Monday, February 25, 2019

Skripsi Keperawatan Pencegahan Artrithis Lansia


Download File Skripsi ini pada link berikut :
🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻
 

BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang.

       Penyakit radang sendi atau  Arthritis Rheumatoid  sering  menyerang pada usia lanjut. Munurut Saparinah (2013), usia 55 sampai dengan 65 tahun usia lanjut atau yang di kenal dengan lansia, dimana tubuhnya mengalami penurunan daya tahan tubuh. Penyakit Arthritis Rheumatoid ini tidak mengenal batas usia, dari  usia anak-anak hingga usia lanjut (Handriani, 2011). Penyakit Arthritis Rheumatoid mengakibatkan sejumlah konsekuensi, antara lain; timbulnya masalah fisik, mental, sosial, serta kebutuhan pelayanan kesehatan terutama kelainan degenerative, dan di samping itu bisa menyebabkan kecacatan (Nugroho, 2012).
      Hasil survey badan kesehatan dunia World Health Organization (WHO, 2015) mengatakan bahwa jumlah lansia yang mengalami penyakit Arthritis Rheumatoid adalah kelompok penduduk yang berumur 60 tahun atau lebih. Secara global pada tahun 2015 proporsi dari populasi penduduk berusia lebih dari 60 tahun adalah 13,7% dari total populasi dunia yang menderita (WHO, 2015). Menurut ( Arthritis Foundation, 2015) jumlah lansia menderita penyakit Arthritis Rheumatoid sebanyak 22% atau lebih dari 50 juta orang dewasa di Amerika Serikat yang berusia 18 tahun atau lebih di diagnose Arthritis Rheumatoid. Dari data tersebut, sekitar 3% atau 1,5 juta orang dewasa menderita Arthritis Rheumatoid. Sedangkan menurut Xu & Lin (2017), Arthritis Rheumatoid merupakan penyakit inflamasi kronis dan autoimun yang di dominasi  pada perempuan di Negara China yang di perkirakan mempengaruhi sekitar 1% dari populasi dunia.
       Penyakit  Arthritis Rheumatoid di Negara Asia seperti, Kamboja 2,3 kasus per 1000 anak usia sekolah, Filipina 1,2 kasus per 1000 anak usia sekolah, Thailand 0,2 kasus per 1000  anak usia sekolah, dan di India 51 kasus per 1000 anak usia sekolah. Di Negara berkembang lain seperti Zambia 2,3 prevalensi penyakit Arthritis Rheumatoid di laporkan 12,6 kasus per 1000 anak usia sekolah Almazini ( 2014).
       Depkes RI, (2013) di Indonesia angka kejadian Arthritis Rhematoid  mencapai 20% dari penduduk dunia yang  terserang penyakit Arthritis Rhematoid  dimana 5-10% adalah mereka yang berusia 5-20 tahun dan 20% adalah mereka yang berusia di atas 55 tahu.
       Data dari (DinKes Kab. Indramayu, 2016) kesehatan keluarga di Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu dan data Puskesmas Balongan menunjukan bahwa pada tahun 2015 desa Balongan memiliki 196 kasus penyakit Arthritis Rhematoid. Pada bulan Januari hingga Februari tahun 2016, terdapat lebih dari 250 kasus dan pada bulan Mei terdapat 93 kasus penderita penyakit Arthritis Rhematoid .  
       Menurut pendapat  Noer (2012), penyebab secara pasti belum di ketahui, tetapi infeksi merupakan dugaan karena onset penyakit ini terjadi secara mendadak dan timbul sebagai gambaran inflasi yang menolak. Agen infeksius yang di duga merupakan penyebab Arthritis Rheumatoid antara lain adalah bakteri, mikroplasma dan virus. Sedangkan menurut Goeldner et.al. (2011) Arthritis Rheumatoid juga dapat di sebabkan oleh rokok, yang mana merokok dapat mempengaruhi sistem kekebalan tubuh dengan beragam cara, baik meningkatkan reaksi alergi dan autoimun inflamasi, dan menurunkan aktivitas sistemik melawan infeksi.
       Aktivitas fisik sebagai faktor yang berhubungan dengan kejadian Arthritis Rheumatoid pada lansia atau di kenal dengan lanjut usia, di mana lansia pada saat melakukan kegiatan, seperti membersihkan, memasak maka akan sering merasakan nyeri pada sendi walaupun telah beristirahat rasa nyeri tersebut masih di rasakan oleh lansia  (Suiraoka, 2012).
       Menurut Junaedi & Iskandar (2013), Orang yang mengalami obesitas atau kegemukan beresiko tinggi terserang penyakit  Arthritis Rheumatoid terutama orang yang ketika muda berbadan kurus, tetapi setelah berusia 50 tahun berbadan gemuk. Hal ini terjadi karena sebenarnya kaki orang tersebut kecil, sehingga tidak mampu menopang berat badannya yang bertambah. Sedangkan Menurut Hembing (2007), dalam Andriani, (2016) pencegahan penyakit  Arthritis rheumatoid  bisa di lakukan dengan menggunakan tanaman herbal serai yang mengandung minyak atsri yang memiliki sifat kimiawi dan efek farmakologinya yaitu rasa pedas bersifat hangat yang dapat memperlancarkan sirkulasi darah, menghilangkan rasa nyeri otot dan sendi.
      Dalam penelitian ini di dapatkan bahwa mandi pagi dan memijat bagian tubuh menjadi aktivitas yang selalu di lakukan oleh lanjut usia yang memiliki beberapa manfaat baik bagi tubuh di antaranya, air pagi memiliki kandungan karbondioksida yang tinggi dan berguna untuk lawan Arthritis rheumatoid, memberikan rasa rileks terhadap bagian tubuh sehingga menurunkan intensitas nyeri yang di timbulkan (Aswan,2015 dalam Kamsari, dkk 2016). Menurut Nikolas (2012), terapi farmakologi bertujuan bukan hanya mengontrol gejala penyakit tetapi juga penekanan aktivitas penyakit untuk mencegah kerusakan permanen. Sedangkan menurut Ariani (2017), obat anti rematik Disease Modifying Anti Rheumatic Drugs di berikan bagi penderita penyakit Arthritis Rheumatoid untuk menghambat dan meredakan gejala, serta mencegah kerusakan parmanen seperti tulang, ligmen, dan tendon.
       Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Makassar penderita Arthritis Rheumatoid  pada tahun 2012 sebanyak 18,269 orang, tahun 2013 sebanyak 16,530 orang dan pada tahun 2014 sebanyak  11,960 orang sedangkan data Puskesmas Tamalanrea Jaya pada tahun 2013 jumlah penderita Arthritis Rheumatoid  sebesar 1,230 Makassar pada tahun 2014 sebanyak 11,960 orang.
       Menurut data primer data dari Puskesmas Kassi-Kassi Makassar Sulawesi Selatan penderita  Arthritis Rheumatoid  pada tahun 2015 sebanyak 182 orang, tahun 2016 sebanyak 680 orang  pada tahun 2017 sebanyak 773 orang dan pada tahun 2018 dari bulan Januari sampai bulan Mei sebanyak 280 orang yang menderita penyakit atritis (Data Puskesmas Kassi-Kassi, 2018). Faktor yang berperan terhada penyakit Arthritis Rheumatoid   menyebabkan masalah yaitu jenis kelamin, infeksi, berat badan atau obesitas, usia, Beban sendi yang terlalu berat (Mansjoer, 2011). Sedangkan menurut Brooke (2014), penyakit Arthritis Rheumatoid  tidak ada hubungan antara jenis kelamin, infeksi, berat badan atau obesitas, usia, beban sendi yang terlalu berat, namun dapat di pengaruhi oleh faktor stres, merokok, lingkungan dan dapat pula terjadi pada anak karena faktor keturunan.
      Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengetahui faktor yang berhubungan terhadap pencegahan penyakit Arthritis Rheumatoid pada lansia di Wilayah Puskesmas Kassi-Kassi Makassar Sulawesi Selatan Tahun (2018).
B.  Rumusan masalah.
       Beberapa penelitian telah di lakukan sebelumnya dengan tujuan untuk, mengetahui faktor pencegahan pada penderita Arthritis Rheumatoid, hasilnya menunjukan adanya beberapa faktor yang berhubungan seperi jenis kelamin, usia,obesitas, genetik, merokok dan beban sendi yang terlalu berat. Namun penelitian lainnya menyebutkan tidak adanya hubungan. Maka penulis tertarik ingin melakukan penelitian mengetahui faktor yang berhubungan terhadap pencegahan penyakit Arthritis Rheumatoid pada lansia di Puskesmas Kassi-Kassi Makassar Sulawesi Selatan.
C.  Tujuan penilitian.
1.    Tujuan umum.
Untuk mengetahui faktor yang berhubungan terhadap pencegahan penyakit Arthritis Rheumatoid pada lansia di Puskesmas kassi-Kassi Sulawesi Selatan.


