“ASUHAN KEPERAWATAN ISPA”
DISUSUN OLEH :
1)
EKA RINI
SETYANINGSIH
2)
PASCHALINA
KARTINI WABISER
3)
EMMA JUNITA
MARUAPEY
4)
LISA AMELIA
TUMARI
DOSEN : NS.JUMRANA, S.KEP.,M.KES
MATA KULIAH : IDK 3
FAKULTAS KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR
2019
BAB I
TINJAUAN TEORITIS
A.
KONSEP DASAR ISPA
Kesehatan
adalah hak setiap orang. Masalah kesehatan sama pentingnya dengan masalah
pendidikan, perekonomian dan lain sebagainya. Usia balita dan anak-anak
merupakan usia yang rentan penyakit. Hingga saat ini salah satu penyakit yang
banyak diderita oleh masyarakat adalah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) .
ISPA masih
merupakan masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan kematian bayi dan
balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi. Setiap
anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya. 40 % -60 % dari
kunjungan di puskesmas adalah oleh penyakit ISPA.
(Anonim,2009)
Hal ini
dapat dikarenakan beberapa faktor misalnya, rendahnya tingkat pendidikan
sehingga pengetahuan mengenai kesehatan juga masih rendah atau faktor ekonomi
yang menyebabkan tingkat kesehatan kurang diperhitungkan.
B. DEFINISI
ISPA
ISPA adalah
infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang dimaksud
dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung paru, beserta
organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru.
Sebagian
besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek
dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan
menderita pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat
mengakibat kematian.
Program
Pemberantasan Penyakit ISPA membagi penyakit ISPA dalam 2 golongan yaitu
pneumonia dan yang bukan pneumonia. Pneumonia dibagi atas derajat beratnya
penyakit yaitu pneumonia berat dan pneumonia tidak berat. Penyakit batuk pilek
seperti rinitis, faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan napas bagian atas
lainnya digolongkan sebagai bukan pneumonia. Etiologi dari sebagian besar penyakit
jalan napas bagian atas ini ialah virus dan tidak dibutuhkan terapi antibiotik.
Faringitis oleh kuman Streptococcus jarang ditemukan
pada balita. Bila ditemukan harus diobati dengan antibiotik penisilin, semua
radang telinga akut harus mendapat antibiotik.
C. KLASIFIKASI
ISPA
Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi
ISPA sebagai berikut :
1.
Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya
tarikan dinding dada kedalam (chest indrawing).
2.
Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas
cepat.
3.
Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk
pilek, bisa disertai demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas
cepat. Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong bukan pneumonia.
Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu
klasifikasi penyakit ISPA. Klasifikasi
ini dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan dan untuk golongan umur 2
bulan sampai 5 tahun. Untuk
golongan umur kurang 2 bulan ada 2 klasifikasi penyakit yaitu:
1.
Pneumonia berat: diisolasi dari cacing tanah oleh Ruiz
dan kuat dinding pada bagian bawah atau
napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur kurang 2 bulan yaitu 60 kali
per menit atau lebih.
2.
Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak
ditemukan tanda tarikan kuat dinding dada bagian bawah atau napas cepat.
Untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun ada 3
klasifikasi penyakit yaitu :
1.
Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu
adanya tarikan dinding dada bagian bawahkedalam
pada waktu anak menarik napas (pada saat diperiksa anak harus dalam keadaan
tenang tidak menangis atau meronta).
2.
Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas
cepat ialah untuk usia 2 -12 bulan adalah 50 kali permenit atau lebih dan untuk
usia 1 -4 tahun adalah 40 kali per menit atau lebih.
3.
Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak
ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak ada napas
cepat(Rasmaliah, 2004).
D.
Etiologi ISPA
Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri,
virus dan riketsia. Bakteri penyebabnya antara lain dari genus Streptococcus,
Stafilococcus, Pnemococcus, Hemofilus, Bordetella dan Corinebakterium.
Virus penyebabnya antara lain golongan Micsovirus, Adenovirus, Coronavirus,
Picornavirus, Micoplasma, Herpesvirus.
