditritima jantung)
2. Resiko tinggi pola nafas tidak efektif b/d kerusakan neuro vaskuller (cedera pada pusat pernapasan otak). Kerusakan persepsi atau kognitif. Obstruksi trake abronkhial.
3. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d perubahan kemampuan untuk mencerna nutrisi (penurunan tingkat kesadaran) kelemahan otot yang diperlukan untuk mengunyah, menelan status hipermetabolik).
H. PENATALAKSANAAN
Penanganan darurat
1. Dekanpresi dengan terpanasi sederhana
2. Kraniotomi untuk mengevakuasi hematom
Terapi medikamentosa
Pengobatan yang lazim diberikan kepada cedera kepala adalah golongan dexametason (dengan dosis awal 10 mg kemudian dilanjutkan 4 mg tiap 6 jam), manitol 20% (dosis 1-3 mg/10g BB/hari) yang bertujuan untuk mengatasi edema cerebri yang terjadi akan tetapi hal ini masih kontroversi dalam memilih nama yang terbaik. Dianjurkan untuk memberikan terapi profilaksis dengan fonitoin sedini mungkin (24 jam pertama) untuk mencegah timbulnya focus epileptogenic dan untuk penggunaan jangka panjang dapat dianjurkan dengan kerbamazepin. Tri-hidroksi metil – amino – metana (THAM) merupakan suatu buffer yang dapat masuk ke susunan saraf pusat dan secara teoritis lebih superior dari natrium bikarbonat dalam hal ini mengurangi tekanan intracranial. Barbiturat dapat dipakai untuk mengatasi tekanan intra kranial yang meninggi dan mempunyai efek protektif terhadap otak dari anoksia dan iskemik dosis yang biasa diterapkan adalah diawali dengan 10 mg/kg BB dalam 30 menit dan kemudian dilanjutkan dengan 5 mg/kg BB setiap 3 jam serta drip 1 mg/kg BB/Jam untuk mencapai kadar serum 3-4 mg.
Terapi operatif
Operasi dilakukan bila terdapat
1. Volume hematom > 30 ml (Kepustakaan lain > 44 ml)
2. Keadaan pasien memburuk
3. Pendorongan garis tengah > 3 jam
Indikasi operasi dibidang ini bedah saraf adalah untuk life saving dan untuk fungsional. Jika untuk keduanya tujuan tersebut maka operasinya menjadi operasi emergenci. Biasanya keadaan emergency ini disebabkan oleh lesi desak ruang
Indikasi untuk life saving adalah jika lesi desak ruang bervolume :
1. > 25 CC – Desak Ruang Supra Tentorial
2. >10 CC – Desak Ruang Infratentoral
3. >5 CC – Desak Ruang Thalamus
Sedangkan indikasi evakuasi life saving adalah efek yang signifikan
1. Penurunan klinis
2. Efek massa dengan volume > 20 CC dengan midine shift > 5 mm dengan penurunan klinis yang progresif
3. Tebal epidural hematoma dapat dilakukan segera dengan cara trepanasi dengan tujuan melakukan evakuasi hematoma dan menghentikan perdarahan.
I. KOMPLIKASI
1. Kelainan neurologik (deficit neurologis) berupa sindrom geger otak dapat terjadi dalam beberapa jam sampai beberapa bulan
2. Kondisi yang kacau baik fisik maupun mental
3. Kmeatian
J. PROGNOSIS
Prognosis tergantung pada :
1. Lokasinya (infratentonal lebih jelek)
2. Besarnya
3. Kesadaran saat masuk kamar operasi.
No comments:
Post a Comment