2.    Tujuan khusus.
a.    Untuk mengetahui hubungan  merokok terhadap pencegahan penyakit Arthritis Rheumatoid pada lansia di Puskesmas Kassi-Kassi Makassar Sulawesi Selatan.
b.    Untuk mengetahui hubungan beban sendi terlalu berat akibat olah raga terhadap pencegahan penyakit Arthriti Rheumatoid pada lansia di Puskesmas Kassi-Kassi Makassar Sulawesi Selatan.
c.    Untuk mengetahui hubungan obesitas (kegemukan) terhadap  pencegahan penyakit Arthritis Rheumatoid pada lansia di Puskesmas Kassi-Kassi Makassar Sulawesi Selatan.
d.   Untuk mengetahui hubungan genetik terhadap pencegahan penyakit Arthritis Rheumatoid pada lansia di Puskesmas Kassi-Kassi Makassar Sulawesi Selatan.


Download File Skripsi ini pada link berikut :
🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻
 

D.  Manfaat Penelitian.
1.    Manfaat Institusi.
Hasil penelitian ini bermanfaat sebagai bahan pembelajaran untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang pencegahan penyakit Arthritis Rheumatoid pada lansia di Puskesmas Kassi-Kassi Makassar.
2.    Manfaat Praktis.
Hasil penelitian ini menjadi acuan dan bahan masukan bagi lansia yang mengalami penyakit Arthritis Rheumatoid di Puskesmas Kassi-Kassi Makassar, sehingga bagi lansia dapat melakukan upaya dalam pencegah penyakit Arthritis Rheumatoid agar tidak bertambah parah.
Penelitian ini di harapkan dapat memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penelitian selanjutnya tentang faktor yang berhungan terhadap pencegahan penyakit  Arthritis Rheumatoid.


Download File Skripsi ini pada link berikut :
🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻
 

No comments:

Post a Comment