E.
Patofisiologi ISPA
Perjalanan alamiah penyakit ISPA dibagi 3 tahap yaitu
:
1.
Tahap prepatogenesis : penyebab telah ada tetapi belum
menunjukkan reaksi apa-apa.
2.
Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan
lapisan mukosa. Tubuh menjadi lemah apalagi
bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya rendah.
3.
Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala
penyakit,timbul gejala demam dan batuk. Tahap
lanjut penyaklit,dibagi menjadi empat yaitu dapat sembuh sempurna, sembuh dengan
atelektasis, menjadi kronos dan meninggal akibat pneumonia.
Infeksi bakteri mudah terjadi pada saluran nafas yang
sel-sel epitel mukosanya telah rusak akibat infeksi yang terdahulu. Selain hal
itu, hal-hal yang dapat mengganggu keutuhan lapisan mukosa dan gerak silia
adalah asap rokok dan gas SO2 (polutan utama dalam pencemaran udara), sindroma
imotil, pengobatan dengan O2 konsentrasi tinggi (25 % atau lebih).
F.
Pathways
G. Gejala ISPA
Penyakit ISPA adalah penyakit yang
sangat menular, hal ini timbul karena menurunnya sistem
kekebalan atau daya tahan tubuh, misalnya karena kelelahan atau stres. Pada
stadium awal,
gejalanya berupa rasa panas, kering dan gatal dalam hidung, yang kemudian
diikuti bersin terus menerus, hidung tersumbat
dengan ingus encer serta demam dan nyeri kepala. Permukaan mukosa
hidung tampak merah dan membengkak. Infeksi lebih lanjut membuat sekret menjadi kental dan
sumbatan di hidung bertambah. Bila tidak terdapat komplikasi, gejalanya akan berkurang
sesudah 3-5 hari. Komplikasi yang mungkin terjadi adalah sinusitis, faringitis, infeksi
telinga tengah, infeksi saluran tuba eustachii, hingga bronkhitis dan pneumonia
(radang paru).
H. Cara
Penularan Penyakit ISPA
Penularan penyakit ISPA dapat
terjadi melalui udara yang telah tercemar, bibit penyakit masuk kedalam tubuh
melalui pernafasan, oleh karena itu maka penyakit ISPA ini termasuk golongan Air
Borne Disease. Penularan melalui udara dimaksudkan adalah cara penularan
yang terjadi tanpa kontak dengan penderita maupun dengan benda terkontaminasi.
Sebagian besar penularan melalui udara dapat pula menular melalui kontak
langsung, namun tidak jarang penyakit yang sebagian besar penularannya adalah
karena menghisap udara yang mengandung unsur penyebab atau mikroorganisme
penyebab. Penularan penyakit ISPA dapat terjadi melalui:
1. Polusi udara
2. Asap rokok
3. Bibit
penyakit masuk kedalam tubuh melalui pernapasan
4. Asap pembakaran
bahan kayu yang biasanya digunakan untuk memasak.
I.
Faktor Yang Mempengaruhi Penyakit ISPA
1. Agent
Infeksi dapat berupa flu biasa hingga radang
paru-paru. Kejadiannya bisa secara akut atau kronis, yang paling sering adalah
rinitis simpleks, faringitis, tonsilitis, dan sinusitis. Rinitis simpleks atau
yang lebih dikenal sebagai selesma/common cold/koriza/flu/pilek, merupakan
penyakit virus yang paling sering terjadi pada manusia. Penyebabnya adalah
virus Myxovirus, Coxsackie, dan Echo.
2. Manusia
a.
Umur
Berdasarkan hasil penelitian Daulay (1999) di Medan,
anak berusia dibawah 2 tahun mempunyai risiko mendapat ISPA 1,4 kali lebih
besar dibandingkan dengan anak yang lebih tua. Keadaan ini terjadi karena anak
di bawah usia 2 tahun imunitasnya belum sempurna dan lumen saluran nafasnya
masih sempit.
b.
Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil penelitian Kartasasmita (1993),
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan prevalensi, insiden maupun lama ISPA
pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan.
c.
Status Gizi
Di banyak negara di dunia, penyakit infeksi masih
merupakan penyebab utama kematian terutama pada anak dibawah usia 5 tahun. Akan
tetapi anak-anak yang meninggal karena penyakit infeksi itu biasanya didahului
oleh keadaan gizi yang kurang memuaskan. Rendahnya daya tahan tubuh akibat gizi
buruk sangat memudahkan dan mempercepat berkembangnya bibit penyakit dalam
tubuh.
d.
Berat Badan Lahir
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ditetapkan sebagai
suatu berat lahir <2.500 gram. Menurut Tuminah (1999), bayi dengan BBLR
mempunyai angka kematian lebih tinggi dari pada bayi dengan berat ≥2500 gram
saat lahir selama tahun pertama kehidupannya. Pneumonia adalah penyebab
kematian terbesar akibat infeksi pada bayi baru lahir.
e.
Status ASI Eksklusif
Air Susu Ibu (ASI) dibutuhkan dalam proses tumbuh
kembang bayi kaya akan faktor antibodi untuk melawan infeksi-infeksi bakteri
dan virus, terutama selama minggu pertama (4-6 hari) payudara akan menghasilkan
kolostrum, yaitu ASI awal mengandung zat kekebalan (Imunoglobulin, Lisozim,
Laktoperin, bifidus factor dan sel-sel leukosit) yang sangat penting untuk
melindungi bayi dari infeksi.
f.
Status Imunisasi
Imunisasi adalah suatu upaya untuk melindungi
seseorang terhadap penyakit menular tertentu agar kebal dan terhindar dari
penyakit infeksi tertentu. Pentingnya imunisasi didasarkan pada pemikiran bahwa
pencegahan penyakit merupakan upaya terpenting dalam pemeliharaan kesehatan
anak.
3. Lingkungan
a.
Kelembaban Ruangan
Hasil penelitian Chahaya, dkk di Perumnas Mandala
Medan (2004), dengan desain cross sectional didapatkan bahwa kelembaban ruangan
berpengaruh terhadap terjadinya ISPA pada balita. Berdasarkan hasil uji
regresi, diperoleh bahwa faktor kelembaban ruangan mempunyai exp (B) 28,097,
yang artinya kelembaban ruangan yang tidak memenuhi syarat kesehatan menjadi
faktor risiko terjadinya ISPA pada balita sebesar 28 kali.
b.
Suhu Ruangan
Salah satu syarat fisiologis rumah sehat adalah
memiliki suhu optimum 18- 300C. Hal ini berarti, jika suhu ruangan rumah
dibawah 180C atau diatas 300C keadaan rumah tersebut tidak memenuhi syarat.
Suhu ruangan yang tidak memenuhi syarat kesehatan menjadi faktor risiko
terjadinya ISPA pada balita sebesar 4 kali.
c.
Ventilasi
Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi
pertama adalah menjaga agar aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar.
Hal ini berarti keseimbangan O2 yang diperlukan oleh penghuni rumah tersebut
tetap terjaga.
d.
Kepadatan Hunian Rumah
Menurut Gani dalam penelitiannya di Sumatera Selatan
(2004) menemukan proses kejadian pneumonia pada anak balita lebih besar pada
anak yang tinggal di rumah yang padat dibandingkan dengan anak yang tinggal di
rumah yang tidak padat. Berdasarkan hasil penelitian Chahaya tahun 2004,
kepadatan hunian rumah dapat memberikan risiko terjadinya ISPA sebesar 9 kali.
e.
Penggunaan Anti Nyamuk
Penggunaan Anti nyamuk sebagai alat untuk menghindari
gigitan nyamuk dapat menyebabkan gangguan saluran pernafasan karena
menghasilkan asap dan bau tidak sedap. Adanya pencemaran udara di lingkungan
rumah akan merusak mekanisme pertahanan paru-paru sehingga mempermudah
timbulnya gangguan pernafasan.
f.
Bahan Bakar Untuk Memasak
Bahan bakar yang digunakan untuk memasak sehari-hari
dapat menyebabkan kualitas udara menjadi rusak. Kualitas udara di 74% wilayah
pedesaan di China tidak memenuhi standar nasional pada tahun 2002, hal ini
menimbulkan terjadinya peningkatan penyakit paru dan penyakit paru ini telah
menyebabkan 1,3 juta kematian.
g.
Keberadaan Perokok
Rokok bukan hanya masalah perokok aktif tetapi juga
perokok pasif. Asap rokok terdiri dari 4.000 bahan kimia, 200 diantaranya
merupakan racun antara lain Carbon Monoksida (CO), Polycyclic Aromatic
Hydrocarbons (PAHs) dan lain-lain. Berdasarkan hasil penelitian Pradono dan
Kristanti (2003), secara keseluruhan prevalensi perokok pasif pada semua umur di
Indonesia adalah sebesar 48,9% atau 97.560.002 penduduk.
h.
Status Ekonomi dan Pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian Djaja, dkk (2001),
didapatkan bahwa bila rasio pengeluaran makanan dibagi pengeluaran total
perbulan bertambah besar, maka jumlah ibu yang membawa anaknya berobat ke dukun
ketika sakit lebih banyak. Bedasarkan hasil uji statistik didapatkan bahwa ibu
dengan status ekonomi tinggi 1,8 kali lebih banyak pergi berobat ke pelayanan
kesehatan dibandingkan dengan ibu yang status ekonominya rendah.
J.
Cara Mengatasi ISPA
1. Mengatasi
panas (demam)
a.
Untuk orang dewasa, diberikan obat penurun panas yaitu
paracetamol.
b.
Untuk anak usia 2 bulan sampai 5 tahun, demam diatasi
dengan memberikan paracetamol dan
kompres.
2. Mengatasi
batuk
a.
Dianjurkan memberi obat batuk yang aman, yaitu ramuan
obat tradisional berupa jeruk nipis ½ sendok teh
dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh,
diberikan 3 kali sehari.
b.
Dapat menggunakan obat batuk lainnya yang tidak
mengandung zat yang merugikan seperti kodein, dekstrometorfan dan antihistamin.
3. Pemberian
makanan
a.
Berikan makanan yang cukup bergizi biarpun hanya
sedikit tetapi berikan secara berulang-ulang.
b.
Pemberian ASI pada bayi yang menyusui tetap diberikan.
4.
Pemberian minuman
a.
Usakan pemberian cairan seperti air putih, air buah
dan sebagainya, diberikan lebih dari biasanya. Ini akan membantu mengencerkan
dahak dan mencegah kekurangan cairan.
b.
Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang
terlalu tebal dan rapat, apalagi jika pada anak yang menderita demam karena
akan menghambat keluarnya panas.
c.
Jika pilek, bersihkan hidung untuk mempercepat
kesembuhan dan menghindari komplikasi yang lebih parah.
d.
Usahakan lingkungan tetap terjaga dan selalu sehat,
yaitu ventilasi yang cukup, dengan cahaya yang memadai dan tidak berasap.
K. Pencegahan
ISPA
Menurut
Depkes RI, (2002) pencegahan ISPA antara lain :
1. Menjaga
kesehatan gizi agar tetap baik
Dengan menjaga kesehatan gizi yang baik maka itu akan
mencegah kita atau terhindar dari penyakit yang terutama antara lain penyakit
ISPA. Misalnya dengan mengkonsumsi makanan empat sehat lima sempurna, banyak
minum air putih, olah raga dengan teratur, serta istirahat yang cukup,
kesemuanya itu akan menjaga badan kita tetap sehat. Karena dengan tubuh yang
sehat maka kekebalan tubuh kita akan semakin meningkat, sehingga dapat mencegah
virus /bakteri penyakit yang akan masuk ke tubuh kita.
2. Imunisasi
Pemberian immunisasi sangat diperlukan baik pada
anak-anak maupun orang dewasa. Immunisasi dilakukan untuk menjaga kekebalan tubuh
kita supaya tidak mudah terserang berbagai macam penyakit yang disebabkan oleh
virus / bakteri.
3. Menjaga
kebersihan perorangan dan lingkungan
Membuat ventilasi udara serta pencahayaan udara yang
baik akan mengurangi polusi asap dapur / asap rokok yang ada di dalam rumah,
sehingga dapat mencegah seseorang menghirup asap tersebut yang bisa menyebabkan
terkena penyakit ISPA. Ventilasi yang baik dapat memelihara kondisi sirkulasi
udara (atmosfer) agar tetap segar dan sehat bagi manusia.
4. Mencegah
anak berhubungan dengan penderita ISPA
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) ini disebabkan
oleh virus/ bakteri yang ditularkan oleh seseorang yang telah terjangkit
penyakit ini melalui udara yang tercemar dan masuk ke dalam tubuh. Bibit
penyakit ini biasanya berupa virus / bakteri di udara yang umumnya berbentuk
aerosol (anatu suspensi yang melayang di udara). Adapun bentuk aerosol yakni Droplet,
Nuclei (sisa dari sekresi saluran pernafasan yang dikeluarkan dari tubuh
secara droplet dan melayang di udara), yang kedua duet (campuran antara bibit
penyakit).
BAB II
TINJAUAN KASUS
A.
Pengkajian ISPA
1.
Identitas Pasien
Nama : An. K
Umur : 18 bulan
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan :
-
Pekerjaan : -
Status : Belum menikah
Alamat :
Jl. Siliwangi Babakan Tasik Rt/Rw 01/12
Kelurahan Sawah Gede Kecamatan
Cianjur Kabupaten Cianjur
Jawa Barat
Agama : Islam
Suku /
bangsa : Sunda / Indonesia
Tanggal
masuk puskesmas : 05 Februari 2016
Diagnosa
medis : ISPA
No.Registrasi : 2067
2.
Identitas penanggung jawab
Nama : Tn. Z
Umur : 37 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Hubungan dengan pasien : Ayah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Status : Menikah
Alamat : Jl. Siliwangi Babakan Tasik Rt/Rw 01/12 Kelurahan
Sawah Gede Kecamatan Cianjur
B.
Riwayat Kesehatan
1.
Keluhan Utama
Tn. dari An. K mengatakan bahwa
anaknya mengalami batuk, pilek selama 5 hari disertai
dengan demam, sakit tenggorokan dan
adanya suara tambahan saat tidur (stridor).
2.
Riwayat kesehatan sekarang
Pada saat pengkajian tanggal 5
Februari 2016 Tn. dari An. K mengatakan bahwa anaknya
mengalami batuk, pilek selama 5 hari disertai dengan demam, sakit tenggorokan, dan adanya
suara tambahan (stridor) saat tidur. Skala nyeri 3 dari 0-5.
3.
Riwayat kesehatan dahulu
Klien sebelumnya sudah pernah
mengalami penyakit sekarang tetapi tidak disertai dengan sakit
tenggorokan dan suara tambahan (stridor) ketika sedang tidur.
4.
Riwayat kesehatan keluarga
Menurut anggota keluarga ada juga
yang pernah mengalami sakit seperti
penyakit klien tersebut.
C.
Pemeriksaan fisik (Data Objektif)
1.
Keadaan umum : Lemas
2.
Tanda-tanda vital
a.
Tekanan darah :
-
b.
Respirasi : 30 x/menit
c.
Nadi : 125 x/menit
d.
Suhu :
38oC
3.
Berat badan :
12 Kg
4.
Tinggi badan :
72 Cm
5.
Pemeriksaan Head to Toe
a.
Kepala
Bentuk kepala simetris, warna rambut hitam tebal,
kulit kepala tidak kotor, tidak ada nyeri tekan.
b.
Mata
Bentuk mata simetris, konjungtiva non anemis , sklera putih,
tidak ada nyeri tekan. Pupil mengecil ketika di beri rangsangan cahaya.
c.
Hidung
Bentuk hidung simetris, klien dapat mencium kayu
putih.
d.
Mulut
Mulut simetris, bibir kering, tidak ada stomatitis.
e.
Telinga
Lubang telinga simetris, tidak ada nyeri tekan, klien
dapat mendengar detak jam.
f.
Leher
Bentuk leher simetris. Adanya nyeri tekan pada leher.
g.
Dada / thorax
Bentuk dada simetris, tidak ada nyeri tekan, adanya
suara tambahan (stridor) ketika sedang
tidur.
h.
Abdomen
Bentuk abdomen simetris, tidak ada nyeri tekan.
i.
Punggung
Bentuk punggung simetris, tidak ada nyeri tekan.
j.
Ekstremitas
1)
Atas
Tangan lengkap simetris, tidak ada nyeri tekan, kuku
tidak kotor dan tidak panjang, tidak ada kelainan.
2)
Bawah
Kaki lengkap simetris, tidak ada nyeri tekan, kuku
tidak kotor dan tidak panjang, tidak ada
kelainan.
D. Data
Psikososial
1. Pengkajian
psikologi
a.
Status emosional :
Gelisah
Karena klien terlihat meronta dan
menangis
b.
Konsep diri :
-
c.
Cara berkomunikasi :
-
d.
Pola interaksi :
Baik
Karena masih bisa berinteraksi
dengan perawat
2. Pengkajian
sosial
a. Hubungan
sosial : -
b. Faktor
kultursosial : -
c. Pola hidup : Baik
Karena keluarga Tn. Z
menjaga pola hidup sehat
d.
Hubungan
dengan keluarga : Baik
Sebagai hubungan peran anak dan
keluarga
3.
kebutuhan
dasar / pola aktivitas sehari-hari
a.
Nutrisi
·
Makan
1)
Frekuensi :
3x sehari
2)
Porsi :
1 porsi habis
3)
Jenis makanan : -
4)
Keluhan :
-
·
Minum
1)
Frekuensi : < 8
botol atau gelas / hari
2)
Jenis minuman :
air putih dan susu formula
4.
Terapi Medis
a.
Amoxilin sirup 3 x 2
b.
Glyceryl Guaiacolate 1 x ¼
c.
Chlorpheniramine Maleate 1 x ¼
d.
Vitamin B Kompleks 1 x ½
e.
Paracetamol sirup 3 x 1
E.
Tentang Keluarga Pasien
1.
Tipe keluarga
Keluarga Tn. Z termasuk tipe
keluarga sederhana yaitu didalam satu rumah terdapat 4 orang yang terdiri dari
Tn. Z (Ayah), Ny. I (Ibu), An. B (Anak ke 1) dan An. K
(Anak ke2).
2.
Suku bangsa
Bahasa yang digunakan Tn. Z adalah
bahasa sunda karena berasal dari Jawa Barat. Dalam keluarga tidak ada pantangan
makanan apapun.
3.
Agama
Keluarga Tn. Z beragama Islam dan
taat menjalankan shalat 5 waktu biasanya dilakukan dirumah dan sering membaca
Al-Quran.
4.
Status sosial ekonomi keluarga
Kebutuhan sehari-hari keluarga semua
dipenuhi oleh Tn.Z yang bekerja sebagai wiraswasta. Ny.I membantu pekerjaan
rumah.
5.
Aktifitas keluarga
Keluarga menjalankan aktifitas
masing-masing seperti Tn. Z sibuk mencari nafkah, Ny. I membantu pekerjaan
rumah, sedangkan dua orang anaknya sibuk sekolah.
F.
Analisa Data
Data
|
Etiologi
|
Masalah
|
DS : Tn dari
An.K mengatakan bahwa klien mengalami batuk, pilek selama 5 hari disertai
dengan demam, sakit tenggorokan, dan adanya suara tambahan saat tidur
(stridor).
DO : Klien
terlihat lemas dan gelisah
|
Pencemaran
Udara (asap rokok, asap kendaraan, asap pabrik dll) mengandung virus dan
bakteri
Terhirup
oleh hidung
Virus /
bakteri jenis Streptococcus
dan Micsovirus, merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa
Anak
menjadi lemas dan terdapat gangguan sistem pernafasan
|
Batuk,
pilek selama 5 hari
disertai dengan demam,
sakit tenggorokan
dan adanya suara
tambahan saat tidur (stridor).
|
G. Diagnosa
Keperawatan dan Prioritas Masalah
1.
Batuk
berhubungan dengan terjadinya penyempitan pada saluran pernafasan.
2.
Pilek
berhubungan dengan masuknya bakteri pada saluran pernafasan.
3.
Demam
berhubungan dengan proses infeksi atau inflamasi.
4.
Sakit
tenggorokan berhubungan dengan virus atau bakteri sterptokokus atau strep
throat yang menyerang tenggorokan.
H. Rencana
Asuhan Keperawatan
Nama : An. K Diagnosa Medis : ISPA No. Reg : 2067
No
|
Diagnosa
|
Tujuan
|
Perencanaan
|
Implementasi
|
Evaluasi
|
|
Intervensi
|
Rasional
|
|||||
1
|
Batuk
berhubungan dengan terjadinya penyempitan pada saluran pernafasan
DS : Tn dari
An. K mengatakan batuk selama 5 hari
DO : Klien
terlihat batuk berulang-ulang
-Skala
nyeri 3 dari 0-5
|
Tujuan
panjang: Dalam waktu 3x24 jam
batuk klien
hilang dengan
kriteria:
- Batuk
klien hilang
- Skala 0
Tujuan
pendek: Dalam waktu 8 jam batuk klien berkurang dengan kriteria:
- Klien
terlihat tenang
- Skala 2
|
1. Lakukan pemberian
posisi yang nyaman
2. Berikan
therapy obat Glyceryl Guaiacolate 1x1/4
|
1. Dengan pemberian
posisi yang nyaman usaha nafas akan kembali normal sekaligus dapat
mengeluarkan sputum dengan mudah dan meningkatnya suplai oksigen ke paru-paru
2. Dengan memberikan
therapy obat batuk klien berkurang ataupun hilang.
|
1. Melakukan pemberian
posisi yang nyaman
2. Memberikan
therapy obat Glyceryl Guaiacolate 1x1/4
|
S : Klien
mengatakan batuk
masih ada
O : Klien
masih terlihat batuk. Skala 3
A : Masalah
klien belum teratasi
P :
Intervensi dilanjutkan
S : Klien
mengatakan batuk berkurang
O : Skala 2
A : Masalah
klien teratasi sebagian
P :
Intervensi dilanjutkan
|
2
|
Pilek
berhubungan dengan masuknya bakteri pada saluran pernafasan
DS : Tn dari
An. K mengatakan pilek selama 5 hari
DO : Klien
terlihat menghirup udara ke hidung secara berulang-ulang dan cepat dengan
adanya suara tambahan
-Skala 2
dari 0-5
|
Tujuan
panjang: Dalam waktu 3x24 jam pilek klien
hilang dengan kriteria: - Klien
tidak menghirup udara ke hidung secara berulang-ulang dan cepat dengan adanya
suara tambahan
-Skala 0
Tujuan
pendek: Dalam
waktu 8 jam pilek klien berkurang dengan kriteria:
- Klien
terlihat nyaman
- Skala 2
|
1.
Lakukan pemberian posisi
yang nyaman
2.
Berikan therapy obat Chlorpheniramine Maleate 1
x 1/4
|
5. Dengan pemberian
posisi yang
nyaman terciptanya
jalan nafas yang
bersih dan
patent, meningkatnya
pengeluaran sekret
6. Dengan
memberikan therapy obat diharapkan pilek klien berkurang atau hilang
|
1. Melakukan
pemberian posisi yang nyaman
2. Memberikan
therapy obat Chlorpheniramine Maleate 1 x
1/4
|
S : Klien
mengatakan pilek berkurang sedikit
O : Klien
terlihat sedikit
nyaman, Skala 1
A : Masalah
klien teratasi
sebagian
P :
Intervensi dilanjutkan
S : Klien
mengatakan pilek berkurang
O : Skala 1
A : Masalah
klien teratasi sebagian
P :
Intervensi dilanjutkan
|
3
|
Demam
berhubungan dengan proses infeksi atau inflamasi
DS : Tn dari
An. K mengatakan demam
DO : Klien
terlihat gelisah
|
Tujuan
panjang: Dalam waktu 3x24 jam demam klien hilang dengan kriteria:
Klien
tidak gelisah
Tujuan
pendek: Dalam waktu 8 jam demam klien berkurang dengan krtiteria:
Klien
terlihat tenang
|
1. Lakukan
kompres daerah frontal
2. Berikan
therapy obat Paracetamol sirup 3x1
|
1. Dengan
kompres diharapkan demam klien hilang
2. Dengan
memberikan therapy obat demam klien hilang
|
1. Melakukan
kompres daerah frontal
2. Memberikan
therapy obat Paracetamol sirup 3x1
|
S : Klien
mengatakan demam berkurang
O : Klien
terlihat tenang
A : Masalah
klien teratasi sebagian
P :
Intervensi dilanjutkan
S : Klien
mengatakan demam berkurang
O : Klien
terlihat tenang
A : Masalah
klien teratasi sebagian
P :
Intervensi dilanjutkan
|
4
|
Sakit
tenggorokan berhubungan dengan virus atau bakteri sterptokokus
atau strep throat yang menyerang tenggorokan.
DS : Tn dari
An. K
mengatakan sakit tenggorokan dan adanya suara tambahan saat tidur (stridor)
DO : Klien
terlihatmemegang tenggorokan
|
Tujuan
panjang: Dalam waktu 3x24 jam sakit tenggorokan hilang dengan kriteria : Klien
tidak memegang tenggorokan
Tujuan
pendek: Dalam waktu 8 jam sakit tenggorokan
klien berkurang dengan kriteria: Klien
terlihat nyaman
|
1.
Lakukan therapy pijat daerah leher
2.
Berikan therapy
obat Amoxilin sirup 3 x 2 dan
Vitamin B Kompleks 1
x 1/2
|
1. Dengan dilakukan
therapy pijat diharapkan sakit tenggorokan berkurang
2. Dengan
memberikan therapy obat diharapkan sakit tenggorokan klien hilang dan suara
stridorpun hilang
|
1. Melakukan
therapy pijat daerah leher
2. Memberikan
therapy obat Amoxilin sirup 3x2 dan Vitamin B Kompleks 1x1/2
|
S : Klien
mengatakan sakit tenggorokan masih ada
O : Klien
masih terlihat memegang tenggorokan
A : Masalah
klien belum teratasi
P :
Intervensi dilanjutkan
S : Klien
mengatakan sakit tenggorokan dan suara stridor hilang
O : Klien
terlihat nyaman
A : Masalah
klien teratasi
P :
Intervensi dilanjutkan di rumah
|
BAB III
KESIMPULAN
Kesehatan
adalah hak setiap orang. Masalah kesehatan sama pentingnya dengan masalah
pendidikan, perekonomian dan lain sebagainya. Usia balita dan anak-anak
merupakan usia yang rentan penyakit. Hingga saat ini salah satu penyakit yang
banyak diderita oleh masyarakat adalah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut)’
ISPA adalah infeksi
saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang dimaksud dengan
saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung paru,
beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan
selaput paru.
Program Pemberantasan
ISPA mengklasifikasi ISPA yaitu :
1.
Pneumonia berat
2.
Pneumonia
3.
Bukan pneumonia
Menurut
pelayanan kesehatan bahwa etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri,
virus dan riketsia. Bakteri penyebabnya antara lain dari genus Streptococcus,
Stafilococcus, Pnemococcus, Hemofilus, Bordetella dan Corinebakterium.
Virus penyebabnya antara lain golongan Micsovirus, Adenovirus, Coronavirus,
Picornavirus, Micoplasma, Herpesvirus.
No comments:
Post a Comment